Hal ini menurutnya amat penting untuk menjaga keberlanjutan bahkan pengembangan ekonomi itu sendiri, mengingat mereka yang bekerjalah yang akan memelihara dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Usai acara diskusi, untuk mendalami pengertian itu,
Rakyat Merdeka mewawancarai bekas Kepala BNP2TKI di era pemerintahan SBY ini.
Berikut petikannya:Anda tadi megemukakan teori baru?Ah, tidak. Saya hanya mengingatkan saja agar semua aktivitas ekonomi itu diorientasikan pada penyerapan tenaga kerja, sehingga kita bisa mengurangi pengangguran yang besar ini.
Memang ada kegiatan ekonomi yang tidak menyerap lapangan kerja?Tentu tidak ada, tapi suatu kegiatan ekonomi yang sama bisa saja didekati dengan menyerap sedikit pekerja atau sebaliknya bisa juga didekati dengan menyerap banyak pekerja. Nah, pandangan saya itu agar pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi, menyerap tenaga kerja yang banyak. Singkatnya, sudah saatnya semua kegiatan ekonomi diorientasikan lebih serius pada perluasan lapangan kerja.
Contohnya apa?Misalnya negara ini memerlukan jagung 3,2 juta ton seperti tahun 2013 lalu. Nah ternyata kebutuhan itu diperoleh dari impor, sehingga hanya sedikit sekali pekerja yang bisa diserap. Bayangkan bila 3,2 juta ton jagung itu diproduksi sendiri, maka saya pernah menghitung diperlukan sekitar 300 ribu orang pekerja. Begitu juga bila kita meproduksi sendiri sisa kebutuhan 1,8 juta ton kedelai, maka kita bisa menyerap sekitar 200 ribu pekerja. Belum lagi ada sekitar 29 bahan pangan yang kita impor di tambah dengan produk manufaktur substitusi impor, maka bila semua dilakukan sendiri akan menyerap jutaan tenaga kerja baru.
Bagaimana menerapkan pandangan ini dalam kebijakan ekonomi?Sebenarnya mudah saja asal ada kemauan. Bangsa ini sudah bisa membuat peroduk yang jumlah komponennya lebih dari 65.000 buah yaitu pesawat terbang. Nah mobil yang paling bagus itu jumlah komponennya hanya sekitar 20.000 buah. Artinya bangsa ini, kalau mau, bisa membuat banyak produk manufaktur sendiri sehingga tidak perlu impor. Faktanya kan pasar kita dibanjiri produk impor, sehingga banyak pengangguran.
Dalam bidang apalagi pandangan ini bisa diterapkan?Banyaklah. Pokoknya semua kegiatan ekonomi yang berorientasi pada berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), pasti akan butuh banyak tenaga kerja. Termasuk dalam pelaksanaan reformasi agraria yang saat ini tercatat ada sekitar 9 juta hektar yang siap didistribusikan kepada rakyat agar menjadi tanah produktif. Bila dalam 2 tahun ke depan bisa dikerjakan 2 juta hektar saja, maka bisa menyerap 2 juta tenaga kerja.
Jadi persisnya bagaimana memahami pandangan Anda?Beginilah, bila kita merencanakan suatu kegiatan ekonomi, sektor apapun kegiatannya, maka harus didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini: Apakah kegiatan itu bisa dilakukan oleh bangsa kita sendiri? Kalau bisa, berapa jumlah pekerja yang dapat diserap? Pada level apa pekerja yang dibutuhkan itu? Bagaimana mempersiapkan pekerja itu? Berapa upah rata-rata pekerja yang bisa dialokasikan untuk kegiatan itu sehingga bisa meningkatkan daya beli? Bila ada bantuan sosial berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau BLSM, bisa dialihkan untuk program padat karya yang menyerap tenaga kerja. Begitulah seterusnya. BLT dan BLSM merupakan program kompensasi kenaikan harga BBM
Berarti tak perlu ada TKI ya?Ya, memang tidak perlu bila pembangunan kita berorientasi pada keberdikarian. Keberadaan TKI itu kan pada umumnya keterpaksaan karena sempitnya lapangan pekerjaan di negeri sendiri. Keberadaan TKI itu adalah dampak dari kebijakan pembangunan yang tidak percaya pada kemampuan sendiri. ***
BERITA TERKAIT: