SUNGGUHPUN kata mukhlish dan mukhlash berasal dari akar kata akhlasha-yukhlishu, dan sering diterjeÂmahkan sama dalam bahaÂsa Indonesia, berarti tulus, jujur, jernih, bersih, dan murni. Dari akar kata terseÂbut lahir kata mukhlish, jaÂmaknya al-mukhlishin berarÂti orang yang setulus-tulusnya mengikhlaskan diri di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah Swt. Perkataan, pikiran, dan segenap tindakannya hanya tertuju kepada Allah Swt.
Pengertian ikhlas lebih popular berarti kesÂungguhan dan ketulusan di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah Swt. Kalangan ulama tasawuf menjelaskan pengertian ikhlas sebagai upaya untuk menyucikan ketaatan dari perhatian sesama makhluk dan menjadikan Allah sebagai tujuan dalam berbagai ketaatan yang dilakukannya. Kebalikan dari ikhlas ialah riya', yaitu suatu perbuatan yang dilakukan selain untuk Allah Swt juga untuk mendapatkan pujian dari makhluk. Riya’mulai terjadi manakala seseÂorang mulai menikmati pujian dari kebaikan yang dilakukannya.
Dari kata akhlasha lahir juga kata mukhlash, jamaknya mukhlashin berarti orang yang menÂcapai puncak keikhlasan sehingga bukan diÂrinya lagi yang berusaha menjadi orang ikhlas (mukhlishin) tetapi Allah Swt yang proaktif untuk memberikan keikhlasan. Mukhlis masih sadar kalau dirinya berada pada posisi ikhlas, sedanÂgkan mukhlash sudah tidak sadar kalau dirinya sedang berada dalam posisi ikhlas. Keikhlasan sudah merupakan bagian dari habit dan kehiduÂpan sehari-harinya. Jika kadar keikhlasan masih dalam batas mukhlis maka masih riskan untuk diganggu berbagai provokasi iblis karena masih menyadari dirinya berbuat ikhlas. Sedangkan mukhlash Iblis sudah menyerah dan tidak bisa lagi berhasil mengganggunya karena langsung di-back-up oleh Allah Swt. Berbagai firman AlÂlah Swt menyebutkan bahwa orang-orang yang sudah sampai di maqam al-mukhlashin upaya iblis sudah tidak mempan lagi. Ayat-ayat terseÂbut antara lain:
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) denÂgan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanÂda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (al-mukhlashÂin)." (Q.S. Yusuf/12:24). Ayat di atas terkait denÂgan hubungan antara Yusuf yang dijebak oleh isteri raja di dalam kamar kosong karena terÂpesona ketanpanannya. Dalam keadaan sepi, aman, disertai dengan adanya kemauan, maka hampir saja perbuatan tercela (zina) itu terjaÂdi, namun Allah swt yang proaktif melindungi Nabi Yusuf. Cobaan yang berat bagi Nabi Yusuf mampu dilewatinya, bukan karena kemamÂpuannya untuk menahan diri tetapi lebih karena pertolongan Allah Swt. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.