Program deradikalisasi hampir setiap negara sudah diterapkan, namun tema dan obyek deÂradikalisasi cenderung masih bersifat monoton, sehingga sulit diharapkan hasil yang lebih efektif. Pada umumnya tema deradikalisasi berkisar pada pemahaman kembali ajaran-ajaran dasar agama yang bersifat universal. Di dalam Islam, diupayakan untuk memahami kembali ayat-ayat dan hadis yang difahami secara tekstual dan memutuskan historiÂcal background dan maqashid al-syari'ah. Sasaran deradikalisasi biasanya kurikulum dan bahan ajar seperti buku-buku, jurnal, materi-materi ceramah. Tidak terkecuali orang dan lembaga juga sering menjadi sasaran deradikalisasi seperti yang kita lihat di dalam sejumlah negara.
Penyisiran kurikulum dan bahan bacaan hampir semua negara melakukannya, termasuk Indonesia. Hanya saja cara masuknya berbeda-beda. Ada negera yang menyisir kurikulum dan syllabus denÂgan mendrop seluruh materi yang berpotensi bisa menimbulkan pemahaman keras. Ada juga dengan cara-cara memberikan perbandingan dengan pendapat atau pandangan lain, meskipun dalilnya sama. Cara-cara seperti umum dilakukan, terÂmasuk di Indonesia. Materi perbandingan mazhab (muqaranah al-madzahib) menjadi materi penting di dalam pembelajaran agama. Materi engenalan dasar agama-agama lain juga diperkenalkan atau diajarkan di dalam jenjang pendidikan tertentu agar peserta didik tidak hanya mengenal kebaikan agamanya sendiri tetapi pada agama lain terdapat juga ajaran kebaikan.
Buku-buku bacaan dan terbitan juga dikendalikan dengan cara menyeleksi bahan-bahan bacaan peserta didik. Tentu dengan cara ini tidak mudah karena bahan bacaan sekarang tidak hanya dalam bentuk buku yang gampang diatur pendistribusianÂnya. Yang lebih berat ialah dalam bentuk e-books atau internet, yang bisa menyuguhkan apapun, termasuk bagaimana cara merakit bom. Terbukti sejumlah kasus kejadian bom pelakunya mengaku belajarnya dari internet. Bagi orang yang berbakat dan memiliki keinginan dan motivasi kuat bisa saja menemukan ide-ide cerdas melalui internet, seÂmentara internet sekarang sudah sangat personal, karena melekat di dalam HP yang diakses kapan saja dan di mana saja.
Sasaran lain yang sering dijadikan target ialah orang-orang atau kelompok, yayasan, lembaga yang dicurigai memiliki jaringan khusus yang berÂpotensi menggalang kekuatan untuk menciptaÂkan keresahan dengan melakukan serangkaian kekerasan atau ancaman kekerasan di dalam masyarakat. Bagi mereka targetnya adalah menÂimbulkan kepanikan dan ketakutan public. Dengan begitu mereka menganggap separuh targetnya sudah tercapai. ***