Berawal ketika Allah Swt mengumumkan renÂcananya untuk menciptakan makhulk pendaÂtang baru dalam jagat makrokosmos bernama manusia, lalu para malaikat mempertanyakan kebijakan itu dengan mengatakan: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji EngÂkau dan mensucikan-Mu?" Tuhan berfirman "Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. al-Baqarah/2:30).
Menanggapi bahasa Allah Swt seperti itu, maka para malaikat, termasuk ‘Azazil (nama Iblis sebelum dikutuk), menyesali kelancanÂgannya mempertanyakan kebijakan Allah Swt, ditandai dengan thawaf mengelilingi Arasy, istaÂna Tuhan, selama berhari-hari sambil menanÂgis menyadari kelancangannya. Akhirnya pada suatu hari Allah Swt menyapa mereka dan merÂeka diminta untuk pindah di Baitul Makmur, miniatur 'Arasy, dibangun di bawah Arasy. Di situlah nenek moyang kita Adam dan Hawa ikut berthawaf bersama malaikat dan jin.
Ketika Adam diciptakan seorang diri, ia geÂlisah dan memohon diciptakan pasangan lalu diciptakanlah Hawa dari tulang rusuknya sendÂiri. Selama di syurga keduanya diminta unÂtuk tidak mendekati buah khuldi. Di sinilah IbÂlis mulai berperan, membujuk keduanya untuk memakan buah khuldi (secara bahasa berarti kekalâ€) jika ingin kekal di dalam syurga. AkhÂirnya keduanya tergoda oleh bujuk rayu Iblis. Akibatnya, Adam dan Hawa dijatuhkan dari syurga kenikmatan ke bumi penderitaan. KedÂuanya berjumpa di bukit 'Arafah (perjumpaan), yang sekarang menjadi arena haji. Permintaan pertama yang mereka minta ialah rumah perÂtobatan sebagaimana halnya di Baitul Makmur. Allah Swt kemudian memerintahkan malaikat mebangunkan Ka'bah di Makkah tepat garis lurus di bawah Baitul Makmur, sebagaimana disebutkan di dalam Q.S. Ali Imran/3:96: "SeÂsungguhnya rumah mula-mula dibangun untuk (untuk tempat beribadah) manusia, ialah BaitulÂlah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi penunjuk bagi semua manusia"). Di halaman Ka’bah itu Adam dan Hawa melakÂsanakan thawaf.
Drama kosmik yang melibatkan pemeran utamanya lintas makhul, yaktu makhluk bioloÂgis, semi biologis, makhluk spiritual, dan semi spiritual, dengan lokasi antar planet, yakni dunÂia metafisik (untuk menghindari konotasi negatif 'dunia gaib') dan dunia nyata di alam raya, yakni di bumi ini. Dengan demikian, ibadah haji adaÂlah ibadah makhluk makrokosmos dan makhluk mikrokosmos. Ibadah haji mempertemukan antara berbagai jenis alam dan makhluk Allah Swt. ***