â€Terlambat sehari atau dua hari karena kehati-hatian, itu kan waÂjar. Langkah Pak Jokowi itu bisa diÂpahami karena toh untuk keÂpenÂtingan bersama,’’ kata politisi senior PDI Perjuangan, Pramono Anung, kepada
Rakyat Merdeka, di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, Ketua Front Pelopor Perjuangan, RachÂmaÂwati Soekarnoputri menilai PreÂsiden Jokowi tidak independen dalam meÂnentukan menterinya. BukÂtiÂnya, presiden ketujuh Indonesia itu tidak menepati janjinya mengÂumumkan kabinet sehari setelah dilantik.
â€Jokowi tidak bisa independen, tetap hanya sebagai petugas parÂtai, sehingga tidak komitmen daÂlam mengumumkan kaÂbinetnya,’’ kritik adik Megawati ini.
Saat ditanya molornya pengÂumumÂan itu karena Komisi PemÂberantasan Korupsi (KPK) dan PuÂsat Pelaporan dan Analisis TranÂsaksi Keuangan (PPATK) memÂberikan catatan merah dan kuning terhadap delapan calon menteri, Rachmawati mengaÂtaÂkan, masalah itu tinggal diganti, seÂhingga bisa diumumkan 21 OkÂtober lalu seperti dijanjikan seÂbeÂlumnya.
Pramono Anung selanjutnya meÂngatakan, batalnya Jokowi mengÂumumkan kabinetnya pada SeÂlasa dan Rabu lalu karena belum siap.
â€Saya justru mengÂapÂresiasi siÂkap Pak Jokowi yang minÂta perÂtimÂbangan KPK dan PPATK daÂlam seleksi menteri,’’ kata bekas Sekjen PDI PerÂjuangan itu.
Berikut kutipan selengkapnya:Jokowi bilang kabinet kerja, bagaimana bisa bekerja kalau beÂlum diumumkan menÂteriÂnya?Bisa saja Jokowi nggak mau memilih menteri dengan tergesa-gesa. Beliau belajar dari pengaÂlamÂan pemerintahan SBY yang tiga menteri aktif dijadikan terÂsangÂka oleh KPK.
Pak Jokowi belajar dari pengaÂlamÂan lalu itu, ketika ada tiga menÂteri aktif yang terkena tindak pidana korupsi. Tiga menteri aktif yang harus mundur karena terÂbeÂlit kasus korupsi itu adalah Andi Mallarangeng kasus korupsi HamÂbalang, Suryadharma Ali kasus penyelenggaraan haji, dan Jero Wacik kasus dugaan pemeÂrasÂan di lingkungan SKK Migas.
Mudah-mudahan ini pelajaran bagi kita semua. Ini peringatan baÂgi para politisi bahwa rekam jeÂjak itu sangat penting.
Berarti Jokowi ingin punya menÂteri yang bersih dari dosa maÂsa lalu?Ya. Rekam jejak itu penting diÂperÂtimbangkan sebelum meÂnunÂjuk menteri. Hal ini yang sedang diÂlakukan oleh Jokowi agar puÂnya menteri yang bersih dari doÂsa-dosa masa lalu. Jangan mengÂanggap rekam jejak bisa terÂhaÂpuskan. Ini hal yang sangat poÂsitif dari proses yang dilakukan oleh Pak Jokowi-JK.
Apa JK dilibatkan dalam peÂnyusunan kabinet?Tentu, dalam penyusunan kaÂbiÂnet jadi tanggung jawab berÂsaÂma antara Pak Jokowi dan Pak JK. Rumusannya sudah dibuat dan keterlibatan beliau berdua saÂngat intens. Wartawan saja nggak tahu secara terus menerus meÂnyuÂsun bersama-sama, terÂmasuk adaÂnya rekomendasi dari KPK dan PPATK.
Kabarnya JK mau diÂumumÂkan di istana, sementara JoÂkoÂwi maunya di luar istana, ini baÂgaimana?Kalau itu urusan beliau berdua, bukan ranah saya.
Siapakah calon menteri daÂpat nilai merah dan kuning itu?Mengenai nama-nama menteri itu yang tahu hanya Pak Jokowi, Pak JK, dan pimpinan KPK. TiÂdak ada yang lain tahu, sehingga tidak perlu berspekulasi nama-naÂma itu, serahkan kepada PreÂsiden, wapres untuk memutuskan rekomendasi itu.
Mengenai Muhaimin IsÂkanÂdar yang memilih konsentrasi di partai ketimbang jadi menÂteri, ini bagaimana?Itu suatu pilihan, tentu saya apÂresiasi. Sebagai politisi yang panÂjang perjalanan karier politiknya, tenÂtu tahu mana yang harus diÂprioÂritaskan.
Pak Imin dan saya kan sama-saÂma menjadi anggota dewan taÂhun 1999. Beliau sudah pengaÂlaÂmÂan, tahu mana yang harus diÂprioÂritaskan untuk partainya.
O ya, Koalisi Indonesia HeÂbat (KIH) belum mengumÂpulÂkan nama-nama untuk anggota komisi, kenapa?Namanya politik itu menunggu dan memahami. Permasalahan lobi yang masih alot menjadi saÂlah satu penyebab KIH belum meÂnyetorkan nama-nama angÂgoÂta untuk komisi. KIH akan meÂnungÂgu jika dari KMP juga masih memerlukan waktu. Kita mau di setiap alat kelengkapan dewan, dari KIH ada pimpinannya.
KIH mendukung pengÂuÂmuman kabinet?Ya. Fraksi di KIH menunggu pengumuman kabinet. Toh partÂner dan mitranya juga belum terÂbentuk. Komisi juga belum perlu rapat pada saat ini. Temen-teÂmen pendukung Pak Prabowo SuÂbianÂto belum memberikan kepada kaÂmi mengenai mana yang bisa diÂbagi dalam alat kelengkapan deÂwan karena mau menunggu peÂngÂumuman kabinet. Ya nggak apa-apa, kami akan menunggu. Toh partner dan mitranya juga beÂlum terbentuk. Komisi juga beÂlum perlu rapat pada saat ini.
Keputusan mengenai komisi tidak akan bisa diputuskan jika raÂpat tidak kuorum dengan keÂhadiran 5 fraksi plus 1 sesuai Undang -Undang MD3 ?Ya, undang-undang ini disusun dengan pandangan fraksi-fraksi yang dibangun akan solid 6 fraksi. Ternyata begitu 1 fraksi (PPP) lari, itu mengunci mereka senÂdiri, seÂhingga mau kayak apaÂpun, seÂlaÂma belum ada musyaÂwaÂrah unÂtuk mufakat, itu akan suÂlit. ***
BERITA TERKAIT: