Dalam rangkaian acara terseÂbut, Bu Moor- sapaan akrab Mooryati Soedibyo, diganjar tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana dari negara sebagai sosok inspirator pembangunan di masyarakat. Kepada
Rakyat Merdeka, Bu Moor membagi kebahagian dan pengalamannya mengikuti prosesi acara di Istana Merdeka. Berikut penjelasan Bu Moor selengkapnya;
Bagaimana perasaan Anda menjadi salah satu tamu unÂdangan di Istana Negara saat peringatan HUT Kemerdekaan lalu?Saya merasa bersyukur dan bahagia menyaksikan acara Peringatan HUT 17 Agustus yang ke 71. Di acara itu saya merasakan kharisma semangat kebangsaan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Memangnya apa perbedaan dengan tahun-tahun yang lalu?
Peringatan hari ulang tahun kemerdekaan tahun ini memÂberikan kharisma harga diri yang kuat sebagai bangsa yang merdeka, memberikan nilai seÂmangat nasionalisme yang berÂbasis budaya dan rasa cinta tanah air. Rasa perbedaan ini juga yang disampaikan oleh Protokol Istana bahwa bapak-bapak, ibu-ibu hadirin yang menyaksikan pengibaran bendera merah putih diharap berdiri sambil melakuÂkan gerakan hormat. Kemajuan dunia dan perubahan zaman di segala bidang menyadarkan kita untuk berubah, apapun yang dilakukan dan ditingkatkan demi kemajuan Bangsa sesuai keÂmampuan kita masing-masing.
Menurut Anda, seremonial peringatan HUT RI saat ini memang masih bermanfaat untuk masyarakat?Sangat-sangat bermanfaat. Dan memaknai peringatan HUT ke-71 tahun itu bisa dilihat ditandai oleh cinta tanah air suasana dalam berbagai acara bidang dari masyarakat luas dari pusat sampai daerah yang mencintai lingkungan hidup dan hasil produksi dalam negeri sendiri berdasarkan kearifan buÂdaya bangsa yang mandiri dalam membangun kemajuan dan kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Di acara itu Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaÂraan. Penilaian Anda terhadap pidato itu seperti apa?Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo meÂnyampaikan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan taÂhun ini dengan menyampaikan nilai semangat nasionalisme yang kuat yang berbasis budaya bangsa dan rasa cinta tanah air. Revolusi mental yang sering dikatakan Bapak Jokowi itu sesungguhnya revolusi budaya. Marilah kita hidupkan lagi nilai budaya terbaik bangsa Indonesia, seperti gotong royong, kebhineÂkaan atau keberagaman, kerukuÂnan, tepa selira atau toleransi di antara kita.
Memangnya konsep revolusi mental yang dibawa Presiden Jokowi saat ini masih relevan? Sangat-sangat relevan. Filosofi dari revolusi mental memiliki makna yang bermanfaat. Kita merasa bangga timbul kesaÂdaran rasa kebersamaan, hal ini terlihat pada kegiatan-kegiatan masyarakat dan organisasi-orÂganisasi di bulan Agustus 2016, rasa dan semangat kemerdeÂkaan di Jakarta dan ke berbagai daerah. Perubahan zaman yang terus berubah, ternyata memÂberikan kita sarana berbuat dan bersikap beda. Kita menyadari Ibu Pertiwi memberikan segala-galanya yang kita miliki. Tanah air yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang terbesar nomor dua di dunia. Kekayaan lain adalah luasnya kelautan kita yang kita miliki. Kekayaan sumber energi hasil tambang batu bara, timah, tembaga, kekayaan kehutanan, pertanian dan lain-lain yang berguna bagi pembanÂgunan dan kesejahteraan bangsa. Pada acara di Istana Negara diperagakan berbagai kegiatan seni budaya bersama dari daerah. Terbukti bahwa daerah-daerah sudah begitu berkembang dan masyarakat sudah meningkatÂkan kemampuannya di bidang usaha.
Contoh peningkatan kemamÂpuan usahanya seperti apa?Suatu contoh menciptakan bahan yang terbuang menjadikan produk yang dapat memiliki nilai tambah. Budaya kebersamaan kerja secara gotong royong daÂlam kelompok-kelompok sudah mandiri dalam menjaga keamanÂan dan kebersihan desa bersama. Kegiatan-kegiatan ekonomi berkembang seperti yang dilakuÂkan oleh perusahaan yang berÂbasis produk nasional dan pasar UKM, di bidang keterampilan. Antara lain makanan khas daerah dengan segala kreasi-kreasinya. Kerajinan-kerajinan yang terbuat dari bahan-bahan yang terbuang seperti daun-daun kering, plastik yang tidak terpakai disulap menÂjadi tas wanita, kotak perhiasan atau tissue, keranjang, kipas dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan anak-anak dengan berbagai permainan-permainan tradisional, berbagai kompetisi olahraga generasi muda, sekarang di daerah-daerah terlihat sangat maju. ***
BERITA TERKAIT: