Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Negara Lain Giat Garap SDM, Indonesia Malah Euforia Demokrasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 29 April 2016, 11:20 WIB
Negara Lain Giat Garap SDM, Indonesia Malah Euforia Demokrasi
rmol news logo Daya saing Indonesia masih lemah dalam menghadapi globalisasi termasuk MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Pasalnya, saat negara lain menggarap SDM-nya sedemikian rupa untuk meraih keunggulan termasuk membangun kekuatan ekonomi, Indonesia justru disibukkan oleh euforia demokrasi. Termasuk pemilihan kepala daerah yang berujung pada tindak pidana korupsi.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Atma Jaya, Jogyakarta, Dr. Gregorius Sri Nurhartanto, SH. LL saat berbicara dalam seminar bertajuk "MEA dan Perang Generasi Ke-IV" yang diselenggarakan STIE/ABA St. Pignatelli, Surakarta, di Solo, Kamis (28/4).

Hadir juga sebagai pembicara mantan Wakil KSAD, Letjen (Purn.) Kiki Syahnakri, Rektor Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Prof. Dr. Bambang Setiaji; dan seminar dipandu wartawan senior, Agung PW.

Menurutnya, pemerintah, pemimpin bangsa dan generasi muda dalam menghadapi Perang Generasi Keempat ini tidak mempunya pilihan lain selain pendidikan jati diri  bangsa dan harus dikedepankan. Indonesia harus menjadi sebuah bangsa yang berkarakter dan berjati diri. Sepanjang sejarah, Indonesia adalah sebagai bangsa besar yang terpuruk dan tidak pernah solid karena senantiasa menyediakan diri untuk dipecah belah.
 
Sementara itu, Bambang Setiaji menyiratkan kekhawatirannya terhadap kekuatan modal asing yang kini deras masuk Indonesia. Menurutnya, modal asing yang masuk ke Indonesia merusak awal dari kehancuran bangsa ini dalam wujud kehancuran  lingkungan, kultur, religiusitas serta mendorong pekerja menjadi berorientasi terhadap uang dan sekuler.
         
Diakuinya, memang pengaruh global dan efek MEA, cukup dilematis bagi Indonesia. Di satu sisi, masuknya modal asing memang diperlukan untuk menambah lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.

Namun karena globalisasi di mana area perdagangan bebas merupakan sebuah kesepakatan yang tidak dapat dihindari, masuknya modal asing tanpa ada pembatasan akan menjadikan Indonesia akan dikuasai atau dijajah secara ekonomi dan budaya. 
 
"Pembatasan ini dimaksud untuk melindungi rakyat terutama generasi saat ini yang akan kelak memimpin Indonesia. Pemerintah harus mendorong rakyat untuk bangkit dari segala keterbelakangannya," tandasnya.

Semenetara itu, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro, yang hadir dalam seminar itu, mengatakan bahwa, Indonesia harus menjadi bangsa yang besar secara nyata dan bukan hanya sekedar berwujud slogan.

Hanya saja kelemahannya adalah bangsa Indonesia tidak memiliki komitmen dan kesetiaan dalam meneruskan perjuangan, mimpi para pendiri negara, serta menjaga nilai-nilai luhur yang sudah diletakkan para leluhur. Menurutnya, jika bangsa Indonesia dan pemimpinnya memiliki komitmen dan kesetiaan, Indonesia akan keluar sebagai pemenang Perang Generasi Keempat. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA