Pada 2014, dari satu juta uang rupiah yang beredar, sembilan di antaranya adalah uang palsu. Sedangkan pada 2015, per satu juta uang rupiah yang beredar, 21 lembar adalah uang palsu. Namun pada tahun ini, hingga Mei 2016, hasil pantauan BI, dari satu juta lembar uang yang beredar setidaknya ada lima lembar uang palsu.
BI pun mengimbau masyarakat agar lebih memperbanyak tranÂsaksi non-tunai. Alasannya, jika masyarakat tetap menggunakan transaksi tarik tunai maka prakÂtis jumlah uang yang beredar menjadi makin banyak. Kondisi itu tentunya akan dimanfaatÂkan oleh para pemalsu untuk mengoplos uang asli dengan yang palsu. Namun, bila mengÂgunakan transaksi non-tunai, semisal kartu debit atau kredit, uang yang beredar menjadi minim. Risiko mendapat uang palsu pun kecil.
Lantas sejatinya di mana saja peredaran uang palsu itu. Berikut ini hasil temuan tim Botasupal yang dikomandoi pensiunan jenderal yang akrab disapa Bang Yos ini. Berikut penjelasannya;
Saat ini diduga peredaran upal meningkat jelang lebaran dan pilkada serentak. Berdasarkan hasil pemetaan Anda sebenarnya daerah mana saja yang rawan peredaran upal? Ya memang biasanya setiap jelang lebaran dan pilkada serÂentak jumlah peredaran uang palsu cenderung meningkat. Nah dari hasil pemetaan kita, daerah rawan terjadinya peredaran uang palsu periode Maret-Mei 2016 antara lain, Bekasi, Banyumas, Polewari Mandar, Lumajang, Karawang, Bandung, Depok, Jakarta, dan Riau.
Memangnya ada berapa banyak kasus yang berhaÂsil ditemukan oleh Tim Botasupal? Fakta-fakta dari kasus uang palsu yang menonjol pada peÂriode Maret-Mei 2016 itu di antaranya ditemukan di Bekasi. Di sana saja setidaknya ditemuÂkan tiga kasus peredaran upal yakni di Bekasi dan Tambun yakni terjadi pada 15 Maret, 24 Maret, 15 Mei 2016. Tersangkanya total mencapai 10 orang. Kini kasusnya langsung ditanÂgani Polres Bekasi.
Selain itu...Di luar daerah yang tadi saya sebutkan di atas, kasus upal juga ditemukan di Banyumas, Jawa Tengah. Kasusnya langsung diÂtangani Polres Banyumas. Selain itu kasus upal juga ditemukan di Malang Jawa Timur pada 19 April lalu, tersangka ada lima orang. Di Jakarta kasus upal ditemukan di Taman Mini, Jakarta Timur. Kini kasusnya ditangani Bareskrim Polri. Jadi penyeÂbaran upal ini telah terjadi di beberapa daerah.
Apa modus yang dilakukan para pengedar upal itu? Ya ada berbagai modus yang mereka lakukan. Nah dari hasil temuan kita itu biasanya moÂdus pertama itu dibelanjakan di warung dan toko kelontong, dengan harapan mereka mendaÂpat barang dan uang kembalian asli. Modus kedua upal itu dijual dengan perbandingan 1 : 2 â€" 6. Dan modus ketiga penipuan penukaran uang asing ke uang rupiah. Kasus yang seperti ini ditemukan di Karawang, dimana uang palsu yang beredar dengan kualitas rendah.
Apakah dari rentetan kasus itu semua terkait dengan hajat besar pilkada serentak yang sebentar lagi akan digelar? Ya memang sejauh ini moÂtivasi dari pelaku tindak piÂdana upal itu masih dengan tujuan untuk mendapatkan keÂuntungan ekonomi, tapi tidak tertutup kemungkinan terkait dengan pilkada serentak. Dari sisi sasarannya memang kalau dilihat masih sebatas masyarakat awam yang kurang mengetahui keaslian uang rupiah. Menurut prediksi saya, menjelang lebaran kasus upal akan terus terjadi dan dimungkinkan akan mengalami peningkatan.
Sebenarnya apa sih yang menjadi faktor utama hingga uang kita itu begitu mudah dipalsukan? Ya memang selain lantaran faktor ekonomi, perkembanÂgan ilmu pengetahuan dan teknologi percetakan yang ada di masyarakat kita sudah seÂmakin maju. Dan yang paling utama sekali adalah rendahnya teknologi pengamanan rupiah. Teknologi pengamanan uang kita masih mengandalkan teknologi lama yakni
optically variable ink. (Teknologi pengamanan uang) kita itu sudah ketinggalan jauh dengan mata uang negara-negara lain.
Saya sudah mebanding-bandÂingkan dengan uang euro, uang turki, uang kita amat lemah sehingga mudah dipalsu. Kayak euro misalnya itu sudah nyaris tidak bisa dipalsu, kalau pun dipalsu para pemalsu itu akan mengeluarkan modal yang sanÂgat besar untuk memalsukan. Tetangga dekat kita saja seperti Singapura dan Thailand itu teÂlah menggunakan teknologi kinegram sebagai unsur utama sekuriti fiturnya.
Teknologi ini memiliki berbaÂgai keunggulan dalam teknologi percetakan sehingga sulit untuk dipalsukan, namun mudah dikeÂnali keasliannya. Makanya sebaÂgai Ketua Botasupal saya sudah laporkan, dan saat ini sudah dianggarkan agar pada produksi uang kita nanti ditingkatkan pengamanannya. ***
BERITA TERKAIT: