Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Takut Gagal, Karena Jumlah Soal & Jawaban Tidak Sama

Di Balik Kisah Siswa SMP Yang Bunuh Diri Akibat Ujian Nasional

Jumat, 09 Mei 2014, 09:15 WIB
Takut Gagal, Karena Jumlah Soal & Jawaban Tidak Sama
ilustrasi
rmol news logo Ujian nasional untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah berakhir. Ujian yang menjadi salah satu syarat kelulusan itu diwarnai kisah tragis. Seorang siswa di Bali bunuh diri diduga lantaran stres tak bisa mengerjakan soal ujian nasional.

Surat elektronik itu diterima pengurus Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) sekitar pukul 3 sore, Selasa (6/5). Isinya menyampaikan kabar mengagetkan: Leony Alvionita S ditemukan meninggal bunuh diri. Siswa kelas IX C SMP Negeri 1 Tabanan, Bali itu beberapa jam sebelumnya mengikuti ujian nasional mata pelajaran Matematika.

Sang pengirim kabar yang merupakan teman korban juga melampirkan percakapan di grup BlackBerry Messenger (BBM). Percakapan itu terjadi setelah para siswa pulang sekolah usai melewati ujian nasional hari kedua. Di grup itu, para siswa mengungkapkan keluh kesahnya mereka mengenai ujian nasional.
“Itu grup ya, bukan BBM-an personal. Jadi banyak siswa yang mengetahui,” ujar Sekjen FSGI Retno Kistyarti.

Retno mengungkapkan, para siswa membicarakan soal ujian nasional sejak hari pertama yang dimulai dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di lembar pertanyaan hanya ada 45 soal. Sementara di lembar jawaban ada 50 yang harus diisi.

Masih berdasarkan uneg-uneg para siswa, Retno menyebutkan, soal 1 sampai 7 di halaman 3 dan 4 tidak ada. Begitu juga soal nomor 45 sampai 50 di halaman 21 dan 22.

Menurut Retno, ini terjadi di beberapa daerah di Bali, bukan hanya di Tabanan. Ada jumlah soal yang kurang. Bukan hanya panitia dan guru pengawas yang bingung, siswa peserta ujian pun jadi stres. Sebab, mereka dibayang-bayangi kekhawatiran tidak lulus.

Kekhawatiran itu, lanjut dia, terungkap dalam percakapan grup BBM yang dikirim siswa. Dalam percakapan di grup itu, korban sedih tidak dapat mengerjakan soal. Terlebih, ada beberapa soal yang belum pernah diajarkan.

“Anak itu mengalami stres, sudah Bahasa Indonesia bermasalah, Matematika juga dianggap gagal. Daripada malu takut tidak lulus,” ungkap Retno.

Guru yang mengajar di salah satu SMA negeri di Jakarta ini mengakui soal Matematika untuk siswa SMP sangat sulit. Bahkan, beberapa soal belum pernah diajarkan oleh para pendidik sebelumnya. Misalnya, soal dengan standar internasional PISA (Programme for International Student Assessment).

Grup di BBM itu kembali heboh sore hari. Kali ini mengabarkan Leony yang meninggal dunia. “Sekitar 5 jam setelah curhat melalui BBM, ternyata didapat kabar bahwa korban sudah meninggal karena gantung diri,” tutur Retno. Atas informasi yang diterima dari siswa itu, FSGI melaporkan kasus ini ke kepolisian.
Kasus bunuh diri siswa setelah mengikuti ujian nasional ini hanya salah satu pengaduan yang diterima FSGI—yang membuka Posko Pengaduan—Ujian Nasional sejak tingkat SMA hingga berlanjut tingkat SMP.

Hari berikutnya, tutur Retno, pihaknya menerima pengaduan lebih banyak. Jumlahnya 32 pengaduan. Siswa mengeluh sulit mengerjakan soal uji Matematika dan banyak yang tidak sesuai dengan kisi-kisi soal yang diberikan sekolah selama ini dengan merujuk pada standar kelulusan yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). “Pokoknya soalnya susahnya setengah mati,” sebutnya.

FSGI juga menerima laporan kecurangan berupa bocornya soal. Untuk soal pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, dilaporkan diduga terjadi kebocoran di Jakarta, Bogor, Bandung, Garut, Bekasi, Bima, Mataram, Jambi dan Padang.

Tidak hanya itu, FSGI juga menerima laporan kecurangan yang diduga bersumber pada oknum penjual kunci jawaban. Laporan itu berasal dari Jakarta, Bandung, dan Bekasi. Peserta ujian kedapatan hendak mencontek jawaban via telepon selulernya. Di ponsel itu ada jawaban soal. Setelah di interogasi, ternyata yang bersangkutan mendapatkan kunci jawaban dengan membeli dari oknum bimbingan belajar.

Terakhir, FSGI juga masih menerima kembali laporan mengenai soal dengan tokoh cerita Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), dalam soal Ujian Nasional SMP mata pelajaran Bahasa Indonesia di Bandung.

Sepanjang pelaksanaan ujian nasional SMP, Retno mengungkapkan pihaknya menerima 175 pengaduan. Sedangkan ujian nasional SMA 186 pengaduan.

Pengaduan itu dikirim via email maupun laporan lewat telepon. Pasalnya, FSGI tidak membuka posko konvensional di tahun ini. “Setelah pengaduan masuk, kita akan publish,” katanya.

“Jadi kita tidak melakukan penindakan, memang bukan wewenang kita. Jadi silahkan lapor kepada kami, nanti kita publish. Intinya, UN tahun ini sangat karut marut,” pungkasnya.

Tidak Bisa Ikut UN, Silakan Ngadu Ke KPAI

“Awasi dan Laporkan Jika Terjadi pelanggaran pelaksanaan Ujian Nasional (UN)”, demikian tulisan terbentang pada spanduk, tepat di depan pagar kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Menteng, Jakarta Pusat.

Sejak gelaran UN SMA 2014, KPAI membuka Posko Pengaduan Pelanggaran UN di markasnya. Dalam spanduk bercorak merah putih itu, para pelapor dapat langsung datang melapor ke kantor, bisa juga menelpon ke nomor (021-31901446), atau email ke pengaduan@kpai.go.id.

Rakyat Merdeka menyambangi kantor tersebut kemarin sore, hingga memasuki gedung, tidak ada panduan tulisan bagi pelapor pelanggaran UN. Namun, setiap tamu yang datang harus mengonfirmasi ke meja tamu.

“Sistimnya sama, lapor disini, kalau ada pengaduan misalnya anak, akan dipanggilkan orangnya (KPAI),” ujar seorang pria penjaga meja resepsionis.
Ingin mengetahui persoalan posko pengaduan UN, Rakyat Merdeka, diajak menemui, Asisten Bidang Pendidikan KPAI, Lutfi Kumaidi. Di meja kerjanya yang berada di lantai 2 markas KPAI, Lutfi terlihat sibuk mengetik pengaduan yang diterimanya pada hari ini.

Memasuki UN SMP, jumlah pengaduan hanya satu orang. Yakni, orang tua siswa SMP Negeri 35 Bekasi berinisial II (14 tahun). Melalui orang tuanya, II dilaporkan tidak dapat mengikuti UN sedari hari pertama, karena sejak satu bulan menjelang UN, siswa tersebut ditahan karena kasus narkoba di Lapas Bulak Kapal, Bekasi. “Seharusnya bisa ujian meskipun di dalam lapas,” ujar Luthfi.

Mendapat pengaduan, Luthfi mengaku tidak langsung bertindak, melainkan mengonfirmasi pihak sekolah melalui telepon terlebih dahulu. Usai mengonfirmasi, ternyata letak permasalahan adalah pihak sekolah tidak mau memberikan pelayanan ujian terhadap siswa tersebut.

Padahal, dari pihak lapas, kata Luthfi, sudah diberi surat rekomendasi dari dinas pendidikan untuk pelaksanaan ujian. Solusi dari pelaporan ini, adalah rekomendasi ujian nasional susulan. “Masalahnya, II statusnya belum putus sekolah. Jadi tidak perlu ikut ujian paket,” katanya.

Menurut Luthfi, pengaduan yang diterima KPAI tahun ini sangat sepi. Untuk UN SMP, baru satu orang. Sedangkan UN SMA, juga berjumlah satu orang.

Menurutnya, sepinya pengaduan bukan karena UN berjalan lancar tanpa hambatan. Namun, karena para pelapor biasanya langsung mengadu langsung ke Dinas Pendidikan.

“Nah kalau di Diknas buntu, baru ke KPAI,” terangnya, sembari bercanda mungkin dipengaruhi heboh Pemilu 2014. “Berbarengan dengan politik mungkin,” tambahnya.

Polisi: Korban Ngeluh Soal Matematika Sulit

Kepolisian Resor Tabanan segera melakukan penyelidikan atas kematian Leony Alvionita setelah mengikuti ujian nasional. Kepolisian menyimpulkan siswa kelas IX C SMP Negeri 1 Tabanan Bali itu meninggal akibat bunuh diri.

Kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan luar yang dilakukan tim INAFIS Polres Tabanan terhadap jenazah korban pada Selasa petang (6/5).

Hingga Rabu, tim yang sama juga melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian yakni di ruko yang dikontrak orang tuanya, jalan Mawar 51, Banjar Gerogak Gede, Desa Delod Peken, Tabanan.

“Kesimpulan sementara yang bersangkutan memang meninggal karena bunuh diri. Cuma apa motifnya ini yang perlu kami dalami lagi,” jelas Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Sat Reskrim) Polres Tabanan AKP I Wayan Arta Ariawan, dikutip dari JPNN.

Secara sekilas Arta menerangkan, dari hasil pemeriksaan luar terhadap jenazah, di tubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Terkecuali bekas jeratan pada bagian leher. Sementara dari hasil pemeriksaan di lokasi kejadian, dasi yang dipakai korban untuk mengakhiri hidupnya masih terikat pada terali jendela di lantai dua rukonya.

“Selain olah TKP (tempat kejadian perkara), kita juga sedang berusaha mencari informasi tambahan dari keluarga maupun teman-temannya,” imbuh mantan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Badung ini.

Setidaknya sampai dengan Rabu sore, sudah ada tujuh orang yang dimintai keterangannya. Tujuh orang ini antara keluarga korban baik orang tua maupun pamannya. Kemudian teman-teman sekolahnya yang beberapa di antaranya pernah menjadi teman dekat korban atau pacarnya.

“Ada satu teman dekatnya yang cerita, kalau sebelum kejadian atau sebelum sampai di rumah, korban sempat ngobrol dengannya. Yang disinggung masalah soal pada ujian Matematika yang dikerjakan sebelumnya. Katanya soal itu lumayan sulit,” ungkapnya.

Peristiwa tragis yang terjadi pada gadis yang dikenal periang ini sontak membuat kaget pihak sekolah. Terlebih di saat yang bersamaan, korban sejatinya tengah mengikuti Ujian Nasional (UN). Selama ujian berlangsung sejak Senin (5/5), korban menempati ruangan V dengan nomor peserta 08.025.088.

Tapi di hari ketiga pelaksanaan UN dengan mata pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Inggris, bangku di ruangan itu terlihat kosong. Selama dua hari sebelum kejadian dia menempati bangku nomor urut dua dari depan pada sisi sebelah kiri.

Sementara itu, Kepala SMP Negeri 1 Tabanan I Dewa Nyoman Sarjana di kesempatan yang sama menyangsikan penyebab korban akibat kesulitan menjawab soal ujian. Sebab dari informasi yang diperoleh guru mata pelajaran Matematika, korban selama ini dianggap mampu mengerjakan soal-soal selama proses belajar mengajar. Bahkan nilainya berada di atas rata-rata.

“Memang yang bersangkutan aktif dalam setiap kegiatan. Terutama di bidang olahraga, khususnya Basket. Tapi di bidang akademis lainnya, seperti Matematika, dia termasuk rata-rata,” pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA