Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Stiker Dipasang Dekat Kaca, Pembeli Menyodorkan Uang

Ngintip Kantin Kejujuran Di Kampus

Senin, 02 Desember 2013, 09:57 WIB
Stiker Dipasang Dekat Kaca, Pembeli Menyodorkan Uang
ilustrasi, kantin kejujuran
rmol news logo Beberapa tahun lalu, hampir di semua instansi pemerintahan dan instansi penegak hukum membuat ‘Kantin Kejujuran’. Kemudian menjalar ke sekolah-sekolah.

Kantin ini tak ada penjaganya. Pembeli mengambil sendiri barang dan meletakkan uang pembayaran di tempat yang telah disediakan. Jika membayar lebih, pembeli bisa mengambil sendiri uang kembaliannya.

Di sini kejujuran pembeli dilatih. Makanya kantin ini disebut kantin kejujuran. Diharapkan, dari kantin ini bisa terbangun sikap jujur dan langkah persuasif terhadap tindakan korupsi.

Namun bagaimana nasib kantin kejujuran kini? Yuk kita intip Ketika jam istirahat kerja, jelang tengah hari, hampir semua pekerja dan orang-orang yang beraktivitas di gedung Universitas Pertahanan pergi mencari makan siang.

Kampus ini menempati kompleks Kementerian Pertahanan di Jalan Salemba Raya Nomor 14, Jakarta Pusat. Berbagi gedung dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang) Kemenhan.

Di kampus yang menempati gedung bercat putih terhadap kantin. Letaknya di pojok kiri gedung yang diberi nama Martha Christina Tiahahu itu.

Pada lobi lantai satu gedung ini disediakan tempat duduk dan meja-meja sebagai tempat rehat sehabis kuliah. Nah, orang-orang duduk dan memesan makanan dan minuman dari kantin di pojok kiri, dan menikmatinya di jejeran bangku dan meja yang tersedia.

Yang tetap menarik dari kantin ini, sebuah stiker besar berbentuk bulat warna biru dipadu ungu ditempelkan pada kaca bening besar yang menjadi pembatas toilet. Stiker itu bertuliskan.

“Kantin Jujur dan Fantastik-KFJ-Primer Koperasi-Pusdiklat Tekfunghan Badiklat Kemhan.”

Memang, logo tersebut, ditempelkan tidak persis di etalase kantin itu. Agak terpisah, namun menunjukkan bahwa lokasi sekitar pojokan gedung itu adalah diperuntukkan untuk kantin.

Meski terlihat ramai pengunjung dan orang yang memesan makanan dan minuman, pesanan tetap diladeni satu orang. Orang itu adalah Yuli, pengelola kantin ini.

Sebuahlemari pendingin berisi berbagai minuman ringan ditaruh di bagian depan kantin. “Beli makan dan minuman tetap seperti biasa, seperti di warung atau kantin kebanyakan. Sama saja, tidak ada yang berbeda,” ujar Yuli kepada Rakyat Merdeka.

Di kantinnya, Yuli menyediakan berbagai jenis barang dagangan. Makanan, minuman, mie instan, hingga makanan kecil. Sebuah dapur kecil untuk menggoreng dan memasak makanan tersedia di bagian belakang kantin.

Yuli mengiyakan bahwa kantin yang dikelolanya itu adalah kantin yang diberi nama seperti yang terdapat dalam logo atau stiker besar yang tertera di kaca pembatas ke arah toilet itu. “Tetapi pelayanannya ya tetap seperti warung pada umumnya,” ujar perempuan yang baru dua bulan berdagang di kantin itu, Ia menggantikan saudaranya.

Setiap konsumen yang belanja di kantin itu, menyodorkan uangnya langsung kepada Yuli. Kemudian dia menghitung jumlah dan total harga makanan dan minuman lalu memberikan uang kembalian jika pembayaran berlebih. Ini layaknya transaksi di kantin yang ditunggui penjaga.

Mengapa disebut kantin jujur dan fantastik? Yuli sendiri tidak tahu persis mengapa nama kantin itu dibuat seperti itu.

“Ya sudah ada begitu sebelum saya kelola kantin ini. Dan sebelum saya, sama juga cara transaksinya,” ujar dia.

Setiap pesanan makanan dibuatkan oleh Yuli, lalu diantarkannya ke meja di mana pemesan duduk. “Kecuali minuman di kulkas, mereka bisa ambil sendiri dan bayarnya ke saya,” ucap dia.

Salah seorang pengunjung kantin yang sedang menikmati pesanan minuman mengatakan, bahwa kantin kejujuran di tempat ini hanyalah tinggal slogan. Pria yang mengenakan kemeja putih itu pesimis jika ada ‘Kantin Kejujuran’ yang benar-benar dikelola secara jujur sebagaimana konsep awal kantin kejujuran dibuat.

“Kantin kejujuran itu kanhanya slogan saja. Banyak juga slogan-slogan yang canggih dan luar biasa dibuat di berbagai tempat. Nyatanya, ya sama saja. Tidak ada yang benar-benar bisa dikelola secara mandiri dan jujur seperti logonya,” ujar pria yang tidak bersedia dituliskan namanya itu.

Menurut pria yang memesan minuman kopi panas itu, semua kantin kejujuran yang pernah ditemukannya sudah tak berjalan sebagaimana konsep awalnya. Ia mencontohkan, kopi yang dipesannya dibuatkan oleh penjaga kantin. “Ya balik lagi ke cara tukang berjualan seperti biasanya, ya seperti yang lainnya juga kok,” ucapnya.

Banyak Kantin Kejujuran Yang Bangkrut
Korupsi Belum Tuntas Diberantas

Pada 15 Oktober 2008, Jaksa Agung kala itu Hendarman Supandji meresmikan kantin kejujuran ke-1.000 di SMA Negeri 42, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Kantin itu sekaligus melengkapi 964 kantin kejujuran di seluruh Indonesia dan 35 kantin kejujuran di sejumlah SMA dan SMK di Jakarta.

Hendarman mengatakan, kejaksaan tidak ingin korupsi dibiarkan merajalela sehingga menghambat pembangunan. Karena itu, selain dengan tindakan represif menangani kasus korupsi, harus juga digalakkan edukasi untuk membudayakan gerakan antikorupsi.

“Pendirian kantin ini untuk melatih kejujuran dan watak siswa,” kata Hendarman.
Bahkan, lanjut pria yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat, Kejagung juga rajin menyosialisasikan gerakan antikorupsi sejak dini.

 Salah satunya adalah membangun kantin kejujuran di sekolah yang disebutnya berjumlah seribu kantin.

Rupanya, program membangun kesadaran dan kejujuran melalui Kantin Kejujuran itu malah dianggap gagal. Bahkan, banyak kantin kejujuran yang disebut telah mengalami kebangkrutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memantau  perkembangan kantin kejujuran yang dibikin di sekolah. Menurut Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Dedie A. Rachim, hanya beberapa saja yang berhasil. “Tak semua bangkrut, tetapi banyak yang bernasib seperti itu (bangkrut),” kata Dedie.

Dia tak mencantumkan data secara rinci tentang kantin kejujuran di sekolah yang bangkrut. Tetapi, dia hanya menyebutkan, penyebab kebangkrutan kantin kejujuran tersebut, antara lain, moralitas siswa.

Banyak siswa yang tidak jujur dalam membayar. “Kalau jujur dan semua bayar sesuai harga barang, tentu pengelola kantin tidak sampai bangkrut,” tuturnya.

Menurut Dedie, kebangkrutan kantin kejujuran itu bisa menjadi pertanda korupsi dini. Karena itu, dia minta pendidikan soal moralitas tak hanya diajarkan kepada siswa secara teoretis, tapi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Percuma belajar PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) jika tetap tidak mau bayar di kantin kejujuran,” tegasnya.

Dia menilai, moral itulah yang terus dibawa siswa hingga dewasa. Jika pada usia muda tidak ditekankan untuk bersikap jujur pada diri sendiri, kemungkinan upaya untuk bertindak korupsi semakin besar.

Dia mencontohkan, jika tidak membayar makanan atau barang yang dibeli dari kantin tersebut, berarti siswa bersangkutan secara tidak langsung melakukan korupsi dari pihak pengelola.

 â€œYang seharusnya dibayarkan, uang itu dia simpan. Padahal, makanan yang dia ambil sudah dimakan,” ujar dia.

Dedie juga meminta agar manajemen kantin tersebut lebih dikuatkan. Menurut Dedie, sebaiknya modal tidak diambilkan dari pihak luar sekolah, melainkan dari sekolah, termasuk dari siswa sendiri. Jadi, ketika kantin mulai surut, semua siswa bakal ikut merasakan. “Artinya, mereka merasa memiliki dan rugi jika tak membayar barang yang diambil,” tuturnya.

Kejagung Sengaja Bikin Kantin Dekat Press Room

Kantin Kejujuran dihidupkan lagi di Kejaksaan Agung, Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Jakarta Selatan. Memang, beberapa tahun lalu, sewaktu Jaksa Agung dijabat oleh Hendarman Supandji, kantin Kejujuran digalakkan di korps adhyaksa.

Sebelumnya, kantin kejujuran di Kejaksaan Agung terdapat di lantai satu gedung yang berada di depan Kantor Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung.

Kini, kantin kejujuran kembali dibuat di Kejaksaan Agung. Namun letaknya di ruang wartawan atau press room yang terdapat di bagian kanan ruangan Kapuspenkum.
Ruangan yang sehari-hari sebagai tempat berkumpulnya wartawan yang meliput di Kejagung itu juga sekaligus menjadi sekretariat Forum Wartawan Kejaksaan Agung (Forwaka).

“Kita sering liputan sampai malam hari, namun kalau sudah sore tidak ada lagi kantin di Kejaksaan Agung yang buka,” ujar Ketua Forwaka Nurokhman.

Kejaksaan Tinggi Bali masih mempertahankan program kantin kejujuran di lingkungan kejaksaan dan sekolah-sekolah untuk membudayakan sikap jujur dan antikorupsi, baik kepada pegawai maupun siswa.

“Program yang dicanangkan Pak Hendarman Supandji ketika masih menjabat Jaksa Agung itu sampai sekarang masih terus kami realisasikan,” kata Kepala Seksi Penerangan Hukum dan Humas Kejati Bali Ashari Kurniawan di Denpasar.

Melalui kantin kejujuran, lanjut dia, para pegawai kejaksaan dan siswa-siswa di sekolah dapat membiasakan diri untuk bersikap jujur tanpa pengawasan orang lain.”Maka kantin kejujuran itu kami tempatkan di ruang depan atau lobi biar mudah dijangkau,” kata Ashari.

Ia menyebutkan semua kejaksaan negeri di Provinsi Bali, seperti Denpasar, Singaraja, Tabanan, Bangli, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Negara sampai saat ini masih mempertahankan keberadaan kantin kejujuran itu.

“Kantin itu tujuannya bukan untuk mendapat keuntungan. Modalnya pun dari mereka-mereka sendiri. Harga barang yang dijual tidak seperti di toko lain karena tujuan utamanya menumbuhkan integritas dan sikap bertanggung jawab,” ujarnya.

Di Tempat Ini Raih Untung Jutaan Rupiah

Kantin kejujuran SMA Negeri 1 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten selama lima tahun terakhir berkembang dan dapat dijadikan percontohan bagi sekolah-sekolah lain di daerah itu.

“Kita memberikan apresiasi terhadap pengelola kantin kejujuran SMA Negeri 1 Rangkasbitung,” kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Hadi Nugraha.

Kantin kejujuran yang berdiri 2008 hingga kini masih berjalan karena tingkat kejujuran siswa cukup baik.”Kita berharap sekolah-sekolah menengah lain bisa seperti SMA Negeri 1 Rangkasbitung dalam mengelola kantin kejujuran,” terangnya.

Menurut Hadi, pihaknya akan terus mengembangkan kantin kejujuran di sekolah-sekolah karena berdampak positif terhadap para siswa untuk berperilaku jujur dan tanggung jawab.

Kepala SMA Negeri 1 Rangkasbitung, Iva Havidania, mengatakan selama ini tingkat kejujuran para siswa cukup baik sehingga kantin kejujuran hingga kini terus berkembang.

Menurut dia, tidak ditemukan siswa yang makan tiga namun bayar satu di kantin itu. “Kami memupuk kejujuran melalui kantin itu dengan tulisan-tulisan yang mengajak anak-anak harus bersikap jujur juga pembinaan keagamaan yang dilaksanakan setiap pekan,” jelasnya.

Sementara itu, Dedi, seorang pengelola kantin kejujuran mengaku selama ini omzetnya berkisar antara Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu per hari. “Kami selama ini belum pernah mengalami kerugian, meskipun kantin ini tidak diawasi karena anak-anak cukup jujur ketika mengkonsumsi makanan dan minuman mereka membayarnya,” ujarnya.

Kantin kejujuran menyediakan aneka jenis makanan dan minuman dari produksi orangtua siswa, guru dan tata usaha sekolah yang menitipkan di kantin itu.

Di Bantul, kantin kejujuran yang dibikin di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) juga untung. Kepala Bappeda Trisaktiyana mengatakan kantin kejujuran dimulai setahun lalu. Diawali dari internal karyawan dan pegawai dan hasilnya cukup bagus.

Kini, dikembangkan lebih luas melalui koperasi Bappeda untuk masyarakat umum diloket pelayanan.

Kantin kejujuran yang dimulai di internal pegawai Bappeda sejak 2012 hasilnya cukup bagus. Tidak pernah rugi. Bahkan meraih untung Rp 2 juta. Ini bisa menjadi indikator kejujuran pegawai Bappeda.

Beranjak dari sini, Kepala Bappeda pun menggagas kantin kejujuran untuk umum. Kantin dibuka di kompleks gedung pemerintah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA