KEKUATAN SILATURRAHIM (1)

Makna Spiritual Silaturrahim

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Selasa, 21 Juli 2015, 13:03 WIB
Makna Spiritual Silaturrahim
nasaruddin umar/net
UNTUK memahami keda­laman makna silaturrahim (shilah al-rahim), kita perlu memahami arti semantik kata shilah dan rahim. Kata shilah dalam bahasa Arab: washala-yashilu-washlan, wushulan, shilah, yang se­cara harfiah berarti sam­pai ke..., menyambung, menggabungkan, dan berkelanjutan. Dari akar kata tersebut terbentuk sejumlah derifasi dan maknanya masing-masing. Apalagi jika di­hubungkan dengan derifasi maknanya yang lebih besar (isytiqaq al-kabir), huruf wa-sha-la yang kemudian membentuk sejumlah kata seperti: Washala (sampai, menyambung), wash­shala (menyampaikan), washil (tetap berfungsi), ittashala (berkelanjutan), shilah (perhubungan), washlun (tanda terima, resi), wushl (pertalian, perhubungan), washilah (keakraban, perkum­pulan), wushul (suka atau banyak memberi), washil (menyambung), aushal (persediaan), maushil (tempat pengembangan), muwashil (perhubungan), dan shalat (shalat). Cakupan dari berbagai makna derifasi ini menjadi spirit atau roh silaturrahim.

Sedangkan kata rahim berasal dari akar kata rahima-yarham-marhamah, yang secara harfiah berarti menaruh kasih, mencintai, menyayangi dengan sangat dalam. Dari akar kata ini muncul derifasi kata lain misalnya: Rahmah (rahmat), al-Rahim (Maha Penyayang), dan al-Rahman (Maha Pengasih). Dari akar kata yang sama juga lahir kata rahim, yaitu organ reproduksi, baik yang berada di dalam perut perempuan (rahim mikrokosmos) maupun organ reproduksi alam raya (rahim makrokosmos), seperti perut bumi yang juga lazim disebut ibu pertiwi.

Secara populer silaturrahim sering diarti­kan menyambung tali cinta-kasih. Silaturrahim sering diidentikkan dengan kata halal bi halal, mempunyai makna lebih dari sekedar bersalam-salaman antara satu dengan yang lain. Konsep silaturrahim di dalam Al-Qur'an dan sebagaima­na dipraktekkan Rasulullah Saw, bukan hanya dengan sesama umat Islam, atau sesama umat manusia, tetapi lebih luas dari itu, meliputi selu­ruh makhluk makrokosmos, mikrokosmos, dan makhluk spiritual. Silaturrahim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial ma­nusia, seperti agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan lain sebagainya.

Silaturrahim juga bisa diwujudkan dengan para makhluk spiritual, seperti dengan para arwah yang telah wafat, para malaikat, dan para jin. Bagi para sufi, juga mempunyai konsep sila­turrahim dengan Tuhan yang diistilahkan dengan "taqarrub ilallah" (pendekatan diri kepada Allah Swt). Semakin harmonis silaturrahim ke­pada para pihak maka semakin tinggi kualitas dan martabat manusia itu. Semakin buruk sila­turrahim itu maka semakin buruk pula kualitas dan martabat hidup manusia itu. Sedemikian dalam makna silaturrahim ini maka Nabi pernah bersabda: "Kasih sayang itu tergantung di langit Arasy lalu Ia berkata barang siapa yang menjalin hubungan denganku maka akan dihubung­kan dirinya dengan Tuhan, sebaliknya barang­siapa yang memutus shilaturrahim terhadapku maka Allah pun akan memutus hubungan den­gannya". Dalam hadis lain dikatakan: "Barang­siapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah SWTtidak akan menjalin hubungan den­gannya".

Silaturrahim salahsatu rahasia untuk mem­perpajang umur, sebagaimana disabdakan Nabi bahwa silaturrahim bisa memperpanjang umur. Apa yang dikatakan Nabi ini secara rasional bisa difahami bahwa orang yang memiliki banyak kole­ga baik sudah barangtentu lebih banyak jembatan rahmat dan rezki yang bisa dibangun. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA