“Mudah-mudahan pertemuan kali ini bisa menjadi momentum persatuan, membuka ruang koÂmunikasi dan tolerasi para tokoh bangsa untuk kepentingan yang lebih besar,†ujar Heru Lelono kepada
Rakyat Merdeka.
Seperti diketahui, hubungan SBY dengan Megawati membeÂku awal 2004. Sebab, SBY tidak berterus terang maju sebagai caÂpres ketika ditanya Mega. PadaÂhal, SBY saat itu menjabat MenÂko Polhukam.
Ketika mendapat angin segar bisa maju sebagai capres, SBY mengundurkan diri dari Kabinet Gotong Royong.
Selama masa kepemimpinan SBY, komunikasi keduanya tak berlangsung harmonis. Dalam sejumlah kesempatan, pertemuan SBY-Mega justru mempertonÂtonkan ‘kelucuan’.
Heru Lelono menyakini, perteÂmuan SBY-Mega saat peÂlantikan Jokowi-JK menjadi presiden dan wakil presiden, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, 20 Oktober 2014, memiliki nuansa berbeda.
Berikut kutipan selengkapnya;Nuansa apa yang berbeda?Dalam pertemuan itu, keduaÂnya hadir sebagai mantan presiÂden, tokoh pemersatu, dan sesaÂma warga negara.
Mudah-mudahan, nasi belum menjadi bubur. Ini (pelantikan JoÂkowi-JK) bisa menjadi momonÂtum silaturahmi para tokoh bangÂsa.
Apa kebekuan komunikasi itu masih bisa dicairkan?Saya rasa, ini harapan kita berÂsaÂma. Selain menjadi simbol peÂmersatu bangsa, mencairnya hubungan Pak SBY dan Bu Mega bisa menurunkan suhu politik yang diperontonkan para elite. Ikut mencairkan perseteruan Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Sepengetahuan Anda, bagaiÂmana sikap SBY terhadap Mega?Sejak dulu, sikap Pak SBY nggak pernah berubah. Beliau sangat hormat dan selalu beruÂpaya menjaga hubungan baik dengan Bu Mega. Saya yakin, itu nggak akan berubah.
Kalau ada yang bilang Pak SBY nggak mau bertemu atau tidak tulus dalam silaturahmi dengan Bu Mega, itu salah besar. Saya saksi hidup. Saya pernah mendampingi keduanya, tidak memihak kemana-mana.
Apa esensi pertemuan SBY-Mega?Makna dari membaiknya hubuÂngan mereka tentu sangat besar. Seperti yang saya sampaikan tadi, keakraban mereka merupakan simbol persatuan, bahkan bisa mencairkan suhu politik yang terjadi beberapa pekan ini. KeÂakraban Pak SBY dan Bu Mega juga bisa memuluskan jalannya roda pemerintahan Jokowi-JK.
Artinya, ada ruang koalisi antar partai yang dikomandoi SBY dan Mega?Saya tidak bisa komentar soal partai keduanya. Menurut saya, sebagai sesama tokoh nasionalis, tokoh bangsa, mereka perlu duÂduk bersama untuk kepentiÂngan yang lebih besar. Tidak sekadar soal seremonial atau transakÂsional.
Setahu saya, Pak SBY sudah memutuskan, partainya tak akan terlibat dalam pemerintahan Jokowi-JK. Tapi, sikap ini jangan diartikan, SBY menutup ruang atau SBY nggak mau bicara deÂngan Bu Mega. Untuk membiÂcarakan kepentingan yang lebih besar, kepentingan bangsa, beliau pasti bersedia.
Setelah mengakhiri jabaÂtannya, apa yang akan dilakuÂkan SBY dalam waktu dekat?Beberapa bulan ke depan, Pak SBY diundang sebagai pembicaÂra di sejumlah negara. Jadwal pasÂtinya seperti apa, saya tidak taÂhu. SeÂtahu saya, sampai DesemÂber nanÂti, beliau banyak berada di seÂjumlah negara menjadi pembicara.
Selain itu, apa yang akan dikerjakan SBY?Dalam waktu dekat beliau akan membuat SBY Center. Melalui lembaga tersebut, Pak SBY akan berkonsentrasi untuk memajuÂkan pendidikan. Di SBY Center akan dibangun perpustakan dan sejumÂlah fasilitas lain terkait pengemÂbangan pendidikan.
Dimana SBY Center didiÂrikan?SBY Center dibangun di SenÂtul, Jawa Barat.
Kapan pembangunan dan peresmiannya dilakukan?Saya belum tahu, dan belum bisa bicara terlalu banyak terkait rencana ini. Yang bisa saya samÂpaikan, beliau akan berkonsenÂtrasi dibidang pendidikan, karena beliau adalah seorang peÂngajar. ***
BERITA TERKAIT: