Perempuan Yang Diungkap Al-Quran (68)

Menggugat Definisi Kodrat Perempuan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 11 Mei 2016, 09:15 WIB
Menggugat Definisi Kodrat Perempuan
nasaruddin umar:net
rmol news logo Kodrat perempuan sudah terlanjur diasumsikan di dalam masyarakat sebagaikarakter pemberian Tuhan yang melekat pada diri perempuan. Karakter tersebutdihubungkan dengan kondi­si organ reproduksi dan peran atau beban budaya yang diberikan kepada perem­puan. Perbedaan anatomi biologis dan kom­posisi kimia dalam tubuh dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan kapasitas in­telektual perempuan, yang celakanya dipersepsi­kan berada di bawah kekuatan laki-laki. Laki-laki diasumsikan mempunyai fisik lebih kuat dan ke­cerdasan lebih tinggi dari pada perempuan.

Di samping itu, perempuan mempunyai fung­si reproduksi, seperti rahim yang dapat men­gandung bayi, sewaktu-waktu mengalami sik­lus menstruasi, hamil, melahirkan, dan suasana saat menyusui bayi. Keseluruhan beban biolo­gis perempuan itu ditambah lagi dengan beban social-budaya, membuat definisi kodrat perem­puan lebih berat.

Bertolak dari perbedaan biologis tersebut di kalangan para ahli ada yang melihatnya mem­punyai keterkaitan dengan pola tingkah laku manusia berdasarkan jenis kelamin, seperti yang telah diidentifikasi oleh Unger dan ilmuan lainnya. Mereka menilai kodrat perempuan dan laki-laki di­tentukan oleh kondisi obyektif sebagai berikut.

Kaum laki-laki dianggap memiliki karakter lebihprogresif, tidak terlalu agresif, kurang emosiaonal atau dapat menyembunyikan emosi,lebihobyektif, tidak mudah terpengaruh, tidak submisif, sangat mencintai ilmu pengetahuan, tidak mudah goyah dalam mempertahankan perinsip, lebih aktif, lebih kompetitif dan kooperatif, lebih logik, lebih mendunia, lebih terampil ber­bisnis, lebih berterusterang, lebih mahami seluk beluk perkembangan dunia, lebih berperasaan, tidak mudah tersinggung, lebih suka berpetua­lang, dan lebih mudah mengatasi persoalan.

Sedangkan kaum perempuan diasumsikan di dalam masyarakat tidak terlalu agressif, kurang terlalu bebas, selalu curhat, tidak terlalu nde­penden, lebih emosional, lebih subyektif, tidak terlalu independent, tidak terlalu independen, lebih emosional, sulit menyembunyikan emosi, lebih subjektif, mudah terpengaruh, lebih sub­missive, kurang menyenangi pengetahuan ek­sakta, lebih mudah goyah terhadap krisis, lebihpassif, kurang promotif, kurang kompetitif, kurang logik, lbih berorientasi ke rumah, kurang terampil berbisnis, kurang terusterang, Kurang memahami seluk-beluk perkembangan dunia, berperasaan mudah tersinggung, tidak terlalu suka berpetualang, lebih sulit mengatasi persoalan, lebih sering menangis, tidak umum tampil sebagai pemimpin, kurang rasa perca­ya diri, kurang senang terhadap sikap agresif, kurang ambisi, sulit membedakan antara rasa dan rasio, kurang merdeka, lebih canggung da­lam penampilan, pemikiran kurang unggul, dan kurang bebas berbicara porno.

Dari asumsi tersebut di atas, jelas menem­patkan perempuan sebagai makhluk lemah kar­ena over loaded dari peran biologis dan peran budaya. Akibatnya kaum perempuan merasa atau dirasa tidak pantas menyejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki. Akibatnya lebih lanjut perempuan lebih banyak tersudut sebagai the second class dalam kehidupan bermasyarakat. Alam bawah sadar perempuan tercipta suatu kondisi untuk pasrah di bawah dominasi laki-laki. Sehebat apapun seorang perempuan se­lalu ada rasa "ngalah" terhadap kaum laki-laki. Tentu saja ini asumsi in general.

Al-Qur'an tidak pernah mengasumsikan kod­rat perempuan seperti asumsi di atas. Seba­liknya Al-Qur'an mengasumsikan kodrat perem­puan tidak deterministik dengan beban biologis dan beban social-budaya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA