Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dihadang Lexus, Dibuntuti Hingga Ke Kantor Polisi

Sindikat Human Trafficking Incar Dua Gadis Belia

Minggu, 08 Juni 2014, 07:25 WIB
Dihadang Lexus, Dibuntuti Hingga Ke Kantor Polisi
ilustrasi
rmol news logo Penumpang pesawat Batik Air dari Manado ke Jakarta, Jumat malam pekan lalu tiba-tiba panik sesaat sebelum pesawat menuju runway (landasan pacu) di Bandara Sam Ratulangi. Kepanikan itu bersumber dari aksi dua gadis belia yang berlarian dan menangis di atas pesawat sambil membawa tas sesaat setelah pengumuman bahwa pesawat akan terbang menuju Jakarta.

Pramugari pun mendatangi Mita (15) dan Andini alias Fani (16), dua penumpang yang me­nangis. Tiket keduanya diminta. Pramugari pun menuju kokpit un­tuk koordinasi dengan pilot.

Sejumlah penumpang terma­suk Manado Post dan Malut Post (Grup JPNN) yang duduk tak jauh dari kursi kedua gadis ter­se­but berusaha menenangkan.

“Ada yang suruh naik pesawat. Dibilang cuma sampai Makassar baru ada yang jemput untuk terus ke Jayapura,” kata Mita dengan bahasa Manado.

Setelah diinterogasi, Mita dan Fani mengaku mereka dikirim seseorang dari Manado ke Ja­ya­pura via Makassar. “Saya tidak periksa tiket. Cuma dibilang naik pe­sawat ini,” jelas Mita lagi.

Anehnya, ternyata tiket ke­dua­nya memang tujuan Jakarta tanpa transit Makassar. Artinya, kedua gadis ini berada pada pesawat yang tepat. Ini menunjukkan bah­wa si pengirim kedua gadis ini sengaja membelikan tiket dengan tujuan Jakarta. Namun mera­ha­sia­kannya kepada Mita dan Fani.

Kedua gadis ini sama sekali tak curiga karena sejak di bandara Sam Ratulangi, tiket yang mereka pegang tidak diperiksa sama se­kali. Saat di bandara, mereka ber­dua diberikan boarding pass dan tiket. Ada orang yang sudah me­la­kukan check in lebih dahulu.

Ketika pramugari kembali mem­bawa tiket dan mengatakan bah­wa pesawat tidak diizinkan balik ke taxi way, Mita dan Fani se­makin panik dan menangis. Me­reka mengaku sudah ditipu orang yang mengirim mereka. “Saya tidak ada saudara di Jakarta,” Mita sambil terisak.

Malut Post, Manado Post dan beberapa penumpang termasuk Ibu Sonya, seorang wanita yang kemudian diketahui pegawai Pemkab Minahasa, berusaha menenangkan keduanya.

Kami sepakat akan membantu keduanya sesampai di Jakarta. Awalnya, kedua korban akan di­dampingi Ibu Sonya ke tempat pe­nginapan. Nanti, esoknya, sete­lah selesai urusan, keduanya akan diurus untuk kembali ke Manado. Tapi, setelah turun dari tangga pe­sawat, Manado Post dan Malut Post kembali interogasi keduanya.

Dari pengakuan keduanya, me­reka direkrut seorang pria dengan maksud akan dipekerjakan di Jayapura. Tidak jelas apa peker­jaan kedua remaja putus sekolah itu. Menurut Mita yang hanya ta­mat kelas 3 SD di salah satu kelu­rahan di Bitung, dia ditawari be­ker­ja di Jayapura. “Dia bilang mau dipekerjakan di tempat baik-baik dan gaji lumayan,” kata Mita.

Tapi, berapa gaji dan di mana tem­pat kerjanya, keduanya tak di­beritahu. Kepergian keduanya me­mang diketahui orang tua ma­sing-ma­sing. “Mama Cuma tahu kita mau kerja di Jayapura,” tambahnya.

Keduanya gadis di bawah umur ini lalu dibuatkan KTP di dua kelurahan yang berbeda di Manado, yakni di Winangun dan Mahakeret Timur. Mita sendiri kaget begitu melihat KTP dirinya. Dari tanggal kelahiran yang ter­tera di KTP, dia disebutkan ber­usia 19 tahun. “Saya baru 15 ta­hun, ditulis 19 tahun,” ujarnya polos.

Menurut dia, sebetulnya yang akan berangkat ada 3 orang. Satu lagi gagal berangkat anak itu menangis.

Mita tergiur dengan tawaran pek­erjaan karena ingin bantu biaya perawatan ibunya yang sa­kit-sakitan. Sementara Fani yang memang teman sepermainan Mita, dia juga ingin punya uang. Orang yang merekrut Mita me­ning­galkan uang Rp 400 ribu ke­pada ibunya sebelum berangkat.

Pengakuan Mita dan Fani se­makin memperkuat dugaan kalau mereka korban human trafficking (perdagangan manusia). Kedua korban dikasih sebuah hand­phone lengkap dengan nomor yang di dalamnya sudah ada no­mor kontak pria dengan identitas tercatat sebagai “papi”.

Handphone itu yang memberi petunjuk adanya gelagat men­cu­ri­gakan. Setiba di Jakarta, hand­phone yang diberikan kepada Mita dan Fani berdering. Pene­leponnya papi. Juga ada beberapa panggilan dari nomor tak dikenal.

Kedua gadis meminta tolong kami untuk menyelamatkan me­reka. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kami sepakat membawa kedua korban ke pihak berwajib untuk meminta pengamanan.

Langkah itu dilakukan atas ara­han Kepala Humas Polda Su­lawesi Utara Ajun Komisaris Be­sar Wilson Damanik yang di­hu­bungi sesaat setelah tiba di Ban­dara Soekarno-Hatta.

Ternyata, setelah memasuki ruang kedatangan, dugaan bahwa akan ada pihak yang menjemput keduanya semakin kuat. Sadar ka­lau mereka akan dijemput orang tak dikenal, kedua korban semakin panik. Handphone yang diberikan orang yang mengirim kedua gardis berdering.

Namun, saat itu handphone ti­dak di tangan keduanya, me­lain­kan sudah dipegang “tim pe­nye­lamat” dadakan yang terdiri dari 4 orang. Handpohe tersebut se­nga­ja di-silent sehingga tidak akan ketahuan penelepon yang diduga menunggu di area kedatangan.

Telepon pertama yang masuk terbaca identitasnya, yakni “papi” yang diyakini pengirim kedua gadis itu. Karena tidak diangkat, telepon kemudian masuk lagi dengan nomor yang berbeda.

Saat itu, kedua gadis dan “tim penyelamat” sedang menuju pin­tu keluar ruang kedatangan, be­berapa pria misterius memasang pandangan kepada kedua gadis.

Mereka juga menaruh handphone di telinganya sambil matanya awas pada setiap penumpang yang menuju pintu keluar.

Pada saat yang bersamaan, hand­phone yang diberikan ke­pada kedua gadis dan dipegang sa­lah satu di antara kami juga ter­hu­bung dengan nomor tak dikenal.
Suasana agak tegang karena tidak terlihat satu pun peugas di sekitar lokasi.

Sesampai di pintu ke­luar, terlihat seorang petugas se­kuriti bandara. Namun kami tidak mau mengambil risiko me­lapor karena kondisi tidak m­e­ya­kinkan. Perasaan panik pun mun­cul di “tim penyelamat”.

Namun, dengan cara tersendiri Malut Post mengisyaratkan agar tidak memperlihatkan kepanikan itu. Maklum, penampilan kami sengaja “dipoles” untuk kelihatan seperti petugas.

Akhirnya, skenario penye­la­ma­tan yang diputuskan sejak dari ruang pengambilan bagasi, yakni membawa keduanya ke Polres Bandara Soekarno-Hatta.

Namun pihak penjemput yang sudah disiapkan ternyata tidak tinggal diam.
Mereka berusaha mendekati kedua “mangsa”. Ke­te­gangan pun terjadi. Saat keluar dari pintu ruang kedatangan di Ter­minal 3 Bandara Soekarno-Hatta, tim penyelamat sempat bim­­bang. Pasalnya ada orang-orang misterius terus membuntuti.

Awalnya kami ingin membawa kedua gadis ke hotel. “Biar nanti saya tidur dengan dua gadis ini. Nanti kita antar pulang Senin,” kata Ibu Sonya menawarkan diri.

Para tim penyelamat dadakan ini pun berjalan keluar dari Ter­mi­nal 3. Selama di perjalanan me­nu­ju tempat parkir, ada bebe­rapa orang yang mengikuti dari belakang.

Telepon genggam murahan yang diberikan oleh lelaki yang biasa dipanggil papi kepada ke­dua anak gadis itu, terus ber­bu­nyi. HP itu tidak lagi dipegang ke­dua gadis ini. Tapi sudah di­aman­kan Manado Post.

Ketika telepon diangkat, lelaki yang mengaku “papi” dari kedua anak itu, meminta kami tidak ikut campur. Ia meminta kedua anak itu tinggalkan di Terminal 3. Nanti ada yang menjemput.

‘’Kalian jangan ikut campur. Anak-anak itu milik kami. Kami sudah memberikan uang kepada orang tua mereka dan orang tua mereka sudah izinkan. Kami juga sudah membelikan tiket pesawat ke Jakarta. Sudah banyak uang yang kami keluarkan. Tinggalkan saja mereka di airport. Kalau tidak, lihat saja apa yang akan terjadi,’’ ancam lelaki tersebut.

Tim penyelamat dadakan tetap pada keputusan awal, akan membawa kedua anak itu ke hotel kemudian diantar pulang ke Manado. Sempat terpikir untuk melaporkan ke petugas sekuriti bandara. Tetapi† melihat hanya ada 2 orang dan mereka tidak senjata, akhirnya niat dibatalkan. Tim berasumsi bisa jadi sindikat ini memiliki senjata api.

Mita dan Fani, kemudian di­naikkan ke mobil carteran Toyota Avanza dan ditempel ketat 4 orang, termasuk Manado Post. Kete­gangan muncul saat mobil hendak tinggalkan pelataran parkir.

Sebuah mobil mewah Lexus hitam tiba-tiba berhenti dalam keadaan mesin aktif. Jalan keluar mobil kami terhalang. Saat itu nyaris terjadi bentrok. Kami se­mua diam di dalam mobil. Pintu mobil dikunci.

Sopir Lexus mengaku setir mobilnya tidak bisa digerakkan. Tetapi terlihat ada beberapa pria mulai mendekat. Bersyukur ada beberapa petugas parkir yang cepat mendorong mobil Lexus yang menghalangi jalan keluar.

Saat jalan terbuka dan mobil kami bergerak, mobil yang mo­gok tadi pun menyusul. Saat ber­belok, sebuah mobil merah juga jalan dan menempel di belakang.

Manado Post awalnya ingin meladeni jika terjadi bentrok fisik. Tetapi khawatir komplotan sindikat perdagangan manusia† ini membawa senjata api, kami tak berhenti.

Dalam perjalanan keluar par­kir, Manado Post meng­hu­bungi Ke­pala Humas Polda Sulut Wil­son Damanik. Saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB.
Damanik menyarankan tim penyelamat ini tidak mengambil risiko. ‘’Jangan mengambil risi­ko. Sebaiknya cari kantor polisi terd­ekat,’’ sarannya.

Kami mencari kantor polisi ter­dekat. Kedua mobil terus mem­buntuti. Mobil kami kemudian masuk ke halaman Polresta Ban­dara Soekarno Hatta. Kedua mo­bil sempat berhenti di depan ger­bang Polres, kemudian ber­jalan pe­lan meninggalkan Polres.

Tiba Di Manado, Dijemput Wakil Walikota Bitung

Setiba di Polres Bandara, kami langsung melapor pada pe­tugas. Sekalian meminta po­lisi menjebak para komplotan ini, dengan menjadikan kedua gadis sebagai umpan. Tetapi po­lisi mengelak. Alasannya belum ada bukti.

Kami pun meminta bantuan agar kedua korban bisa me­nginap di kantor polres. Nanti akan dijemput hari Minggu un­tuk dikembalikan ke Manado. Tetapi polisi menyebutkan di kantor ini tidak ada tempat tidur untuk kedua gadis.

Polisi menyarankan agar ke­dua gadis di bawah saja ke mana saja kami pergi. Namun kami khawatir anggota sindikat kembali mengejar.

Saat sudah di kantor polisi pun pria yang mengirim kedua gadis ini masih berusaha me­ne­lepon dan meminta untuk ke­m­bali ke bandara karena sudah ada penjemputnya.

Kami juga membatalkan me­nginap kedua gadis di hotel de­kat bandara lantaran tidak ada polisi yang bisa mengawal. Se­te­lah berembug lebih dari 1 jam, pihak Polres Bandara mau menerima kedua korban me­ngi­nap di kantornya.

Merasa kedua gadis sudah aman, kami menuju ke tempat tujuan masing-masing. Esok harinya, Sabtu pagi (31/5) kami memesan tiket Jakarta-Manado untuk kedua gadis. Skenario pemulang pun diatur.

Minggu (1/5) sekira pukul 02.00 dini hari, kedua korban dijemput wartawan Manado Post dan Malut Post di Polres Ban­dara. Sambil menunggu waktu keberangkatan, ternyata handphone kedua korban masih dihubungi orang tak dikenal.

Si penelepon tampaknya ingin mengetahui posisi kedua ga­dis. Tak berapa lama kemu­dian, ibu salah satu gadis me­ne­lepon dari Bitung. Ia mem­be­ri­tahukan bahwa sindikat ini akan terus memburu kedua gadis.

“Dia (penelepon) sudah ma­rah-marah sama saya. Saya bi­lang dia sudah menipu saya ka­rena mengaku anak saya mau dikasih pekerjaan di Jayapura, tapi kenapa dibawa ke Ja­kar­ta,” papar ibu korban m­e­ni­ru­kan pem­bicaraannya dengan penelepon.

Sindikat ini sudah tahu, ke­dua anak gadis akan di­pu­lang­kan ke Manado dengan pesawat Lion Air dalam penerbangan su­buh pukul 05.00 WIB. Kha­watir dihadang sebelum kebe­rangkatan pesawat, kami pun meminta polisi mengawal sam­pai di ruang keberangkatan.

Pada Minggu dinihari se­kitar pukul 03.30 WIB, ke­dua kor­ban diantar ke terminal 1F de­ngan pengawalan ketat petugas bersenjata laras panjang. Bah­kan polisi membantu me­la­ku­kan check in, tanpa harus antre panjang di counter.

Polisi juga mengantar sampai di ruang keberangkatan. ‘’Di sini sudah aman,’’ kata polisi ter­sebut kepada Manado Post.

Kedua korban pun menuju Manado dengan menumpang Lion Air. Setiba di Bandara Sam Ratulangi, Mita dan Fani dijemput Wakil Wali Kota Bi­tung MJ Lomban dan Wakil Kepala Polres Bitung Kompol Norman Sitindaon.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA