Dari sekian banyak demo itu, belum ada yang mengatakan secara tegas bahwa pemerintah gagal mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Tapi tidak dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono. "Saya tidak tahan melihat penderitaan rakyat saat ini karena krisis ekonomi yang melanda negeri ini. Makanya perlu dikatakan bahwa pemerÂintah Jokowi gagal mengatasi krisis ekonomi," tegas aktivis yang pernah ditahan saat pemerÂintahan SBY karena menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin. Berikut kutipan lengkapnya:
Apa yang melatarbelakangi keluarnya pernyataan makluÂmat oposisi, kemarin?Maklumat ini sebenarnya pernyataan sikap saya pribadi yang tidak tahan melihat kondisi rakyat yang sekarang ini terkena dampak langsung dari krisis ekonomi.
Petani, buruh, nelayan, usaha kecil mengah dan kaum miskin perkotaan berkurang drastis pendapatannya akibat kehilÂangan pekerjaan alias pemuÂtusan Hubungan Kerja (PHK), serta menurunnya daya beli masyarakat.
Belum lagi jutaan nasib peÂgawai negeri, prajurit TNIdan Polri yang gajinya berkurang karena asumsi di APBN juga harÂus disesuaikan dengan turunnya nilai tukar rupiah. Sementara di sisi yang lain, pemerintah tidak mengakui saat ini sebenarnya sedang terjadi krisis ekonomi. Ini berarti menipu keadaan. Pada saat yang sama DPR dan masyarakat terkesima dengan kecepatan runtuhnya ketahanan ekonomi nasional.
Apakah sikap ini juga meruÂpakan sikap Partai Gerindra?Ya memang saya sadari sebaÂgai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra pasti akan ditanya tentang ini, tapi ya memang saya begini apa adanya. Justru sebagai kader partai saya harus menunjukkan kepedulian dan berani menyatakan kebenaran.
Saya juga aktivis yang punya pikiran dan idealisme, tentu merasa resah karena tidak ada satupun yang berani menyatakan secara terbuka bahwa pemerintah gagal mengatasi krisis ekonomi.
Mudah-mudahan sikap ini disÂetujui oleh teman-teman di parÂtai maupun oleh Pak Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra). Kalau mau jujur, sekarang ini semuanya sudah menjadi pendapat umum yang menyatakan pemerintahan ini dianggap kurang mampu.
Apakah memang sudah sedemikian parah keadaannya, padahal pusat perbelanjaan tetap ramai?Masyarakat kelas menengah ke atas yang jumlahnya puluhan juta tetap merupakan pasar yang potensial untuk itu. Makanya mall tetap ramai. Tapi masalahÂnya Indonesia kan bukan hanya puluhan juta penduduknya, ada ratusan juta penduduk lainnya yang hidup dalam kemiskinanÂdan dan kemelaratan.
Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menyakan bahwa anka penduduk yang miskin pada peÂriode September 2015 meningÂgkat jumlahnya. Jadi keadaan ini memang sudah jelas faktanya. Belum lagi kapasitas negara atau pemerintahan dalam memperÂtahankan ketahan nasionalnya, baik ketahanan ekonomi, pangan sudah jauh berkurang.
Kapasitas ketahanan keamanan dalam bentuk penyediaan alutÂsista juga ikut menurun karena belanja alutsista juga ikut diÂkurangi. Jadi Indonesia sekarang terancam dari semua lini dan sanÂgat membahayakan. Harus ada yang menyelamatkan Indonesia.
Bukankah pemerintah sebeÂnarnya sudah melakukan upaya untuk mengatasi ini?Presiden masih sibuk penÂcitraan dan kelihatan makin bingung. Begitu juga Wakil Presiden sibuk dengan urusanÂnya sendiri, dan soliditas kabinet kocar-kacir. Sebaiknya harus ada kejujuran dari pemerintah bahwa Indonesia sebenarnya mau bangkrut dan semua introsÂpeksi. Daripada bilang kita aman tetapi jual negara diam-diam atau meminjam utang baru.
Rakyat Indonesia memang toleran, sabar dan pemaaf, tapi kalau sudah tidak tahan yang ada adalah amok massa. Jika ini terjadi akan merugikan kita semua.
Apa kondisi ini bisa menÂjatuhkan Presiden?Saya kira semua harus jernih berpikir bahwa sikap kritis ini adalah untuk kebaikan. Yang menjadi masalah di sini, sejauhÂmana yang berkuasa mendenÂgarkan ini dengan jernih juga. Kita lihat, apakah masyarakat mendukung pemerintah atau oposisi. ***
BERITA TERKAIT: