Dalam dunia Islam manipulasi dalil-dalil agama juga pernah terjadi. Suatu ketika terjadi pemandangan menarik di sebuah pasar tradisÂional di Timur Tengah. Seorang penjual madu dagangannya laris manis karena dipoles denÂgan hadis, ditambah dengan ayat yang dikutip dari surah al-Nahl (lebah madu). Hadis tentang madu memang pernah ada, yaitu: al-'Asal da'u kulli dawa' (madu mengobati berbagai macam penyakit). Penjual madu meneriakkan hadis Nabi di tengah pasar sehingga dalam waktu tidak lama dagangannya habis.
Di samping penjual madu ada seorang penÂjual terong hanya bisa termangu menyaksikan pembeli menyerbu dagangan madu di sampÂingnya, sementara dagangan terongnya tidak ada yang mampir membeli. Rupanya si penjual terong tidak kehabisan akal. Ia pun mengarang sebuah hadis yang isinya mirip dengan hadis yang diteriakkan oleh penjual madu. Ia memÂbuat hadis palsu dan meneriakkannya beruÂlang-ulang: Wahai para pengunjung pasar, keÂmarilah membeli terongku, Rasulullah pernah bersabda: Al-Bazinjan da'u kulli dawa' (terong bisa menyembuhkan berbagai macam penyaÂkit). Alhasil, dagangan penjual terong juga larÂis manis. Hadis palsu tersebut sering dijadikan contoh dari hadis palsu di dalam kitab-kitab uluÂmul hadis.
Dalam kesempatan lain ketika Ibu Megawati Soekarno Putri mencalonkan diri sebagai PresiÂden masa lalu, sebuah spanduk raksasa yang berisi hadis Nabi terpampang di sebuah kampus besar: Lan yufliha qaumun wallau amrahum imÂraatan (Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya diurus oleh seorang perempuan). Di tempat lain dipajang spanduk isinya ayat Al-Qur’an: Al-Rijal qawwamun 'ala al-nisa' (Laki-laku pemimpin bagi perempuan/Q.S. al-Nisa'/4:32). Jelas tujuan spanduk-spanduk dan brosur itu bertujuan mencekal Ibu Megawati seÂbagai calon Presiden. Perolehan suara Ibu MegaÂwati tergolong kurang di kawasan itu, namun tidak berhasil mencekalnya sebai Presiden.
Secara terselebung hingga saat ini dalil-dalil agama masih sering dipolitisasi untuk "menemÂbak" seseorang atau sekelompok orang. BuÂkan hanya dalam dunia politik tetapi juga dalam dunia bisnis. Ada produk-produk dipoles dengan ayat atau hadis tetapi pada merek lain dijadiÂkan sasaran kampanye hitam untuk menjatuhÂkan produk itu. Perang antara kelompok radikal dengan kelompok liberal juga menggunakan ayat dan hadis. Kesemuanya ini menunjukkan begitu gampang orang mencapai sasarannya dengan polesan dalil-dalil agama. Yang paling menyedihkan, kalimat-kalimat suci diucapkan untuk mengeksekusi secara kejam orang-orang yang dianggap musuhnya, seperti kita saksikan di media-media sosial tentang perlakuan ISIS terhadap tawanan perangnya. Sehubungan dengan itu semua, kita sebagai bangsa yang majmuk selalu harus waspada terhadap orisiÂnalitas dan keabsahan Kitab Suci. ***