WAWANCARA

Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja: Pesawat Jatuh Itu Memang Dibeli Pakai Uang Rakyat, Kami Siap Menanggung Risikonya

Rabu, 23 Desember 2015, 09:27 WIB
Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja: Pesawat Jatuh Itu Memang Dibeli Pakai Uang Rakyat, Kami Siap Menanggung Risikonya
Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja:net
rmol news logo Indonesia kembali berduka. Dua penerbang TNIAngkatan Udara (AU) gugur dalam tugas saat menerbangkan jet tempur seri T-50i di ajang Gebyar Dirgantara di Lapangan Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta, Ahad (20/12).

Kecelakaan ini bukan yang pertama. Sepanjang tahun 2015, TNI AU tercatat sudah beberapa kali mengalami kecelakaan pen­erbangan. Di antaranya; dialami jet tempur F16 buatan Amerika Serikat yang terbakar saat hen­dak take-off di Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, April lalu. Disusul kemudian pesawat Hercules C-130B jatuh di Medan Sumatera Utara tiga bulan setelahnya. Kecelakaan jet tempur seri T-50 juga bu­kan cerita baru. Pesawat hasil pengembangan Korea Aerospace Industries (KAI) bersama peru­sahaan penerbangan Amerika Serikat Lockheed Martin ini telah mengalami tiga kali kecelakaan dalam empat tahun terakhir.

Berikut wawancara Rakyat Merdeka dengan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Hadiyan Sumintaatmadja;

Dari hasil investigasi, apa saja temuan sementara TNI AU terkait kecelakaan jet tempur T-50i itu?
Kita belum bisa menentukan hasilnya, (penyelidikan) itu tidak secepat seperti (penye­lidikan) kecelakaan motor atau mobil. Perlu beberapa hal yang harus kita investigasi, yang bisa berkonstribusi langsung mau­pun tidak terhadap terjadinya kecelakaan.

Bisa manusia, atau mesinnya sendiri artinya pesawatnyan medianya, kemudian misinya, dan manajemennya. Itu harus kita evaluasi, kita analisa satu per satu.

Langkah apa saja yang su­dah dilakukan?

Kita sudah bentuk tim in­vestigasi. Saya adalah Ketua Dewan Keselamatan Terbang dan Kerja, saya akan bentuk tim yang akan diketuai oleh seorang Pati (perwira tinggi) atau Pamen (perwira menengah), itu nanti mereka yang akan bekerja dalam penyelidikan.

Tenggat waktu yang diberi­kan sampai kapan hingga investigasi ini bisa diumum­kan?
Kita tidak bisa menentukan. Pasti perlu waktu, tergantung nanti apa yang didapat, datanya bisa didapat nggak semua bukti-buktinya, fakta-faktanya.

Kalau itu bisa cepat dida­pat, dikumpulkan, kemudian dianalisa, kita akan bisa sim­pulkan apa penyebab kecela­kaannya.

Biasanya?
Ada yang empat bulan, ada yang enam bulan bahkan bisa setahun.

Dilihat dari riwayatnya apakah jet tempur T-50i ini mes­innya sering bermasalah?

Itu nanti dilihat di dalam pe­nyelidikan, riwayat pesawatnya, pemeliharaannya bagaimana, kemudian manusianya, wak­tu terbangnya dan bagaimana keadaan medianya. Media itu bisa cuaca, keadaan landasan. Kemudian misinya. Apakah misi ini berkonstribusi langsung atau tidak. Kemudian manajemen.

Manajemen ini maksudnya seperti apa?
Manajemen ini banyak, bisa manajemen pemeliharaan, mana­jemen latihannya sendiri dan lain sebagainya. Secara komprehen­sif nanti itu dianalisa.

Dalam beberapa hari ini, pasca kecelakaan itu apa saja yang sudah dilakukan?
Dari kemarin tim sudah mulai mengumpulkan data-data di lokasi TKP, kemudian dari situ mengam­bil data-data, mengambil fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

Kecelakaan pesawat tempur ini bukan yang pertama ter­jadi, tentu Anda punya catatan tertentu terkait musibah ini?
Kasusnya kan lain-lain. Yang kemarin itu karena faktor mesin, ada faktor barangnya sendiri, ada faktor manajemen. Ini belum tahu yang sekarang.

Atau mungkin faktor kesen­gajaan dari pihak tertentu?
Oh nggak ada. Saya kira ng­gak ada faktor kesengajaan.

Apa bisa dipastikan tidak ada faktor kesengajaan dari negara atau pabrik pengimpor pesawat tempur kita?

Waktu kita beli kan sudah mela­lui berbagai uji lapangan, berbagai tes dilakukan. Saya kira nggak ada lah, masak kita beli, pabriknya sengaja mau bikin begitu, saya kira nggak. Mereka nggak akan laku kalau bikin begitu.

TNI-AU tidak akan beren­cana menyetop impor pesawat tempur buatan negara-negara luar yang punya riwayat ke­celakaan?
Oh nggak ada. Selama itu be­lum bisa dibuat di dalam negeri, itu harus beli di luar negeri.

Untuk keluarga yang ditinggalkan, apakah perhatian khusus dari TNI AU?
Iya kita pasti ada, ada santu­nan, kita juga punya asuransi, santunan khusus dari pimpinan juga ada.

Sebelum menerbangkan pesawat tempur ini, apakah ada laporan atau masalah ter­tentu pada penerbang sebelum kecelakaan ini?

Nggak ada. Mereka orang-orang terlatih, semua sudah melalui tahapan, seleksi, ujian, orang-orang terpilih.

Terakhir, apa yang ingin Anda sampaikan menyikapi rentetan kecelakaan pesawat tempur sepanjang tahun 2015 ini?
Barang kali kita tahu lah itu dibeli pakai uang rakyat, gitu kan. Percayalah kita juga tidak ingin celaka gitu, itu sudah menjadi risiko kami, me­mang bisnis kita adalah bisnis yang berisiko, itu adalah risiko latihan, risiko tugas. Kami sadar sekali pe­sawat itu dibeli menggunakan uang rakyat, dan kami siap menanggung semua risikonya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA