BERKAH RAMADHAN (34)

Jangan Bunuh Diri!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Minggu, 05 Juli 2015, 12:12 WIB
Jangan Bunuh Diri!
NASARUDDIN UMAR
JANGAN pernah ada memikirkan bunuh diri, apa lagi melakukannya. Bunuh diri adalah perbuatan yang amat tercelah. Nabi menyebut orang yang bunuh diri sebagai mati kafir, apapun alasannya. Hingga ada kalangan ulama fikih berpendapat orang yang bunuh diri tidak layak disha­lati karena mati kafir. Al-Qur'an dan hadis tidak pernah sedikit pun memberi peluang bunuh diri. Yang ada hanya sebaliknya. Al-Qur'an melarang orang menceburkan diri ke dalam kebinasaan, sebagaimana dalam firman-Nya: "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebi­nasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguh­nya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik". (Q.S. al-Baqarah/2:195). Al-Qur'an juga melarang keras melayangkan nyawa orang lain: "Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang me­melihara kehidupan seorang manusia, maka se­olah-olah dia telah memelihara kehidupan manu­sia semuanya". (Q.S. al-Maidah/5:32).

Jihad memang diserukan dan perang pun dibenarkan. Akan tetapi jihad dan peperangan ada ketentuannya. Islam tidak menolerir umatnya mati konyol, dalam arti sudah tahu akan kalah telak tetapi mesih nekad untuk melanjutkan jihad dan peperangan. Berulangkali ayat turun menyerukan jihad tetapi redaksi yang digunakan Tuhan ialah wajahidu bi amwalikum wa anfusikum (berjihad­lah dengan harta dan jiwa kalian). Bukan men­dahulukan berjihad dengan jiwa baru harta. De­mikian pula perintah jihad selalu diawali dengan hijrah baru jihad: Wa hajaru wa jahadu (dan hi­jrahlah dan berjihadlah). Tidak pernah dibalik ber­jihad baru hijrah. Rasulullah Saw membuktikan beberapa kali hijrah bersama para sahabat untuk mencari keamanan jiwa, bukannya nekad bertah­an sampai mati.

Bom bunuh diri yang muncul dua dekade terakhir ini memperatasnamakan Islam. Umum­nya mereka yang korban ialah anak-anak muda yang wawasan keislamannya masih belum terlalu mendalam. Mereka sesungguhnya korban dok­trin yang dilakukan oleh sebuah jaringan ideology yang menginginkan adanya perubahan mendasar di negeri ini. Mereka membayangkan sebuah neg­ara yang betul-betul bisa menegakkan Syari'ah Islam secara utuh berdaulat di dalamnya. Mreka rela melakukan bom bunuh diri doktrin yang sede­mikian kuat bahwa mati memperjuangkan "Islam" adalah mati syahid. Ayat-ayat yang ditemukan di dalam laptop dan di rumah-rumah kontrakan­nya ialah ayat-ayat ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang sudah susun secara sporadic, yang seolah-olah memberikan kesan bahwa memperjuang­kan Islam nyawa harus menjadi taruhannya. Mati membela agama Allah jelas mati syahid dan dija­min masuk syurga dengan iming-iming bidadari.

Bunuh diri dalam bentuk mengantung diri, lon­cat dari gedung tinggi, memanjat tower, meminum racun, menabrakkan diri kepada kendaraan yang sedang melaju, menggorok leher, dan lain seba­gainya, sebagai bentuk kekecewaan terhadap nasib yang menimpa dirinya jelas ini terlarang. Dalam konsep ushul fikih, seandainya tidak ada pilihan lain, bunuh diri atau membunuh orang lain, diminta memilih yang terakhir. Alasannya, ka­lau membunuh orang lain masih bisa bertaubat dan meminta maaf kepada keluarga korban dan memohon ampun kepada Allah Swt. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA