MENCEGAH KONFLIK KEAGAMAAN (18)

Mengagendakan Program Deradikalisasi

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Sabtu, 19 Desember 2015, 09:48 WIB
Mengagendakan Program Deradikalisasi
nasaruddin umar:net
POSISI umat Islam secara global dalam dasawarsa men­datang masih tetap berada dalam masa transisi sosial politik. Situasinya belum ban­yak bergeser dari dasawarsa sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini kelompok radika­lisme masih tetap akan me­warnai pola relasi hubungan Timur dan Barat. Ketidak adilan dan kedhaliman yang dirasakan umat Islam di sejumlah daerah dan Negara masih tetap akan berlanjut. Posisi Palestina yang mendapatkan tekanan dan per­lakuan tidak adil dari Israel yang dimanjakan dunia Barat masih tetap bahkan mungkin akan semakin meningkat. Sementara keamanan di Irak, Syiria, Libia, dan Yaman belum memperlihatkan tanda-tanda kemajuan. Bahkan ISIS bukannya semakin surut dengan hadirnya pasukan koalisi Barat dan koalisi Timur yang dipimpin Saudi Arabia. Dalam kondisi seperti ini agenda deradikalisasi tetap harus ditingkatkan.

Program deradikalisasi hampir setiap negara sudah diterapkan, namun tema dan obyek de­radikalisasi cenderung masih bersifat monoton, sehingga sulit diharapkan hasil yang lebih efektif. Pada umumnya tema deradikalisasi berkisar pada pemahaman kembali ajaran-ajaran dasar agama yang bersifat universal. Di dalam Islam, diupayakan untuk memahami kembali ayat-ayat dan hadis yang difahami secara tekstual dan memutuskan histori­cal background dan maqashid al-syari'ah. Sasaran deradikalisasi biasanya kurikulum dan bahan ajar seperti buku-buku, jurnal, materi-materi ceramah. Tidak terkecuali orang dan lembaga juga sering menjadi sasaran deradikalisasi seperti yang kita lihat di dalam sejumlah negara.

Penyisiran kurikulum dan bahan bacaan hampir semua negara melakukannya, termasuk Indonesia. Hanya saja cara masuknya berbeda-beda. Ada negera yang menyisir kurikulum dan syllabus den­gan mendrop seluruh materi yang berpotensi bisa menimbulkan pemahaman keras. Ada juga dengan cara-cara memberikan perbandingan dengan pendapat atau pandangan lain, meskipun dalilnya sama. Cara-cara seperti umum dilakukan, ter­masuk di Indonesia. Materi perbandingan mazhab (muqaranah al-madzahib) menjadi materi penting di dalam pembelajaran agama. Materi engenalan dasar agama-agama lain juga diperkenalkan atau diajarkan di dalam jenjang pendidikan tertentu agar peserta didik tidak hanya mengenal kebaikan agamanya sendiri tetapi pada agama lain terdapat juga ajaran kebaikan.

Buku-buku bacaan dan terbitan juga dikendalikan dengan cara menyeleksi bahan-bahan bacaan peserta didik. Tentu dengan cara ini tidak mudah karena bahan bacaan sekarang tidak hanya dalam bentuk buku yang gampang diatur pendistribusian­nya. Yang lebih berat ialah dalam bentuk e-books atau internet, yang bisa menyuguhkan apapun, termasuk bagaimana cara merakit bom. Terbukti sejumlah kasus kejadian bom pelakunya mengaku belajarnya dari internet. Bagi orang yang berbakat dan memiliki keinginan dan motivasi kuat bisa saja menemukan ide-ide cerdas melalui internet, se­mentara internet sekarang sudah sangat personal, karena melekat di dalam HP yang diakses kapan saja dan di mana saja.

Sasaran lain yang sering dijadikan target ialah orang-orang atau kelompok, yayasan, lembaga yang dicurigai memiliki jaringan khusus yang ber­potensi menggalang kekuatan untuk mencipta­kan keresahan dengan melakukan serangkaian kekerasan atau ancaman kekerasan di dalam masyarakat. Bagi mereka targetnya adalah men­imbulkan kepanikan dan ketakutan public. Dengan begitu mereka menganggap separuh targetnya sudah tercapai. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA