Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemasangan Cuma 10 Menit, Antrenya Sampai Empat Jam

SPBU Diserbu Kendaraan Yang Hendak Pakai RFID

Selasa, 03 Desember 2013, 10:31 WIB
Pemasangan Cuma 10 Menit, Antrenya Sampai Empat Jam
RFID (Radio Frequency Identification)
rmol news logo Arus lalulintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, tersendat. Puluhan mobil antre masuk ke SPBU 34-12902. Pemilik maupun pengendara roda empat itu datang bukan untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM), melainkan hendak memasang RFID (Radio Frequency Identification).

SPBU ini ditunjuk sebagai salah satu tempat pemasangan RFID. Di Jakarta, ada 65 tempat pemasangan alat untuk mendeteksi konsumsi BBM itu. Selain di SPBU, pemasangan bisa dilakukan di beberapa kantor pemerintah dan di pool maupun pangkalan angkutan umum di lima wilayah ibukota.

Taksi yang dikemudikan Juahir turut dalam antrean kendaraan yang akan dipasang RFID. Ia mengaku sudah antre sejak pukul 10 pagi dan baru dilayani pukul 2 siang.

“Takutnya kehabisan (RFID),” kata sopir taksi yang mengenakan seragam biru muda itu.

Ia menuturkan, begitu keluar dari pool langsung antre di SPBU ini pasang RFID. Alat ini dipasang di mulut tangki bahan bakar. Ia pun membuang waktu kerjanya selama empat jam hanya untuk antre. “Saya belum dapat setoran. Baru keluar langsung antre,” ujar pria yang rambutnya sudah memutih itu.

Sebelum kendaraannya dipasang alat ini, pengemudi antre untuk registrasi. Pengemudi diminta menunjukkan kartu tanda pengenal dan surat tanda nomor kendaraan (STNK) kepada satpam SPBU. Oleh satpam itu, kedua dokumen ini diserahkan kepada petugas di meja registrasi.

Petugas di meja ini dilengkapi dengan laptop. Setelah data pemilik dan kendaraan di-input ke komputer, tanda pengenal dan STNK dikembalikan.

Petugas registrasi dan pemasangan RFID dipekerjakan oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu ditunjuk Pertamina sebagai rekanan dalam proyek pemasangan RFID di puluhan jutaan kendaraan roda empat atau lebih. Untuk tahap awal, pemasangan hanya dilakukan terhadap kendaraan roda empat di Jakarta.

Giliran Juahir pun tiba. Tuas di bawah jok ditarik, penutup tangki bahan bakar terbuka. Petugas berkemeja yang ditutup rompi warna hijau muda menghampiri. Di punggung rompi tercantum tulisan “Tim Registrasi”.

Tampang petugas pemasangan RFID itu terlihat masih belia. Tanpa diperintah, dia pun mulai memasang alat hitam berbentuk lingkaran. Di alat itu ada kabel 10 cm yang terhubung dengan kotak kecil berisi sensor.

Pemasangan sensor di taksi yang dikemudikan Juahir berlangsung sekitar 10 menit. Pasalnya, di pinggir mulut tangki dipenuhi kotoran. Septian Wahyudi, petugas pemasangan lebih dulu membersihkan kotoran. Jika tidak bersih, dikhawatirkan alat ini tak akan menempel kuat.

Cara pemasangannya mudah. Lingkaran diolesi gasket. Lalu ditempelkan ke pinggir mulut tangki. “Pemasangan RFID bisa cepat kalau mobilnya masih baru dan lubang bensinnya melingkar,” kata Wahyu.

“Di beberapa mobil, lubang tangkinya oval. Jadi lama pemasangannya. Alat yang kita mau pasang kan semuanya bulat,” ujar Septian yang terlihat mulai lelah itu. Maklum, dia sudah melakukan pemasangan RFID sejak pukul 8 pagi.

Semakin sore, kendaraan roda empat yang antre kian banyak. Antrean panjang sampai keluar SPBU menyebabkan kemacetan di Jalan Gatot Subroto. Beberapa pengemudi yang mengantre memilih putar setir, batal memasang.

Bunawi, operator SPBU mengatakan, pihaknya sengaja membuat barisan khusus antrean kendaraan yang hendak dipasang RFID. Sebelumnya, dibuat tiga baris.

Ternyataan antrean semrawut dan menyebabkan kendaraan yang hendak mengisi BBM terhambat. “Kita hanya menyediakan tempat. Pemasangan dilakukan petugas PT Inti,” katanya.

Ia kecewa PT Inti hanya menyediakan tiga petugas untuk pemasangan di SPBU. Jumlahnya tak sebanding dengan kendaraan yang antre. Setiap hari, kata Bunawi, ada 500 kendaraan yang antre.

Pria berkulit putih itu mengawasi petugas pemasangan. Ia pun sempat bertanya kepada petugas pemasangan apakah alatnya masih ada. Jika sudah habis, pihaknya akan menutup antrean dan memasang tanda bahwa RFID sudah tak tersedia.

Wahyudi menjawab alatnya masih ada. Namun, dia meminta pihak SPBU menutup registrasi pada pukul 3 sore. “Bukan karena alatnya habis, tapi agar semua pemasangan bisa selesai jam 5,” katanya.

Bunawi setuju. Menurut dia, jika terlalu banyak pengemudi yang registrasi dikhawatirkan hingga sore tak semua kendaraan yang antre bisa dipasang RFID.

Untuk registrasi, ia mengerahkan satpam SPBU untuk menghampiri pengemudi di barisan antrean kendaraan dan meminta data-data yang diperlukan.

“Sebenarnya, registrasi dulu juga bisa kemudian datang lagi untuk pemasangan. Tapi sama saja, kan ngantre juga untuk pemasangan,” terang Bunawi.

Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menduga, pemilik kendaraan antre pasang RFID di SPBU lantaran mendengar isu yang tak jelas sumbernya.

Isu yang beredar, bila pemasangan dilakukan setelah tanggal 31 Desember, pemilik kendaraan akan dikenakan biaya Rp 200 ribu. Bila dilakukan saat ini, pemasangan tak dikenakan biaya.

“Sampai saat ini belum ada batas waktu sampai kapan pemasangan RFID. Jadi warga tidak perlu panik tidak kebagian,” kata Mundakir saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.

Ada 55 SPBU di Jakarta yang ditunjuk sebagai tempat pemasangan RFID. Semuanya dipenuhi pengemudi yang antre memasang alat itu sejak pekan lalu. Antrean makin panjang pada akhir pekan, saat libur kerja.

“Ini masih ujicoba, jadi Jakarta dulu. Target kami tahun ini 4,5 juta mobil di Jakarta sudah terpasang RFID,” ungkap Mundakir.

Pelajar Magang Digaji Rp 400 Ribu Sebulan
Kerja Dari Pagi Sampai Sore

Membludaknya pemilik dan pengemudi mobil yang hendak memasang RFID di kendaraannya, tak diimbangi dengan jumlah tenaga pemasangan yang memadai.

Di SPBU 34-12902 di Jalan Gatot Subroto Kavling 31, Jakarta Selatan, kendaraan yang hendak dipasang RFID mencapai 500  per hari. Sementara tenaga pemasangnya hanya tiga orang.

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) yang ditunjuk untuk pengadaan dan pemasangan RFID, merekrut pelajar sebagai sebagai tenaga pemasang alat pendeteksi konsumsi BBM itu.

Septian Wahyudi, duduk menyandar di kursi posko pemasangannya RFID di SPBU 34-12902. Di hadapannya laptop yang diletakkan di atas meja.

Data di komputer jinjing menunjukkan sudah 154 mobil yang dipasang RFID sejak pukul 8 pagi sampai 2 siang kemarin. Wahyudi meminta istirahat untuk makan dan shalat Dzuhur.

Sambil membuka sepatu dan hendak mengambil wudhu, Wahyudi menuturkan, dirinya masih berstatus pelajar.

“Belum lulus (sekolah). Saya lagi magang. Lumayan sertifikatnya (magang) bisa dipakai untuk cari kerja nanti,” kata pelajar kelas 11 salah satu SMK di Jakarta ini.

Ia magang di PT Inti dan ditugaskan menjadi tenaga pemasang RFID di kendaraan. “Di tim ini hanya satu orang yang pegawai PT Inti,” sebutnya sambil menunjuk rekannya sesama pelajar yang magang sebagai pemasang RFID. Petugas pemasang dilengkapi rompi hijau dengan tulisan “Tim Registrasi” di punggungnya.

Wahyudi menceritakan, sebelum ditunjuk sebagai petugas pemasang RFID, para siswa magang dites lebih dulu. Setelah lulus tes, mereka diberi pelatihan selama seminggu.
“Seminggu pelatihan itu kita jadi tahu banyak lah. Pasang alat ini sebenarnya gampang. Tinggal dilem,” katanya.

Ia mengaku, sepekan terakhir kewalahan melayani kendaraan yang hendak dipasang RFID. Jumlah kendaraan yang datang ke SPBU ini tak putus-putus. Tim Registrasi pun bekerja nyaris tanpa henti sejak pukul 8 pagi 5 sore. Mereka bergantian istirahat untuk makan siang dan shalat.

Beratnya tugas yang diemban Wahyudi tak diimbangi dengan pembayaran yang setimpal. “Hanya dibayar 400 ribu per bulan. Tapi jalani saja,” keluh Wahyudi.

Manajer Sosialisasi Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak PT Inti Andi Nugroho mengakui pihaknya kewalahan melayani masyarakat yang hendak memasang RFID di mobilnya.

Setiap hari 300 sampai 500 mobil antre di satu SPBU untuk memasang alat itu. Untuk mengurangi panjangnya antrean, menurut Andi, pihaknya menambah petugas pemasangan.

“Tadinya kita ada 257 operator, sekarang sedang ditambah jadi 302 orang. Kita kewalahan, gara-gara ada isu ongkos pemasangan. Padahal semuanya gratis,” ujar Andi saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.

Andi mengatakan, pihaknya akan memperbanyak tempat pemasangan RFID, selain di SPBU dan pool angkutan umum yang sudah ditunjuk saat ini. Lima puluh tim pemasang menyebar di SPBU-SPBU yang baru ditunjuk maupun tempat-tempat terbuka.

“Kalau di tempat terbuka, misalnya di Parkir Timur Senayan, tapi bukan untuk umum. Ada klub-klub yang kontak kita untuk gathering. Nah, anggota klub kita layani pemasangan RFID. Gratis,” katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA