Agus membeberkan, saat ini organisasi nirlaba yang diduga terlibat dengan kegiatan terorÂisme belum sampai sepuluh jumÂlahnya. Namun, temuan tersebut disinyalir hanya merupakan punÂcak gunung es. Diduga, masih banyak organisasi nirlaba lainÂnya yang terlibat, hanya saja belum terdeteksi PPATK.
"Baru bisa tahu jaringan terÂoris atau bukan ketika kami melihat transaksi keuanganÂnya yang bocor, dan ternyata mendukung kegiatan teroris," ucapnya. Berikut wawancara selengkapnya.
Sepuluh NPO (Nonprofit Organization) yang diduga terlibat teroris, bisa disebutÂkan namanya?Saya tidak sebut nama yayasan. Yang bisa saya ungkapkan adaÂlah beberapa yayasan tersebut diketahui juga membiayai para teroris yang berangkat ke daerah teroris di luar negeri, seperti Suriah. Mereka menjadi
foreign terrorism fighter (FTF).
Mereka mendapat dana dari mana saja untuk mendanai kegiatannya?Sebagian besar pendanaan untuk para teroris buat melakuÂkan aksinya di Indonesia berasal dari Australia. Frekuensi dana yang masuk dari Australia itu sebanyak 97 kali. Total terdapat sekitar Rp 88,5 miliar, dana yang dikirimkan dari sana kepada para foreign terrorism fighter yang ada di Indonesia.
Kalau dari negara lain tidak ada?Ada. Pihak lain yang juga banÂyak mengirimkan dugaan penÂdanaan terorisme ada di Brunei dengan kisaran Rp 2,6 miliar. Disusul Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Kemudian juga ada beberapa negara Timur Tengah, seperti Irak, Libanon, dan Turki.
Lalu Indonesia ternyata juga menjadi bagian dari pemasok dana kepada terduga teroris ke negara lain. Berdasarkan temuan PPATK, Indonesia juta mengirim dana itu ke Hong Kong sebesar Rp 31,2 miliar, ke Filipina Rp 229 miliar, dan ke Australia Rp 5,3 miliar.
Bagaimana cara mereka meÂnyalurkan dana tersebut?Caranya macam-macam, muÂlai dari menyewa orang, bahÂkan ada yang sampai menikahi dulu pasangan warga negara Indonesia.
Setelah itu, sang istri diminta membuka rekening khusus guna menerima alokasi dana dugaan terorisme. Adapun penggunaan instrumen pemÂbayaran paling baru saat ini ada dua cara yang ditemukan PPATK.
Cara apa sajakah itu?Metode pembayaran terÂbaru itu adalah menggunaÂkan instrumen global
payment gateway, seperti paypal, dan penggunaan
instrumen virtual currency, seperti bitcoin.
Dari penelusuran PPATK, dana tersebut digunakan unÂtuk apa?Beberapa kegunaan dana terÂorisme tersebut antara lain, untuk rekrutmen, pelatihan, menafkahi janda-janda teroris, membeli senÂjata dan alat peledak, propaganda, serta membiayai tiket perjalanan ke negara tempat pelatihan teroÂris, seperti Suriah.
Apa yang dilakukan PPATK untuk mengatasi masalah ini?PPATK berupaya untuk menÂgawasi pergerakan NPO terÂmasuk melalui kerja sama antar kementerian dan lembaga. Lima kementerian berkaitan dengan NPO akan diajak bekerja sama, yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, dan Kementerian Hukum dan HAM sebagai pemberi izin operasi. ***