Saat ini Partai Golkar status quo sampai resmi disahkan MenÂkumham. Artinya, tidak ada yang berwenang untuk membekukan, menggusur siapa pun atau apa pun,’’ tegas Tim Formatur hasil Munas Partai Golkar di Ancol Priyo Budi SanÂtoso kepada
Rakyat Merdeka, Minggu (7/12).
Seperti diketahui, Wakil KeÂtua Partai Golkar hasil Munas di BaÂli, Siti Hediati Hariyadi mengaÂtaÂkan, pihaknya akan membekuÂkan kepengurusan DPD I dan DPD II yang mengÂhaÂdiri Munas di Ancol.
Mandatnya akan diambil alih oleh struktur di atasnya,’’ kata Mbak Titiek, sapaan akrab Siti Hediati Hariyadi.
Priyo Budi Santoso selanjutÂnya mengatakan, pengurus DPD I dan DPD II yang menghadiri MuÂnas di Ancol tidak perlu khaÂwatir bila dilakukan pembekuan.
Apalagi Munas ini fair, transÂparan dan tanpa intimidasi. Tidak seperti di Bali. Makanya tidak perÂlu khawatir,’’ ujar bekas Wakil Ketua DPR yang maju sebagai calon ketua umum Golkar saat Munas di Ancol itu.
Berikut kutipan selengkapnya;
Memang Munas Golkar di Bali saat itu bagaimana?Kalau Munas di Bali itu kan serÂba tertutup semuanya. IntimiÂdatif, rekayasa, pemegang suara yang mau mengacung diambil, dan seterusnya.
Kalau Munas di Ancol serba transparan. Teman-teman pers boleh meliput seluas-luasnya. Termasuk saat pemilihan ketua umum.
Kenapa Munas yang semula dijadwalkan Januari tiba-tiba dipercepat?Karena begitu antusias peserÂtanya. Sudah mencapai lebih dari kuorum. Makanya Munas diÂpercepat.
Apa karena ada arahan dari Wapres Jusuf Kalla?Harus diakui memang, sebeÂlum acara kami telah diterima oleh Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kami bincang-bincang tentang baÂnyak hal yang semaÂkin meÂnguatÂkan kami semua untuk melakÂsanakan Munas ke IX di Ancol, Jakarta.
Apa saja yang dibicarakan dengan Jusuf Kalla?Kita bincang-binÂcang banyak hal, seperti tentang demokrasi, masalah Golkar, dan masalah-masalah yang lain.
Jusuf Kalla ikut men-support dana?Kalau soal anggaran tidak.
Kalau Surya Paloh?Tidak Juga.
Apa diambil dari kas operaÂsional DPP?Ini gotong royong saja. TangÂgung renteng dari seluruh peserÂta, termasuk kami-kami (calon keÂtua). Saya tidak tahu DPP itu puÂnya operasional atau apa.
Peserta yang hadir di Munas ini merupakan delegasi yang memiliki hak suara?Ya, betul. Rata-rata mereka yang hadir di Bali. Mereka tentu delegasi resmi dari partai, ada mandatnya.
Seberapa besar peluang Munas versi Ancol diakui MenÂkumham?Kami meyakini semua akan baik-baik saja.
Munas ini berpotensi diÂguÂgat. Apa antisipasi dari kubu Anda?Apa yang terjadi, ya terjadilah. Silakan saja he-he...Sudah panÂjang penjelasan dari segi hukum terkait kasus ini. Lawyer kami nanti akan menjelaskan, termaÂsuk oleh Bang (Adnan) Buyung Nasution, sahabat kami Todung Mulya Lubis. Pada saatnya beÂliau akan bicara, tunggu saja.
Jika konflik ini berujung pada dibentuknya partai baru, apa pendapat Anda?Kalau ini terjadi, maka Pak AbuÂÂÂrizal Bakrie akan dikenang seÂÂbagai ketua umum yang meÂningÂgalkan jejak yang paling buÂruk yang pernah terjadi dalam seÂjarah Golkar. Saya termasuk yang sedih, amat sedih kenapa harus melewati keadaan seperti ini.
Apa ada rencana reÂkonÂsiliasi setelah ribut-ribut ini?Saya senang dengan kata-kata itu, dan saya termasuk penganut mazhab dari rekonsiliasi.
Bagaimana caranya?Saya belum tahu. Hari ini baru pertama dalam sejarah Golkar, tiga ketua umum pendiri ormas, yakni MKGR, Kosgoro, dan SOKSI dipecat. Mendung gelap apa yang menutupi wajah bapak Aburizal Bakrie itu, sehingga keÂtua umum pendiri pun harus diÂpecat. Forumnya di Munas lagi. PaÂdahal forum Munas itu dibenÂtuk sebagai forum pembelaan dan klarifikasi, bukan forum pecat-memecat. Ini ibarat Malin KunÂdang, yang durhaka. Nggak perÂnah dalam sejarah, ketua umum pendiri dipecat karena hanya berbeda pandangan.
Anda siap membangun koÂmuÂnikasi setelah ini?Sudah barang tentu. Saya akan menggelar karpet rekonsiliasi deÂngan semua pihak. Tapi daÂlam kondisi seperti sekarang ini, baÂgaimana mungkin. Kami suÂdah dipecat. Tapi itu semua tiÂdak sah, karena penyelenggaraÂan Munas di Bali juga tidak sah.
Bagaimana mungkin saya seÂbagai calon ketua umum, tidak diÂperbolehkan masuk. Kalau mau fair, coba biarÂkan dong semua maÂsuk ring, berÂtanding secara sehat, transparan dan sebagainya. Siapa yang keÂmuÂdian mendapat manÂdat, kita hormati dan kita loyal. TaÂpi ini bagaimana. Semua diÂpingÂgirÂkan. Semua calon berÂguÂguran satu per satu. Terakhir teÂman saya AirÂlangÂga, tapi akhirÂnya mencabut diri karena diperlaÂkukan tidak deÂngan semestinya. ***
BERITA TERKAIT: