Kecelakaan ini bukan yang pertama. Sepanjang tahun 2015, TNI AU tercatat sudah beberapa kali mengalami kecelakaan penÂerbangan. Di antaranya; dialami jet tempur F16 buatan Amerika Serikat yang terbakar saat henÂdak
take-off di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, April lalu. Disusul kemudian pesawat Hercules C-130B jatuh di Medan Sumatera Utara tiga bulan setelahnya. Kecelakaan jet tempur seri T-50 juga buÂkan cerita baru. Pesawat hasil pengembangan Korea Aerospace Industries (KAI) bersama peruÂsahaan penerbangan Amerika Serikat Lockheed Martin ini telah mengalami tiga kali kecelakaan dalam empat tahun terakhir.
Berikut wawancara
Rakyat Merdeka dengan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja;
Dari hasil investigasi, apa saja temuan sementara TNI AU terkait kecelakaan jet tempur T-50i itu?Kita belum bisa menentukan hasilnya, (penyelidikan) itu tidak secepat seperti (penyeÂlidikan) kecelakaan motor atau mobil. Perlu beberapa hal yang harus kita investigasi, yang bisa berkonstribusi langsung mauÂpun tidak terhadap terjadinya kecelakaan.
Bisa manusia, atau mesinnya sendiri artinya pesawatnyan medianya, kemudian misinya, dan manajemennya. Itu harus kita evaluasi, kita analisa satu per satu.
Langkah apa saja yang suÂdah dilakukan?Kita sudah bentuk tim inÂvestigasi. Saya adalah Ketua Dewan Keselamatan Terbang dan Kerja, saya akan bentuk tim yang akan diketuai oleh seorang Pati (perwira tinggi) atau Pamen (perwira menengah), itu nanti mereka yang akan bekerja dalam penyelidikan.
Tenggat waktu yang diberiÂkan sampai kapan hingga investigasi ini bisa diumumÂkan?Kita tidak bisa menentukan. Pasti perlu waktu, tergantung nanti apa yang didapat, datanya bisa didapat nggak semua bukti-buktinya, fakta-faktanya.
Kalau itu bisa cepat didaÂpat, dikumpulkan, kemudian dianalisa, kita akan bisa simÂpulkan apa penyebab kecelaÂkaannya.
Biasanya?Ada yang empat bulan, ada yang enam bulan bahkan bisa setahun.
Dilihat dari riwayatnya apakah jet tempur T-50i ini mesÂinnya sering bermasalah?Itu nanti dilihat di dalam peÂnyelidikan, riwayat pesawatnya, pemeliharaannya bagaimana, kemudian manusianya, wakÂtu terbangnya dan bagaimana keadaan medianya. Media itu bisa cuaca, keadaan landasan. Kemudian misinya. Apakah misi ini berkonstribusi langsung atau tidak. Kemudian manajemen.
Manajemen ini maksudnya seperti apa?Manajemen ini banyak, bisa manajemen pemeliharaan, manaÂjemen latihannya sendiri dan lain sebagainya. Secara komprehenÂsif nanti itu dianalisa.
Dalam beberapa hari ini, pasca kecelakaan itu apa saja yang sudah dilakukan?Dari kemarin tim sudah mulai mengumpulkan data-data di lokasi TKP, kemudian dari situ mengamÂbil data-data, mengambil fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Kecelakaan pesawat tempur ini bukan yang pertama terÂjadi, tentu Anda punya catatan tertentu terkait musibah ini?Kasusnya kan lain-lain. Yang kemarin itu karena faktor mesin, ada faktor barangnya sendiri, ada faktor manajemen. Ini belum tahu yang sekarang.
Atau mungkin faktor kesenÂgajaan dari pihak tertentu?Oh nggak ada. Saya kira ngÂgak ada faktor kesengajaan.
Apa bisa dipastikan tidak ada faktor kesengajaan dari negara atau pabrik pengimpor pesawat tempur kita?Waktu kita beli kan sudah melaÂlui berbagai uji lapangan, berbagai tes dilakukan. Saya kira nggak ada lah, masak kita beli, pabriknya sengaja mau bikin begitu, saya kira nggak. Mereka nggak akan laku kalau bikin begitu.
TNI-AU tidak akan berenÂcana menyetop impor pesawat tempur buatan negara-negara luar yang punya riwayat keÂcelakaan?Oh nggak ada. Selama itu beÂlum bisa dibuat di dalam negeri, itu harus beli di luar negeri.
Untuk keluarga yang ditinggalkan, apakah perhatian khusus dari TNI AU?Iya kita pasti ada, ada santuÂnan, kita juga punya asuransi, santunan khusus dari pimpinan juga ada.
Sebelum menerbangkan pesawat tempur ini, apakah ada laporan atau masalah terÂtentu pada penerbang sebelum kecelakaan ini?Nggak ada. Mereka orang-orang terlatih, semua sudah melalui tahapan, seleksi, ujian, orang-orang terpilih.
Terakhir, apa yang ingin Anda sampaikan menyikapi rentetan kecelakaan pesawat tempur sepanjang tahun 2015 ini?Barang kali kita tahu lah itu dibeli pakai uang rakyat, gitu kan. Percayalah kita juga tidak ingin celaka gitu, itu sudah menjadi risiko kami, meÂmang bisnis kita adalah bisnis yang berisiko, itu adalah risiko latihan, risiko tugas. Kami sadar sekali peÂsawat itu dibeli menggunakan uang rakyat, dan kami siap menanggung semua risikonya. ***
BERITA TERKAIT: