KEAJAIBAN SILATURRAHMI (22)

Belajar Dari Perkawinan Makrokosmos

Kamis, 04 Agustus 2016, 09:43 WIB
Belajar Dari Perkawinan Makrokosmos
Nasaruddin Umar/Net
PERKAWINAN bukan han­ya dalam dunia mikrokos­mos, tetapi juga dalam dun­ia makrokosmos. Semua ciptaan Tuhan diciptakan berpasang-pasangan, ter­masuk makhluk terkecil sep­erti atom. Hal ini juga dite­gaskan di dalam Al-Qur'an: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Q.S. al- Dzariyat/51:49). Ayat ini mengisyaratkan sega­la sesuatu diciptakan Tuhan berpasang-pasan­gan (zaujain). Bukan hanya makhluk-makhluk biologis seperti manusia, binatang, dan tum­buh-tumbuhan mempunyai pasangan, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina; tetapi juga makhluk-makhluk lain seperti makhluk kosmos lainnya. Al-Qur'an sering kali menyebutkan fenomena kosmologi yang berpasang-pasan­gan, seperti langit dan bumi (al-sama' wa al-ar­dh), malam dan siang (al-lail wa al-nahar), dan musim dingin dan musim panas (al-syita'wa al-shaif), dunia dan akhirat (al-dunya wa al-akh­irah), surga dan neraka (al-jannah wa al-nar), alam gaib dan alam nyata (al-gaib wa al-sya­hadah). Istimewanya, penyebutan pasangan-pasangan ini disebutkan dalam jumlah yang sama dalam Al-Qur'an, tidak ada yang "berpo­ligami".

Dalam dunia biologi, setiap pasangan mem­punyai hubungan fungsional, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina, masing-mas­ing mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Demikian pula makhluk-makhluk alam lainnya. Untuk menyatakan adanya siang diperlukan adanya malam, sulit dimengerti adanya sinar terang tanpa adanya kegelapan, musim dingin baru dapat dimengerti setelah adanya musim panas. Seseorang tidak akan pernah memahami secara mendalam arti sebuah kesehatan jika tidak pernah sakit.

Perkawinan tingkat tinggi digambarkan oleh Ibnu 'Arabi, yaitu ketika mengomentari Q.S. al- Qalam/68:1: Nun Demi kalam dan apa yang mereka tulis. Pena (wa al-qalam) digambarkan sebagai suami, laki-laki, akal karena memiliki sifat-sifat maskulin dan lembaran (wa ma yast­hurun) sebagai istri, perempuan, jiwa, karena memiliki sifat-sifat feminin. Sang Pena (suami) menorehkan tintanya ke dalam lembaran (istri) sebagai pertanda terjadinya perkawinan maka lahirlah alam raya, yang semula dalam bentuk sebuah titik lalu dari titik itu mengalirlah berb­agai macam ciptaan. Ini dihubungkan dengan hadis yang mengatakan bahwa asal usul sega­la ciptaan berasal dari titik di bawah huruf ba pada kata Bismillah.

"Suatu perkawinan supra indrawi yang masuk akal terjadi antara Pena dan Lembaran itu, dan suatu jejak indrawi yang dapat dilihat, … jejak yang tersimpan di dalam lembaran itu ialah seperti air mani yang dikeluarkan dan di­masukkan ke dalam rahim perempuan". Makna-makna yang disimpan di dalam huruf-huruf lan­git yang menjadi terwujud dari tulisan itu adalah seperti roh-roh dari anak-anak yang tersimpan di dalam badan-badan mereka.

Bagi makhluk makrokosmos, pena ada­lah ayah dan ibunya adalah lembaran. Bagi makhluk mikrokosmos (manusia), Adam ada­lah ayah dan ibunya adalah Hawa. Dengan de­mikian, menurut Ibnu ‘Arabi, pena adalah Adam rohani dan lembaran adalah Hawa rohani da­lam kehidupan kosmos. Perkawinan menurut Ibnu 'Arabi merupakan kekuatan reproduksi universal yang terdapat di dalam setiap ting­kat eksistensi. Rangkaian proses itu bagian dari proses perkawinan, dalam arti terjadinya hubungan antarkomponen (jima'/coitus) yang selanjutnya melahirkan wujud-wujud lain. Da­lam perkawinan tersebut terjadi proses yang satu memasuki yang lainnya (tawalluj) kemu­dian terjadi prokreasi (tanasul) lalu terjadilah reproduksi (tawallud). Proses perkembangan makhluk makrokosmos ini sama dengan pros­es reproduksi manusia sebagai makhluk mik­rokosmos. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA