BERKAH RAMADHAN (42)

Hormatilah Tamunya!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 13 Juli 2015, 10:21 WIB
Hormatilah Tamunya!
nasaruddin Umar
MEMANG tidak gampang menjadi seorang pencin­ta tamu. Apalagi jika kita hidup pas-pasan dan memi­liki tingkat kesibukan ting­gi. Akan tetapi, siapa yang tetap mencintai tamu dalam kondisi apapun maka sudah pasti Tuhan akan memberi­kan keistimewaan kepada yang bersangkutan. Ini bisa kita fahami sesuai dengan banyaknya seruan menghargai tamu di dalam Al-Qur'an dan hadis. Nabi Ibrahim dan Nabi Lut, dan tentu saja Nabi Muhammad saw dikenal sebagai nabi yang paling suka mener­ima tamu. Bahkan Nabi Lut lebih mempersila­kan keluarganya diganggu ketimbang tamunya, sebagaimana dikisahkan dalam ayat: " (Q.S. Hud/11:78).

Nabi Ibrahim tidak mau makan sendirian. Jika tidak ada tamu yang menemaninya ia pergi ke pasar mencari orang yang mau diajak makan bersama. Nabi Muhammad Saw menegaskan dan sekaligus mencontohkan dirinya sebagai orang yang sangat mencintai tamu, tanpa mem­bedakan jenis kelamin, etnik, dan agama.

Bagi umat Islam memuliakan tamu sudah merupakan suatu keharusan, sebagaimana ditegaskan Rasulullah: "Akrim al-dhaif walau kana kafiran" (muliakanlah tamunya walaupun ia se­orang kafir). Dalam kitab-kitab Hadis ditemu­kan suatu bab khusus tentang kemuliaan tamu (takrim al-dhaif). Suatu ketika Rasulullah keda­tangan tamu non-muslim berjumlah 60 orang, 14 orang di antaranya dari kelompok Kristen Najran. Rombongan tamu dipimpin oleh Abdul Masih. Rombongan ini diterima di Mesjid den­gan penuh persahabatan. Bahkan menurut Mu­hammad ibn Ja'far ibn al-Zubair, sebagaimana dikutip Abdul Muqsith dalam kitab "Al-Shirat al-Nabawiyyah", karya Ibn Hisyam, Juz II, h. 426-428, ketika waktu kebaktian tiba, maka rombon­gan tamu Rasulullah ini melakukan kebaktian di dalam mesjid dengan menghadap ke arah timur. Ia tidak membeda-bedakan tamu berdasarkan kelas dan status sosial.

Suatu ketika Rasulullah menerima seorang tamu laki-laki Arab pegunungan, kira-kira semi primitif. Tiba-tiba tamu ini beranjak ke sudut mesjid lalu kencing berdiri di situ. Terang saja para sahabat marah dan bermaksud memuku­lnya. Akan tetapi Rasulullah menahannya dan memerintahkan agar kencingnya ditimbun den­gan pasir. Bahkan pernah suatu ketika Rasu­lullah menerima tamu tak diundang, seorang yang sudah lama dicari-cari masyarakat kare­na terkenal sebagai tukang onar. Salahseorang sahabat menghunus pedang untuk membunuh orang tersebut, namun ditahan oleh Rasulullah dan mengatakan, biarkan kita dengarkan apa maksud kedatangannya di sini. Sang tamu me­nyadari kalau dirinya itu seorang penjahat dan telah melakukan berbagai macam dosa dan maksiyat. Ia menjelaskan tujuannya datang menjumpai Rasulullah, siapa tahu di masa lalu­nya pernah mengerjakan suatu kebaikan maka ia akan menghibahkan kebaikan itu kepada orang yang ditunjuk Rasulullah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA