Tumpukan sampah di Smokey Mountain memang bukan alang kepalang sebab meliputi lebih dari dua juta metrik ton sampah. Selama puluhan tahun, pegunungan sampah di Smokey Mountain menjadi daya tarik bagi kaum miskin Filipina untuk mencari nafkah sebagai pemulung di kawasan yang tersohor sebagai percontohan kemiskinan. Para pemulung mendirikan bedeng-bedeng sebagai permukiman mereka di tumpukan sampah Smokey Mountain.
Pada tahun 1980-an pemukim Smokey Mountain mencapai jumlah sekitar 30.000 orang termasuk ribuan anak-anak. Sejak tahun 1990, pemerintah Kota Manila secara bertahap menutup Smokey Mountain sebagai tempat pembuangan sampah kemudian secara bertahap pula sejak 2001 memindah para pemulung dari bedeng ke rumah susun lima tingkat yang sengaja dibangun untuk mereka di lokasi terdekat. Sekitar 20 hektar tanah diberhenti-fungsikan sebagai lokasi pembuangan sampah.
Dengan lenyapnya sang sampah maka lenyap pula sumber nafkah para pemulung. 30 ribu anggota keluarga pemulung tidak ditelantarkan namun dibina dan dibimbing oleh pemerintah untuk mendirikan koperasi. Dengan dukungan Dana Kemiskinan dan Lingkungan dari Asian Development Bank, koperasi pemulung Smokey Mountain memfokuskan diri pada profesi daur ulang sebagai pengganti profesi kepemulungan.
Koperasi Smokey Mountain mendirikan lembaga swadaya Fasilitas Daur Ulang yang dikelola dan ditata laksana secara mandiri oleh para mantan pemulung melalui latihan dan sertifikasi keterampilan manajemen daur ulang. Fasililtas Daur Ulang ditatalaksana sebagai perusahaan dengan mengejar profit agar mampu berjalan mandiri. Mereka yang bekerja di FDU bisa memperoleh penghasilan sampai USD 225 per bulan sambil bekerja di lingkungan yang aman dan sehat.
Toto Rivas, mantan methamphetamine addict yang di masa remaja memulung di Smokey Mountain kini berkarya di FDU sebagai kepala bagian pemisahan sampah kini memperoleh kebahagiaan dan kebanggaan dalam perjuangan mencari nafkah bagi keluarganya. Koperasi Smokey Mountain mengoperasikan stasiun air yang mensuplai air bersih bagi segenap warga bekas pembuangan sampah memperkejakan 10 pekerja tetap dan 10 pekerja tidak tetap. Bekerja sama dengan stasiun air adalah Eco-laundromat Service Center yang menggunakan air bersih untuk memfungsikan mesin cuci .
Dua cabang laundromat lainnya menggunakan air hujan untuk mesin-mesin cuci yang menjadi sumber nafkah bagi warga eks pemulung. Koperasi Smokey Mountain juga mendirikan sentra kerajinan tangan di mana kertas-kertas bekas yang dibuang sebagai sampah didayagunakan untuk membuat kerajinan keranjang, tas, trays dan tempat botol anggur. Departemen kerajinan tangan berhasil memperoleh omset USD 8.750 pada tahun 2012 yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 mereka menampilkan karya-karya kerajinan berasal dari bahan sampah pada pameran desain dan lifestyle FAME di Manila dengan label PAPEL, kata bahasa Tagalog untuk "kertas".
Sebenarnya pembangunan partisipatif rakyat seperti yang terjadi di Smokey Mountain juga sudah dipersiapkan oleh Sandyawan Sumardi dengan laskar Ciliwung Merdeka bekerja sama dengan warga Kampung Pulo dan Bukit Duri sehingga memperoleh anugerah dari Kementerian Pekerjaan Umum sebagai suri teladan pembangunan bukan dengan mengorbankan namun melibatkan peran serta langsung rakyat mulai dari perencanaan sampai dengan penatalaksanaan pembangunan. Namun sayang setriliun sayang, kini Kampung Pulo dan Bukit Duri telah dibumiratakan oleh pemerintah Daerah Khusus Istimewa Jakarta.
[***]
Penulis merupakan pemrihatin nasib rakyat tergusur
BERITA TERKAIT: