Kata tqwa tidak ada terjemakannya di daÂlam kamus Bahasa Indonesia sehingga kata itu langsung menjadi Bahasa Indonesia. Taqwa sesungguhnya kombinasi antara takut, segan, dan cinta. Taqwa tidak identik dengan takut, karÂena Allah Swt tidak selamanya harus didekati dengan pendekatan takut, tetapi lebih dominan dengan pendekatan cinta. Bertaqwa kepada AlÂlah tidak mesti hanya berarti takut kepada TuÂhan tetapi mungkin juga berarti cinta dan resÂpek kepada Tuhan.
Kalangan ulama tasawuf, seperti Imam Al-Ghazali membagi pengertian taqwa kepada tiga keteÂgori, yaitu: Pertama, taqwa berarti takut, seperti firman Allah Swt:Waiyyaya farhabun (dan hanya kepadakulah kalian harus takut ). Kedua, taqwa bermakna taat, sesuai dengan firman Allah: ItÂtaqullah Haqqa tuqatih, Ibnu Abbas menafsirkanÂnya dengan athi'ullaha haqqa thuqatih. Ketiga, taqwa yang berarti tanzih al-qulub anidz dzunuub (membersihkan hati dari segala dosa), Makna taqwa yang ketiga inilah yang popular di dalam masyarakat Indonenesia. Pengosongan hati dari sifat tercela seperti itba' al-hawa (mengikuti hawa nafsu), ujub (membanggakan diri), Riyaa (pamer dalam ibadah) sum’ah (mendengar2kan amalanÂnya), takabbur (sombong), thama’ (rakus), hasud (dengki), hiqd (dendam) dan hub al-dunya (cinta dunia berlebihan), kemudian menghiasinya denÂgan sifat-sifat terpuji seperti syukur, ridha, sabar, qanaah (merasa cukup dengan pemberian Allah), zuhud, tawakkal, dan ikhlas merupakan wujud dari ketakwaan yang sebenarnya yang nantinya memancar melalui perkataan, perbuatan, dan kebijakan seseorang. Dalam Al-Qurán dikatakan:
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nisÂcaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezkidari arah yang tidak disangÂka-sangkanya". (Q.S. al-Thalaq/65:2-3). Luar biasa ayat ini menggaransi mereka yang termasuk kateÂgori orang-orang bertaqwa (muttaqun).
Tafsir tematik menghimpun sejumlah ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang taqwa. Setelah dianalisis maka disimpulkan bahwa orang-orang yang bertaqwa ialah orang-orang yang beriman kepada kepada yang gaib, mendiÂrikan shalat, membelanjakan sebagian hartanya kepada fakir miskin, baik dalam keadaan longÂgar maupun sempit, mampu mengendalikan diri, dan memberi maaf kepada orang lain.
Kalangan ulama menjelaskan kata taqwa singkatan dari Taubah, Qana'ah, Wara, dan Amanah. Taubah ialah mereka yang kembali ke jalan yang benar setelah menyadari kekeliruannya. Qana'ah ialah mereka yang merasa cukup terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Wara' ialah mereÂka yang memproteksi diri terhadap segala sumber dosa dan maksiyat. Amanah ialah orang yang bertanggung jawab terhadap plihan keputusanÂnya, dalam arti tidak mengecewakan orang dan Tuhannya. Dalam dunia tasawuf dijelaskan taqwa sebagai kombinasi antara takut, segan dan cinÂta. Bagaikan seorang anak kecil terhadap orang tuanya. Ia pasti segan, takut, dan sekaligus cinta terhadap orang tuanya. Bertaqwa kepada Tuhan bukan berarti hanya segan dan takut tetapi juga cinta dan rindu terhadap Tuhannya. Para sufi meÂnyadari bahwa Tuhan bukan Sosok Yang Maha Mengerikan tetapi Sosok Yang Maha Pencinta. Tuhan lebih tepat untuk dicintai ketimbang ditaÂkuti. ***