WAWANCARA

Sutiyoso: Di Papua Masih Ada Letupan & Teror, Satgas Damai Bisa Lebih Diefektifkan

Selasa, 06 Oktober 2015, 09:37 WIB
Sutiyoso: Di Papua Masih Ada Letupan & Teror, Satgas Damai Bisa Lebih Diefektifkan
Sutiyoso/net
rmol news logo Wilayah ujung timur kita, Papua, kerap terjadi insiden kekerasan yang dipicu berbagai isu. Tak hanya soal kemerdekaan saja yang bermain, isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dan peredaran narkoba pun mulai marak. Saat Hari Raya Idul Fitri lalu, umat muslim di kabupaten Tolikara yang sedang melaksanakan salat Id diserang.
 
Dan yang paling hangat, dua Warga Negara Indonesai (WNI) disandera kelompok bersenjata Papua hingga 'diseret' menye­berang ke negeri jiran Papua Nugini. Penyandera saat itu dikabarkan meminta barter tahanan narkoba, namun pemerintah enggan memenuhinya.

Melihat Papua mulai berke­camuk, Kepala Badan Intelijen Negara, Sutiyoso mengefektif­kan kembali Satuan Tugas atau Satgas Damai Papua. Letupan separatisme yang masih terjadi di Papua, dikatakan Bang Yos, perlu dicarikan solusinya secara damai. Berikut, petikan wawan­cara Rakyat Merdeka dengan pensiunan jenderal bintang tiga yang akrab disapa Bang Yos ini lewat sambungan telepon;

Apa perlunya Satgas Damai Papua dibentuk?
Sebenarnya, Satuan Tugas atau Satgas Damai Papua ini sudah dibentuk sejak November 2014. Pembentukannya itu ber­tujuan untuk mengkoordinir semua potensi intelijen yang ada, agar efektif kinerjanya. Nah, fo­rum Satgas Damai Papua inilah wadah untuk mengkoordinir potensi itu semua.

Apa tujuan pembentukan Satgas Damai Papua?
Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, terutama menjaga keu­tuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai den­gan keinginan Pak Joko Widodo (Presiden RI), Satgas ini harus berfungsi menciptakan kesejahteraan masyarakat, dengan cara-cara persuasif dan menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Republik Indonesia.

Kalau untuk menciptakan kesejahteraan, mengapa di­labeli Satgas Damai Papua, sepertinya Papua masih dalam kondisi konflik saja?
Memang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terkhusus di Papua, sebab di sana masih ada letupan-letupan separatisme yang terjadi. Bahkan, beberapa waktu lalu, terjadi penculikan terhadap dua Warga Negara Indonesia (WNI) diperbatasan Papua dengan Papua Nugini.

Siapa saja yang dilibatkan dalam Satgas Damai itu?
Ya semua unsur dan potensi intelijen kita, yakni BIN, Kopassus, Kepolisian, Intelijen Daerah (Binda), dan semua potensi intelijen lainnya. Ini semua untuk mengefektifkan kerja kita.

Mengapa Kopassus dilibat­kan, kan Satgas Damai?
Nah, kalau Kopassus ini kan di dalam Satgas Damai Papua bertugas melakukan penggalan­gan, membujuk masyarakat se­cara persuasif, menemui tokoh-tokoh adat, kepala-kepala suku dan golongan-golongan sepa­ratis supaya turun gunung, dan bersama-sama menjaga Papua sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi, Kopassus itu tidak me­lulu untuk tujuan penindakan atau peperangan seperti yang dianggapan banyak orang. Di Kopassus kan ada juga Sandhi Yudha yakni intelijen yang melakukan pendekatan persuasif dengan komunikasi yang baik.

Jangan-jangan pembentu­kan Satgas ini untuk menga­tasi tindakan separatisme di Papua?
Seperti saya katakan tadi, Satgas ini sebetulnya sudah terbentuk sejak November 2014 lalu. Dan ini menjadi amanat dan keinginan Presiden Jokowi se­bagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat di sana.

Apakah gerakan separat­isme di Papua masih begitu besar dan kuat sehingga perlu membentuk Satgas Damai Papua?
Sampai saat ini, memang masih ada saja letupan-letupan, teror dan tindakan-tindakan penembakan yang dilakukan separatis di Papua. Meski tidak besar, tetapi karena gampang ter-publish dan menyulut pem­bangunan opini publik, apalagi media-media sangat suka mem-blow up ulah separatisme itu, ya jadinya seolah jadi besar separatisme di sana.

Sebesar apa kekuatan mereka?
Sebetulnya, kecil-kecil saja. Dari segi jumlah ya kecil, dari segi persenjataan pun ya kecil-kecil saja. Tak sebanding dan tidak sebesar sebagaimana ser­ing diekspos-lah. Cuma ulahnya itu yang sering di-blow up ber­lebihan, menimbulkan teror.

Kalau tadi dikatakan Satgas ini sudah terbentuk sejak 2014 lalu, apa saja yang sudah di­lakukan?
Ya sejak dibentuk, sudah ada sejumlah upaya persuasif yang dilakukan. Bahkan, kemarin itu, terkait penculikan dan penyader­aan dua Warga Negara Indonesia ke Papua Nugini, Satgas ini su­dah turun tangan ke sana untuk membebaskan sandera. Yang pasti, cara-cara kerja yang di­lakukan Satgas Damai Papua ini ya dengan pendekatan-pendeka­tan persuasif dan kemanusiaan. Berupa penggalanan kesadaran dan merangkul kembali kel­ompok-kelompok masyarakat dan separatis Papua bahwa kita semua ini adalah saudara, satu bangsa, satu tanah air dan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. *** 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA