Salah seorang sahabat Nabi, Salman Al-Farisi (w.36H) sebelum masuk Islam pernah membawakan makanan kepada Nabi dan mengatakan ini adalah sadaqah dari kami. Nabi menerima dan meminta para sahabat memakan masakan itu, namun ia sendiri tidak makan masakan itu.
Lalu dalam kesempatan lain, aku membawaÂkan sekali lagi makanan kepada Nabi dengan mengatakan makanan ini hadiah khusus untukÂmu dariku. Semoga engkau berkenan memakannya karena kemarin engkau tidak makan makanan yang aku berikan karena niat shadaqah, kali ini sebagai hadiah. Nabi lalu memanggil para saÂhabatnya memakan masakan itu bersama-sama. (Lihat Al-Zailay dalam "Nasb al-Rayah" Jilid IV, h. 281). Beberapa saat kemudian Salman Al-Farisi memeluk Islam dan menjadi salah seorang sahaÂbat penting Nabi yang berfungsi sebagai penasiÂhat militer yang sangat disegani. Salman al-Farisi inilah yang merekomendasikan Nabi membuat sistem pertahanan berupa benteng parit (al-khandaq), yang ongkosnya murah tetapi efektif untuk mencegah musuh memasuki Kota MadiÂnah. Inilah benteng paling efektif dan paling muÂrah dalam sejarah.
Nabi Muhammad Saw juga pernah menerima berbagai macam hadiah dari beberapa raja yang pernah dikirimi surat, seperti Raja Mukaukis dari Mesir. Dalam acara-acara tertentu di mana para peserta dihadiri juga oleh orang-orang non-muslim Madinah, Nabi kelihatan tidak risih maÂkan bersama dengan orang-orang non-muslim. Ini semua membuktikan, Nabi Muhammad Saw memberikan apresiasi hadiah pemberian dari orang lain, non-muslim. Berbagai hadiah yang diperoleh Nabi dari berbagai kepala Negara, seperti Farwah al-Judzami adalah salah seorang Gubernur Romawi, Raja Nejasy pemimpin EthiÂopia, Heraclius, Kaisar Romawi, Raja MuqauÂgis pemimpin Qibti Mesir yang menghadiahkan banyak barang kepada Nabi, termasuk dua buÂdak cantik yang satu di antaranya dikawini Nabi, yaitu Maria al-Qibti, yang melahirkan putra Nabi bernama Ibrahim.
Dalam riwayat lain, disebutkan beberapa produk luar negeri dari non-muslim di antaranÂya diberikan kepada sahabat-sahabat atau orang-orang yang lebih memerlukannya. SeÂbagian lainnya diambil atau dikonsumsi bersaÂma dengan sahabat-sahabat lain. Ini menunjukÂkan kearifan dan kemurahan Nabi, tidak suka mengoleksi atau mengkonsumsi sendiri hadiah-hadiah yang diterima dari orang lain, melainkan diserahkan untuk kemaslahatan bersama.
Khusus untuk soal makanan, Nabi sangat banyak riwayat ditemukan menyatakan sangat peÂmurah. Tidak pernah memikirkan hari esok untuk soal makanan selama masih ada umatnya yang masih kelaparan. Kurma yang ada dimulut juga bisa dibagi kepada orang lain. Bahkan terkadang Nabi tidak makan siang atau tidak makan malam karena cadangan makanan sudah habis. Tidak bisa dibayangkan orang seperti Nabi, selain seÂbagai Rasulallah juga kepala negara bisa kehaÂbisan makanan dan minuman.
Kebiasaan lain Nabi Muhammad Saw ialah suka menerima tamu dan selalu menjamu taÂmunya dengan makanan atau minuman. Bukan hanya tamu-tamu beragama Islam, tetapi non-muslim atau tidak jelas agamanya juga dijamu oleh beliau. Dalam pergaulan Nabi seperti itu ia bisa menjelaskan mana makanan yang halal dan mana yang haram. Mana yang makruh dan mana lebih afdal. Produk-produk yang dinilai tidak halal, jelas Nabi tidak menerimanya tetapi menolaknya dengan santun, sehingga sahabat-sahabat non-muslimnya menjadi tahu apa-apa yang layak dan tidak layak diberikan kepada sahabatnya, Allahu a’lam. ***