Berawal ketika tekanan dan siksaan kaum Quraisy Makkah semakin meningkat dan merÂeka merencanakan untuk mengeksekusi Nabi di tengah malam. Kediaman Nabi dipagar beÂtis pasukan elite kafir Quraisy. Untung Nabi beÂserta Abu Bakar lolos dari pagar betis tersebut. Akhirnya Nabi dan komunitas muslim lainnya di Makkah mengungsi besar-besaran ke Yatsrib, kemudian diganti nama ini menjadi Madinah oleh Nabi Muhammad Saw.
Di Madinah Nabi membangun kekuatan umat di samping menggalakan syiar ke kabilah dan suku bangsa secara luas, sampai ke negeri tetangÂga. Setelah merasa cukup kuat, Nabi mengatur strategi untuk merebut Kota Makkah. Nabi memiÂlih penyerangan malam hari Ramadhan. Ia memÂbagi tiga pasukannya sebagai taktik. Satu kelomÂpok lewat bukit, satu kelompok lewat lembah, dan kelompok lain di jalur normal. Abi Sufyan, pimpiÂnan kaum Kafir Quraisy, tidak menyangka pasuÂkan Rasulullah berjumlah besar dan dengan takÂtik yang canggih. Ia mengira pasukan Rasulullah hanya yang lewat jalan normal. Ternyata saat yang tepat pasukan bukit dan pasukan lembah berjumpa di perbatasan Kota Makkah.
Kaum kafir Quraisy Makkah sangat ketaÂkutan. Mereka menunggu diri mereka diekÂsekusi sebagaimana layaknya tradisi perang kabilah, yang kalah laki-lakinya dibunuh dan perempuannya dijadikan budak bersama anak-anaknya. Alangkah kagetnya mereka setelah Nabi meneriakkan
Antum thulaqa (kalian seÂmua sudah bebas!). "Siapa yang masuk ke daÂlam pekerangan Ka’bah aman, masuk ke rumah Abi Sufyan aman, dan masuk ke dalam rumah dan mengunci rumah juga aman". Akhirnya Abi Sufyan bersama pembesar Quraisy menyerah dan bersedia mengikuti petunjuk Nabi.
Selanjutnya Nabi meminta kepada para pimpinan pasukannya untuk menyatakan:
Al-yaum yaum al-marhamah (Hari ini hari kasih sayang). Salah seorang sahabat Nabi berteriÂak:
al-yaum yaumul malhamah (hari ini adalah hari pertumpahan darah). Penduduk Makkah kembali ketakutan lalu Abi Sufyan protes, kenaÂpa menjadi hari pertumpahan darah padahal tadi diumumkan hari kasih sayang dan hari pengamÂpunan. Nabi menjawab, tidak begitu maksudnya. Sahabat itu cadal, tidak bisa menyebut huruf ra, sehingga huruf ra diucapkan dengan la. HarusÂnya
al-yaum yaumul al-marhamah (hari ini hari kasih sayang) diucapkan
al-yaum yaum al-malÂhamah (hari ini hari pertumpahan darah).
Setelah itu Nabi meminta sahabat tadi berhenti bicara dan mengikuti persepakatan. PenyelesaÂian
Fathu Makkah sangat manusiawi dan menyÂalahi tradisi perang Arab. Hari itu betul-betul tidak ada balas dendam. Revolusi tanpa setetes darah. Revolusi tanpa balas dendam. Revolusi dengan biaya murah, dan revolusi yang melahirkan keuÂtuhan dan kedamaian monumental. Itulah revoluÂsi Nabi. Dunia tercengang menyaksikan kearifan seorang Nabi Muhammad. Rekonsiliasi yang diÂlakukan Nabi patut dicontoh oleh siapapun juga. Inilah revolusi tanpa setetes darah.
Penyelesaian Fathu Makkah sangat manusiawi dan menyalahi tradisi perang Arab, bahwa negeri yang ditaklukkan laki-lakinya dibunuh dan peremÂpuannya dijadikan budak. Hari itu betul-betul tidak ada balas dendam. Revolusi tanpa pertumpahan darah. Revolusi tanpa balas dendam. Revolusi dengan biaya murah, dan revolusi yang melahirÂkan keutuhan dan kedamaian monumental. RevÂolusi sosial yang sukses selalu ada tokoh berÂwibawa dan rakyat yang solid di dalamnya. Itulah FM yang berhasil melahirkan masyarakat ideal tanpa risiko mahal.