Di pihak lain ada kalangan yang
over-confidence, bahwa Indonesia sudah
on the right track ke arah itu. Buktinya seÂcara kuantitatis pertumbuhan ekonomi makro dan daya saing bangsa Indonesia tidak terlalu jauh dengan negara-negara maju. Bahkan Indonesia satu-satunya di kawasan Asia TengÂgara yang masuk di dalam kelompok negara G-20, dan hanÂya tiga negara berpenduduk mayoritas Islam di dalamnya, yaitu Indonesia, Turki, dan Saudi Arabia. Pandangan kedua ini cenderung memandang kecil masalah sosial-keagamaan yang muncul dan dengan penuh kepercayaan diri mengangÂgap rial-riak gelombang kemsysrakatan akhir-akhir ini sebaÂgai bagian dari kembang-kembang demokrasi dan wujud dari pembengkakan kualitas umat.
Ada lagi kelompok lain mengamati bahwa yang menonÂjol di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini tampilnya prestasi kecerdasan umat Islam. Sebelumnya mereka pasrah denÂgan kenyataan, karena memang belum bisa berdaya dari segi pendidikan, ekonomi, kekuatan militer. Kelompok ini lain lebih moderat dan proporsional, yaitu kelompok yang secara obyektif mengakui kemajuan dan keunggulan bangsanya daÂlam beberapa hal naum mengakui juga ada hal-hal yang sanÂgat lemah, bahkan sangat memprihatinkan, seperti persoalan korupsi dan lemahnya SDM secara umum. Kelompok ini cukÂup punya kepercayaan diri dalam menatap masa depan denÂgan catatan harus dengan kerja keras.
Di manapun kita berada di antara ketiga pendapat itu, yang penting perlu dibedakan antara radikalisme, kebablaÂsan, dan pembengkakan kualitas anak bangsa. Kita tidak boleh larut untuk mengatakan bahwa semua yang berbeda dengan perinsip hidup kita adalah bukti kelemahan atau kebablasan. Kita juga tidak boleh apriori bahwa umat kita sedang jatuh untuk kesekian kalinya dalam pertarungan sejarahnya. Yang harus dilakukan sekarang sebagai umat dan warga bangsa ialah keharusan berpikir jernih dalam melihat dan mendefinisikan persoalan secara mikro. JanÂgan sampai apa yang selama ini dianggap fenomena keÂbablasan, atau merebaknya kelompok radikal tetapi yang terjadi ialah bagian wajar dari pembengkakan kualitas anak bangsa yang sedang dalam proses mencari bentuk. ***