WAWANCARA

Jenderal Badrodin Haiti: Di Bulan Ramadan Ini Kita Jangan Sampai Kecolongan, Kalau Ada Bukti Tangkap Saja

Senin, 13 Juni 2016, 09:34 WIB
Jenderal Badrodin Haiti: Di Bulan Ramadan Ini Kita Jangan Sampai Kecolongan, Kalau Ada Bukti Tangkap Saja
Jenderal Badrodin Haiti:net
rmol news logo Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri pada Rabu (8/6) lalu berhasil membekuk empat orang terduga teroris di Surabaya, Jawa Timur. Dari hasil penggerebekan Densus menang­kap Priyo Hadi Purnomo (PHP), BRN alias ustad Jeffy (JF) alias F, dan Ferry Novendi (FN). Sementara dari hasil pengem­bangan polisi menangkap SL alias AB.

Tiga terduga teroris yang ditangkap dalam penggerebe­kan seluruhnya merupakan re­sidivis. PHP pernah dipenjara karena terlibat kasus narkoba. FN sempat mendekam di balik jeruji lantaran kasus kriminal, sedangkan JF dipenjara lantaran kasus terorisme. FN dan PHP mengenal gerakan radikalisme dan direkrut masuk dalam jarin­gan teroris saat dipenjara.

Dari lokasi penggerebekan, Tim Densus 88 menyita bom rakitan, dua unit senapan laras panjang, senjata api rakitan leng­kap dengan peluru tajam, sangkur, ponsel sebagai alat pemicu, serta bahan-bahan pembuat bom.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti yang dihubungi Rakyat Merdeka mengungkap­kan, jika tak berhasil dilumpuh­kan jaringan teroris Surabaya ini berencana menebar bom berdaya ledak tinggi (high explosives) di lima titik terpisah di Surabaya pada 17 Ramadhan atau 22 Juni mendatang. Sasaran mereka ada­lah anggota Kepolisian. Berikut penjelasan Jenderal Badrodin;

Bagaimana sepak terjang para terduga teroris tero­ris yang baru ditangkap di Surabaya itu?
Jadi, ketiga orang yang di­tangkap saat penggerebekan itu adalah; Priyo Hadi Purnomo (PHP), BRN alias ustad Jeffy (JF) alias F, dan Ferry Novendi (FN). Sementara SL alias AB ditangkap dari hasil pengem­bangan. Sebenarnya keberadaan mereka sudah terdeteksi sejak sebulan sebelum penangkapan. Kita sudah monitor keberadaan mereka. Sebelum saya berangkat ke Australia (tugas negara), saya kumpulkan Kadensus dan pasukan, saya sampaikan, bahwa di bulan Ramadhan ini kita jangan sampai kecolongan. Kalau su­dah ada bukti, ya harus segera ditangkap.

Para terduga teroris ini kabarnya merupakan residi­vis, benar begitu?
Jadi PHP itu adalah warga Surabaya. Berusia 34 tahun. PHP ini pernah dua kali masuk pen­jara di LP Porong karena kasus penggelapan dan narkoba. Nah, di LP Porong ini dia direkrut oleh terpidana teroris Sibgotulloh dan Muhammad Sholeh. Sibgotulloh adalah pelaku peledakan bom di Cimanggis.

Dia adalah jaringan teroris di Kalimantan bersama Maman Abdurrahman. Dia pun terlibat dalam terorisme pada 2011-2012. Sibgotulloh kini ditahan setelah ditangkap di Malaysia ketika ia hendak berangkat ke Suriah. Nah, PHP sendiri sebelumnya juga sudah pernah dipindahkan ke LP Madiun dan diisolasi, se­cara terpisah. Rupanya dia telah direkrut di LP Porong.

Selanjutnya...
BRN alias Ustad Jeffy ada­lah warga Malang. Berusia 27 tahun. BRN ini adalah pemain lama. Dia adalah penjaga ru­mah milik Salim Mubarok alias Abu Jandal. Rumah ini dikelola Helmi Alamudi.

Rumah digunakan untuk me­nampung istri dan anak kelompok teroris yang pergi ke Suriah. BRN ini juga merupakan residivis. Dia ini pernah masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) oleh Polres Malang atas KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), per­ampokan dan penganiayaan. Setelah bebas, dia sering berko­munikasi dengan Abu Jandal yang berada di Suriah, lewat media jejaring sosial.

Sedangkan Ferry alias FN adalah warga Surabaya. Ferry ini banyak membuat situs-situs aliran keras berisi terorisme. Sementara SL alias AB yang ditangkap dari hasil pengem­bangan perannya adalah pemilik rumah yang diduga dijadikan markas pembuatan bom.

Apa saja peran mereka?
Tersangka PHP, berperan se­bagai perekrut dua tersangka lainnya yakni; JF dan FN. Ketiga tersangka tadi juga berperan sebagai pembuat bom, penyedia bahan sekaligus sebagai ekseku­tor nantinya. Sementara SL alias AB menyediakan tempat dalam pembuatan bom. SL ini sebelum­nya, pada April 2016 lalu, pernah menaruh bom di bawah mobil polisi di Polsek Genteng. Namun karena dia lupa menghidupkan sakelar bom-nya ya tidak jadi meledak. Mereka semua ada­lah pendukung ISIS yang akan melaksanakan amaliah berdasar­kan perintah dari daulah.

Bagaimana ceritanya hingga PHP bisa merekrut JF dan FN?

Jadi ceritanya setelah keluar dari penjara PHP ini banyak ber­hubungan dengan Bahrun Naim. Bahrun Naim adalah pria yang diyakini menjadi otak serangan bom Thamrin, Januari 2016. Bahrun saat ini berada di Suriah, menjadi salah satu petinggi ISIS. Mereka berkomunikasi lewat media jejaring social FaceBook. Nah, PHP ini diajari Bahrun Naim cara-cara merakit dan membuat bom. Juga bahan-bahan yang diperlukan membuat bom diajari lewat jejaring sosial itu.

Dan pada saat penangkapan terhadap mereka, Densus 88 menemukan 3 bom berdaya ledak tinggi atau high explosive, 2 pucuk senjata laras panjang, satu pucuk pistol, dan sejumlah bahan-bahan kimia dan bahan-bahan untuk membuat peledak berdaya ledak tinggi.

Begitu mudahnya para re­sidivis itu direkrut menjadi teroris. Bagaimana pola perekrutannya?
Ya itu tadi, mereka direkrut di LP. Dan setelah keluar, masih menjalin komunikasi dengan para petinggi atau jaringannya di Suriah. Mereka diajari cara membuat bom, diajari cara mempergunakan senjata, juga dikasih tahu titik-titik serangan mana saja yang akan diserbu. Mereka juga terinspirasi dari seruan yang disampaikan juru bicara ISIS, Syaikh Abu Muhammad Al Adnani yang isinya mengajak jaringan teror di mana pun berada agar melakukan aksi teror di neg­aranya masing-masing.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA