Namun demikian, tidak berarti Islam dan perangkat ajarannya harus identik dengan budaya Arab. Tidak seorang pun bisa mengklaim bahwa Islam harus idenÂtik dengan tradisi dan budaya Arab. Dengan kata lain, ajaran Islam dan budaya Arab tidak identik. Tradisi dan budaya Arab kebetulan merupakan lokus pertama yang menjemput kelahiran Islam. Adalah wajar jika kemudian ajaran Islam banyak diwarnai oleh tradisi dan budaya Arab. Tradisi dan budaya inilah yang paling pertama meÂwadahi ajaran dasar Islam. Tidak heran kalau Imam MaÂlik, salahseorang pendiri imam Mazhab yang mazhabÂnya dikenal dengan mazhab Maliki, memasukkan Ãmal ahlul Madinah (tradisi penduduk Madinah) sebagai saÂlahsatu dasar atau rujukan hokum.
Islamisasi suatu negeri yes, tetapi arabisasi bisa dikaÂtakan no. Namun demikian, tradisi dan budaya Arab juga mengandung nilai-nilai universal, yang compatible denÂgan budaya dan tradisi lain tidak ada masalah. Seperti halnya tradisi dan budaya Indonesia memiliki juga nilai-nilai luhur bersifat universal, sehingga bisa diterima di negara-negara lain. Misalnya, tradisi Halal bi Halal setiap usai bulan puasa sekarang banyak diadopsi di Negara-negara lain seperti di kawasan Asia Tenggara, itu tidak ada masalah. Yang menjadi masalah jika ajaran Islam dipaksakan identic dengan tradisi dan budaya Arab. Seolah-olah yang paling islami ialah tradisi dan budaya Arab, bahkan ada yang membid’ahkan jika ada aspek ajaran Islam melekat pada budaya lokal. Seperti tradisi perkawinan yang sering dirangkai denga adat-istiadat local, sering ada yang mengusiknya.
Sepanjang sebuah tradisi dan budaya tidak bertentangan dengan substansi ajaran Islam maka itu sah saja menjadi "tempat" ajaran Islam mengaktualkan atau mewadahi dirinÂya. Contohnya, ajaran Islam menyerukan menutup aurat, tetapi model penutup auratnya tidak mesti menggunakan cadar (chodor dari bahasa Persia berarti kelambu), Abaya (tradisi Syiria), hijab atau jilbab (Arab). Perempuan musliÂmah Indonesia bisa tetap menggunakan model dan pakaÂian tradisional masing-masing, yang penting terpenuhi substansi ajaran Islamnya sebagai penutup aurat.
Sebetulnya bukan hanya agama Islam tetapi agama-agama besar lain di Indonesia idealnya melakukan hal yang sama, yakni melakukan pembacaan ulang terhÂadap sumber-sumber ajaran yang akan dioterapkan di dalam masyarakat Indonesia. Ini tidak berarti kita mau mempertentangkan antara kearifan lokal dengan ajaran universal agama. ***