WAWANCARA

Mahfud MD: Saya Memang Kecewa Dengan PKB, Tapi Bukan Karena Itu Dukung Prabowo

Rabu, 28 Mei 2014, 10:10 WIB
Mahfud MD: Saya Memang Kecewa Dengan PKB,  Tapi Bukan Karena Itu Dukung Prabowo
Mahfud MD
rmol news logo Ketua Tim Sukses pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Mahfud MD, enggan memaparkan lebih rinci soal strategi pemenangan yang digarap timnya.

Yang jelas, lanjut bekas Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, strategi yang diterapkan Prabowo-Hatta maupun Partai Gerindra sudah seperti menghadapi perang. Tim yang dikomandoinya akan berupaya memenangkan pertarungan di Pulau Jawa.

“Semua daerah sama pentingnya. Tapi pertempurannya akan berpusat di Jawa. Mengapa? Karena lebih dari separuh dari seluruh pemilih ada di Jawa,” tegas Mahfud MD kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Mahfud meyakini Prabowo-Hatta akan memenangi Pilpres 9 Juli mendatang. Minimal  meraih suara 51 persen. “Tapi saya akan berusaha bisa lebih dari itu. Potensinya besar untuk mendapat suara lebih dari 50 persen,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Banyak pendukung Prabowo-Hatta optimistis menang karena perolehan parpol pendukung dalam pileg lalu mencapai 49 persen, tanggapan Anda?
Dalam pengalaman tak ada korelasi antara dukungan terhadap legislatif dan pilpres. Dalam pilpres yang dipentingkan ketokohan, bukan institusi parpol.

Buktinya, di pilkada banyak tokoh bisa menang karena ketokohannya meski didukung oleh parpol kecil. Sebaliknya banyak yang kalah meski didukung banyak parpol.
 
Apa yang Anda lakukan?
Kami akan menjual kualitas tokoh saja.
 
Apa bergabung dengan Prabowo-Hatta didasari rasa kecewa atas ketidakberhasilan PKB menjadikan Anda sebagai cawapres Jokowi?
Saya memang kecewa pada PKB. Tapi bukan kekecewaan itu yang menyebabkan saya mendukung Prabowo-Hatta. Dalam konteks ini, kekecewaan saya pada PKB hanya berpengaruh sedikit. Visi Prabowo lebih jelas dan bisa dijelaskan substansinya dengan penuh penguasaan.
 
Bagaimana reaksi para ulama saat mengetahui keputusan tersebut?
Tentunya macam-macam, tidak tunggal. Tapi Anda tahu sendiri siapa mendorong dan berapa besar daya dorongnya. Pribadi Ketua PBNU KH Aqil Siradj kan ke Prabowo. Saya sendiri tak akan membawa-bawa jam’iyyah (organisasi) NU.

Saya hanya akan mengajak jama’ah (umat pengikut) NU. Jam’iyyah dan jama’ah kan beda.

Apakah Anda juga mempertimbangkan soal pecahnya suara NU sebelum mengambil keputusan tersebut?
Sejak Pemilu 1955, Pilpres 2004, Pilpres 2009, suara selalu pecah. Perbedaan pilihan itu tak bisa dihindarkan.

Saya katakan memilih anggota DPR terkait dengan kebesaran partai di parlemen, sehingga perlu memilih PKB. Tapi, memilih Presiden itu personal dan ketokohan alias memilih figur yang tak harus terkait degan partai.
 
Sebelum memutuskan bergabung dengan Prabowo-Hatta, apa Anda mempertimbangkan  untuk bersikap netral?
Ya, ada opsi dan dorongan untuk bersikap netral. Katanya, kalau netral, orang seperti saya bisa diajak oleh siapapun yang menang. Tapi, saya harus bersikap memperjuangkan ide, tak boleh berdiam dengan hanya ingin mendapat keuntungan untuk dua-duanyanya. Itu tak berintegritas namanya.
 
Apa keberadaan Anda di kubu Prabowo-Hatta dapat menarik suara mayoritas warga NU?
Bukan hanya warga NU. Tapi juga kalangan profesional, akademisi, lintas golongan, lintas agama, dan sebagainya. Warga NU itu tak bisa didikte atau digiring seperti barisan bebek. Mereka sudah cerdas untuk memilih sendiri. Saya hanya akan berkampanye bahwa saya punya pilihan yang baik.
 
Bukankan perbedaan sikap ulama bisa memecah soliditas warga NU di akar rumput?
Ada sedikit pengaruh seperti itu. Perbedaan sikap ulama itu kan selalu terjadi sejak dulu. Saya akan kampanye untuk jama’ah NU, bukan untuk jam’iyyah NU.

 Dengan demikian NU sebagai organisasi tetap tidak terganggu. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA