Dambutannya Bambang Sadono mengatakan penggunaan wayang orang sebagai sarana sosialisasi empat pilar merupakan pilihan yang sangat baik. Itu artinya, MPR peduli dan turut menjaga dan melestarikan kesenian tradisional. Apalagi keberadaan wayang orang semakin terpinggir dan terancam. Terbukti, saat ini hanya ada tiga group wayang orang yang masih bertahan. Yaitu Ngesti Pandowo Seamarang, Sriwedari Surakarta dan Barata Jakarta.
"Wayang orang sudah terlalu lama dibiarkan berjuang sendiri menghadapi himpitan zaman. Padahal lawan dan tantangannya semakin besar. Karena itu pemerintah harus turun tangan, ikut serta melestarikan kesenian ini agar tidak hilang dari masyarakat," kata dia lewat rilis Humas MPR, Jumat (18/12).
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga wayang orang adalah pemberian anggaran yang asalnya dari APBD. Namuan cara tersebut harus dituangkan ke dalam Peraturan daerah, sehingga itu bisa berjalan secara berkesinambungan, tidak tergantung sipapun kepala daerahnya.
"Ini harus segera dilakukan, jangan sampai wayang orang diklaim menjadi milik negara lain, setelah itu baru kita kelabakan, dan berusaha mempertahankan," ungkap Bambang Sadono.
Sementara Kepala Biro Humas MPR Ma'ruf Cahyono mengatakan pagelaran kesenian tradisional wayang orang merupakan salah satu metode sosialisasi Empat Pilar MPR. Tugas sosialisasi yang dilakukan MPR merupakan perintah UU. Karena itu pagelaran wayang orang ini merupakan tindakan sesuai UU.
Metode sosialisasi empat pilar menggunakan wayang orang merupakan cara yang unik. Sedang pemakaian wayang orang itu sendiri baru pertama dilakukan sepanjang berlangsungnya sosialisasi. Nyatanya wayang orang masih hidup dan digandrungi masyarakat.
"MPR akan terus menggunakan cara-cara yang lebih menarik dalam melaksanakan amanat UU untuk melakukan sosialisasi, salah satunya dengan sarana wayang orang. Karena kesenian wayang orang begitu diminati dan sangat dekat dengan masyarakat," kata Ma'ruf menambahkan.
[rus]
BERITA TERKAIT: