“Saya ingin meneruskan tradisi di Partai Golkar bahwa yang
incumbent selama ini belum ada mencalonkan lagi menjadi ketua umum,’’ kata’Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Agung LakÂsono, kepada
Rakyat MerÂdeka, di Jakarta.
Untuk itu, lanjut Menko Kesra tersebut, jika terpilih menjadi KeÂtua Umum Partai Golkar dalam Munas awal 2015 mendatang, maka dirinya menyiapkan regeÂnerasi.
“Harus memikirkan yang terÂbaik selama memimpin Partai GolÂkar. Salah satunya menyiapÂkan regenerasi yang tercermin dalam komposisi kepengurusan, tercermin dalam program dan kegiatan partai. Omong kosong kita bicara regenerasi tapi tidak menyiapkan orang-orangnya,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya; Apa strategi Anda untuk menangkan Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar?Tentu saya akan terus melaÂkukan komunikasi dengan berbaÂgai pihak, termasuk pada orgaÂniÂsasi internal di Golkar. MisalÂnya, Sentral Organisasi KaryaÂwan Swadiri Indonesia (SOKSI). SeÂlama ini saya membina komuÂnikasi dengan SOKSI.
Bagaimana jika ada orang lain yang mencalonkan dari SOKSI?Tidak apa-apa. Saya tidak menganggapnya sebagai musuh yang harus dibinasakan. Kita berkompetisi secara sehat saja. Tidak perlu saling menjelek-jelekkan atau sampai tidak mau berbicara atau lainnya.
Bagaimana caranya meÂrangÂkul suara kader Golkar?Dengan menggunakan pendeÂkaÂtan-pendekatan yang sifatnya mau berkomunikasi dan membeÂrikan atensi, itu lebih baik. TeruÂtaÂma kita harus berikan dukungan moril. Ke depan perlu semangat baru yang ditumbuhkan.
Seandainya menang, berapa komposisi pemuda dalam kepengurusan Anda?Paling tidak 70-75 persen diisi oleh kader muda, sehingga regeÂnerasi bisa terjadi. Seterusnya kepemimpinan cukup satu peÂriode saja dan digantikan oleh generasi berikutnya.
Kenapa tag line Anda kemÂbaÂlikan kejayaan Golkar?Memang Golkar pernah berÂjaya. Mungkin kejayaan itu ibarat grafik. Kadang naik, kadang menurun, sekarang grafik Golkar sedang menurun setelah itu kita harapkan naik tinggi. Sebab kita memiliki potensi kader yang cukup banyak, pengalaman dan kedepan tinggal diubah cara-cara kita. Mungkin kita harus bangun sistem dan menghargai sistem itu.
Anda dekat dengan Jusuf Kalla (JK), apa akan merapat?Kalau saya dekat dengan Pak JK, apa itu suatu hal yang salah? Beliau mantan ketua Umum ParÂtai Golkar dan teman saya. BertaÂhun-tahun saya mengenal beliau. Tapi mengenai sikap politik terÂhadap isu politik bisa saja tidak haÂrus selalu sama. Jadi istilah meÂrapat itu apa sih. Dalam pikiran saya pemerintah itu bukan sebuah musuh yang harus dibinasakan apalagi harus digulingkan, saya justru menganggap pemerintah sebagai mitra.
Artinya kalau program pemerintah membela rakyat wajib didukung?Ya. Pemerintah itu mendapat mandat dari rakyat untuk menjaÂlankan roda pemerintahan 5 tahun ke depan. Kalau ada kebijakan yang bagus, sejalan dengan proÂgram pro rakyat, masak harus kita tentang. Itu kan harus kita dukung.
Sebaliknya kalau ada kebijaÂkan pemerintah yang tidak tepat, maka kita koreksi. Kalau ada yang bilang Partai Golkar di luar pemerintah atau sebagai partai penyeimbang, itu tidak masalah. Posisi penyeimbang itu harus konstruktif.
Apa JK back up Anda maju jadi ketum?Saya kira beliau itu seorang negarawan, saya juga tidak mau menyusahkan Pak JK dalam pencalonan saya. Namun saya percaya beliau memiliki rasionaÂlitas yang tidak diragukan lagi. Bahwa saya mempersiapkan diri (jadi ketum) bukan sekarang ini, sejak 10 tahun lalu sudah saya persiapkan.
Biarlah Pak JK menjalankan tugas-tugasnya, tapi saya tetap menjaga komunikasi dengan beÂliau. Meski dalam posisi apapun beliau tetap menyatakan sebagai kader partai Golkar. ***
BERITA TERKAIT: