Khusus untuk umat Islam, sejak awal berdirinya bangÂsa ini menganggap kosa kata Islam dan NKRI bagaikan sebuah kata majmuk. Kedua kata ini tidak bisa dipisahkan karena sudah saling memÂberi energi satu sama lain. Jika kita berbicara tentang Islam di Indonesia pasti kita berbicara tentang NKRI, demikian pula sebaliknya.
Pemahaman Islam yang berkeindonesiaan dan Islam yang berkeislaman sudah terjadi jauh sebelum proto-Indonesia. Banyak teori tentang kapan masuknya Islam di Indonesia. Mulai dari orang mengatakan semenjak masa pemerinÂtahan Utsman ibn 'Affan sampai sejarawan BaÂrat yang mengatakan semenjak abad ke 13 M. Akulturasi dan enkulturasi antara keduanya suÂdah terjadi sejak awal. Wajar jika
The FoundÂing Fathers bangsa ini tidak perlu mempersoalÂkan kenapa Islam tidak menjadi dasar Negara di negara. Bagi bangsa Indonesia lebih penting mempertahankan "Negara Islami" ketimbang "Negara Islam". Sampai hari ini pendirian itu masih tetap tangguh.
Lintasan sejarah panjang Indonesia memÂbuktikan bahwa Indonesia hidup damai denÂgan berbagai kemajmukannya, termasuk kemÂajmukan agama. Jiwa besar yang dimiliki para pejuang dan pendiri bangsa ini mengajari kita sebagai generasi pelanjutnya untuk tidak perÂlu mengusik keberadaan NKRI. Salahsatu haÂsil Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), organisasi masyarakat terbesar di negeri ini pernah memÂberikan legitimasi kalau NKRI sudah merupakan bentuk final bagi bagsa Indonesia. Keberadaan NKRI tidak perlu diotak atik, bahkan tidak perlu ditafsirkan bermacam-macam. Islam dan NKRI sudah senapas dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Realitas seperti ini sesungguhnya adalah wujud nyata ukhuwah wathaniyah.
Ukhuwah wathaniyah harus dipertahankan dan harus selalu dipupuk. Kini muncul kekhaÂwatiran sementara pihak yang meragukan keÂlanggengan keutuhan antara keduanya dengan munculnya kelompok ideology yang memÂpersoalkan hubungan tersebut. Bahkan ada yang secara terang-terangan mau menafikan keberadaan NKRI dengan memperkenalkan ideologi tarns nasional, seperti yang dikemÂbangkan oleh kelompok Islamic State ini Iraq and Syam (ISIS). Kelompok ini bermimpi akan mengeliminir Negara Bangsa (
nation state) lalu digantikan dengan konsep khilafah, yang meÂnyerahkan kepemimpinan tunggal negara ketÂangan seorang khalifah.
Al-Qur'an dan Hadis sesungguhnya memÂberikan hak-hak budaya lokal (
cultural right) untuk menginterpretasikan dirinya, sehingga tidak mesti menjadi "orang Arab" untuk menjaÂdi mulim/muslimah terbaik. Kita bisa tetap menÂjadi orang Indonesia sekaligus sebagai muslim/muslimah terbaik. Rasulullah Saw makan denÂgan tiga jari tangan, karena makanannya adaÂlah roti. Bagi kita bangsa Indonesia tidak mesti makan dengan menirukan Nabi makan karena makanan kita nasi.
Nabi mencontohkan dengan kencing duduk karena pakaian Arab umumnya menggunakan gamis, mirip sarung. Memang kita harus duduk atau jongkok agar aurat kita tertutup dan terÂbebas dari percikan najis. Akan tetapi bangsa yang menggunakan celana panjang, justru lebÂih nyaman dan aman dengn kencing berdiri. Closet kencing kita pun dirancang berdiri. ***