Sebenarnya atribut Natal seperti yang kini lazim tampil di Indonesia lebih merupakan atribut komersial sebagai gimmick marketing ketimbang keagamaan.
Menurut Alkitab sebagai Kitab Suci umat Nasrani (termasuk saya), bayi Jesus Kristus dilahirkan di sebuah kandang ternak di dusun Bethlehem . Berdasar kisah yang tersurat di Alkitab (Lukas 2:8-20): seorang malaikat turun ke bumi untuk menyampaikan berita gembira kelahiran Jesus Kristus kepada para gembala yang sedang mengawasi ternak mereka di padang rumput. Keberadaan para gembala di padang rumput mengindikasikan bahwa saat kelahiran Jesus Kristus bukan pada musim dingin namun musim panas dimana para gembala dapat lebih nyaman bercengkerama di padang rumput.
Saya pernah sengaja datang ke Bethlehem pada musim dingin untuk merasakan sendiri betapa dingin cuaca di sana pada musim dingin (apalagi di malam hari) di Bethlehem. Maka salju sebagai atribut Natal secara meteorologis memang dapat diperdebatkan kesahihannya. Sosok Santa Claus sebagai atribut Natal, secara Alkitabiah juga layak diragukan sebab di dalam Alkitab sama sekali tidak pernah terkisah seorang berperut gendut berjenggot putih sambil mengenakan mantel musim dingin mengendarai kereta terbang ditarik laskar reindeer gemar tertawa hohohoho. Hewan yang hadir di kandang ternak di mana Jesus Kristus dilahirkan lebih mungkin terdiri dari ayam, itik, domba, sapi, kuda namun pasti bukan reindeer.
Pohon Natal dalam bentuk pohon cemara (yang baru mulai dihadirkan di Eropa pada abad XVI) apalagi dengan gemerlap kerlap-kerlip hiasan permata mutu manikam seperti di Dubai dapat dipastikan tidak hadir di kandang ternak di desa Bethlehem dalam suasana kesederhanaan kelahiran Jesus Kristus yang mengharukan. Lagu-lagu Natal juga kerap membingungkan. Misalnya lagu White Christmas kurang tepat bagi Australia, Argentina, Afrika Selatan dengan suasana alam sama sekali tidak putih akibat jarang salju di kawasan selatan kathulistiwa (kecuali di puncak gunung dengan suhu di bawah nol derajat) pada bulan Desember yang merupakan saat musim panas.
Syair lagu Malam Kudus, Sunyi Senyap juga tidak sesuai suasana hingar-bingar hiruk-pikuk pesta perayaan Natal yang jauh dari kesunyian.
Sebagai umat Nasrani, saya terharu ketika menyaksikan paduan suara anak-anak muda Indonesia menyanyikan lagu Natal dalam bahasa asing sambil mengenakan busana bermotif suasana musim dingin di mal-mal Indonesia. Sebagai warga Indonesia, saya makin terharu apabila paduan suara anak-anak muda Indonesia menyanyikan lagu-lagu Natal dalam bahasa Indonesia sambil mengenakan busana batik.
Sebagai warga Indonesia, lubuk sanubari saya makin tersentuh ketika melihat sebuah atribut Natal menampilkan adegan bayi Jesus Kristus di dalam palungan di kandang ternak didampingi Ibunda Maria dan Ayahnda Jusuf berbusana tradisional Nusantara dengan latar belakang pohon-pohon nyiur melambai. SELAMAT HARI NATAL!
[***]Penulis berikhtiar mempelajari makna Hari Natal yang sebenarnya