Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Setiap 15 Menit Minta Laporan Dari Katulampa

Musim Hujan, Petugas Pintu Air Manggarai Siaga Banjir

Rabu, 13 November 2013, 09:56 WIB
Setiap 15 Menit Minta Laporan Dari Katulampa
ilustrasi, Katulampa
rmol news logo Musim penghujan telah datang. Petugas pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, mulai kerja keras memantau setiap volume air yang masuk ke ibukota. Ketinggian air di tempat ini bisa menjadi alarm banjir yang akan melanda sejumlah wilayah.

Ibnu, petugas pintu air Manggarai terlihat konsentrasi mendengarkan radio komunikasi yang terkoneksi dengan seluruh petugas pintu air se-Jabodetabek. Mulai dari Katulampa Bogor, Depok, dan Kanal Barat. Ia tak beranjak dari meja kerjanya karena setiap 15 menit perlu meminta informasi dari Katulampa dan Depok.

“Dari Depok tadi melapor tidak terlalu tinggi hanya 100 cm, masih Siaga IV, aman,” ujar Ibnu.

Ruang kerja Ibnu tidak besar, hanya 2x2 meter. Meja kerja berada di sisi kiri ruangan. Di atas meja, terdapat dua radio rik yang menggunakan handy talky untuk saling berkomunikasi. Di kiri meja, terdapat sebuah telepon yang juga bisa dipakai untuk koordinasi.

Memasuki bulan November, lanjut Ibnu, intensitas air yang melintasi pintu air Manggarai mulai meningkat. Namun, intensitasnya masih di batas aman atau Siaga IV, yaitu dengan ketinggian 680 cm pada pukul 2 siang, kemarin. Pekan lalu, Manggarai Siaga III menembus angka 780 cm.

Dijelaskan Ibnu, pintu air Manggarai tidak lagi ditutup sejak awal November. Langkah itu, untuk mencegah penumpukan volume air di pintu air. “Kalau kemarau kita tutup, sekarang dibuka terus,” paparnya.

Pemantauan Rakyat Merdeka, terdapat dua pintu air di Manggarai. Masing-masing, memiliki lebar 5,5 meter dengan kedalaman pintu 8 meter. Dua pintu yang digunakan sejak zaman Belanda itu terbuka lebar, intensitas air tidak terlalu meninggi.

Tak ada sampah menumpuk dan menghambat aliran air. Walaupun pintu air sudah bersih dari sampah, sebuah eskavator tetap ditempatkan di kiri pintu air.

Sewaktu-waktu bisa dipakai untuk mengeduk sampah yang menutupi pintu air.

Ibnu tidak sendirian memantau ketinggian air. Ia didampingi Adi Widodo, Kepala Pintu Air Manggarai. Masih dalam renovasi, tidak ada pembeda ruangan antara pegawai dan pimpinan. Keduanya menempati ruangan 2x2 meter. Menemani Ibnu sibuk memantau ketinggian air di Katulampa, Adi duduk santai menonton televisi di sofa sisi kanan ruangan.

Adi menceritakan, di musim penghujan jajarannya dipastikan kerja lebih keras. Meski begitu, tidak ada tambahan petugas jaga. Di pintu air Manggarai terdapat lima orang penjaga, yang dibagi menjadi dua tim. Setiap tim, bekerja selama 24 jam, mulai  pukul 8 pagi hingga 8 malam. Setelah itu mereka digantikan tim kedua.

“Sudah biasa menginap, ya kerja 24 jam jenuh juga. Tapi kan besoknya libur. Jadi sehari masuk, besok libur. Begitu terus,” ucap Adi yang tinggal di daerah Cipinang, Jakarta Timur.

Lebih dari 8 tahun menjaga pintu air Manggarai, Adi mengatakan, kesibukan mulai terasa jika sudah volume air mencapai Siaga II atau ketinggian air sudah 930 cm.

Situasi itu pernah terjadi pada awal tahun ini. Petugas setiap 15 menit naik turun tangga ke ruang panel dan melihat langsung tinggi air.

Untuk memantau tinggi air, petugas pintu harus keluar dari ruang kerja menuju ruang panel yang berada di lantai dua, tepat di belakang kantor. Di ruang panel, petugas tinggal menekan tombol untuk membuka maupun menutup pintu secara otomatis, menggunakan tenaga listrik. Tiga lampu tembak menyoroti area pintu air. Tujuannya, agar petugas tetap bisa ketinggian air saat malam hari.

“Lumayan olahraga betis, sehat lah puluhan kali sehari naik turun-tangga,” canda Adi.
Adi menceritakan, petugas pintu air tidak selalu memantau di ruang panel. Jika masih kondisi aman, petugas tinggal melongok di sisi kanan kantor yang langsung dapat melihat pintu. Dari pinggiran bendungan pintu, terlihat jelas kondisi air. “Kan ada papan meteran,” santai Adi.

Meski harus melaporkan sekitar 15 menit, suasana santai justru terasa di kantor itu. Tidak nampak jarak antara atasan dan bawahan. Adi pun tidak segan bercanda dan berbagi makanan dengan Ibnu, anak buahnya.

Berbagai hiburan pun tersedia di ruangan itu. Mulai dari DVD player, hingga catur. “Itu kolam ikan di depan anak-anak yang bikin. Bagaimana pun jenuh juga kerja seharian,” katanya.

Meski sudah lama bertugas, Adi belum bisa memprediksi apakah musim hujan kali ini ibukota bakal kebanjiran. Menurutnya, langkah antisipasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum, maupun Pemprov DKI Jakarta, cukup maksimal. Termasuk mengurangi sampah di kawasan pintu air. “Nggak ada sampah lagi, bersih, air bisa terus mengalir. Lancar,” ujarnya bangga.

Kondisi air di pintu Manggarai terbilang normal dan pintu terbuka lebar. Adi menyatakan, pintu itu tidak selalu dibuka. Jika mulai meninggi dan aliran air di Ibukota tidak mampu menampung, maka pintu ditutup. Untuk dibuka kembali, perlu keputusan langsung dari Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).

“Kita diinfokannya dari PU, kalau minta buka. Ya dibuka,” kata Ade sembari menceritakan perlu waktu hingga tujuh jam untuk mengalirkan air jika sudah tak mampu ditampung.

Menurut Ade, pintu air Manggarai menjadi penting karena menentukan apakah Jakarta Pusat kebanjiran atau tidak. Jika intensitas air tidak mampu dibendung dan terpaksa dibuka saat Siaga I, maka dampaknya hingga Istana Negara. Untuk itu, pihaknya kerap berkoordinasi langsung dengan PU pusat, Bintara Pembina Desa (Babinsa), dan Komando Rayon Militer (Koramil).

Rumahnya Kebanjiran, Warga Sering Protes Lewat Telepon

Pintu Air Manggarai terbuka untuk publik. Masyarakat bisa datang melihat langsung ketinggian air atau menelepon ke kantor di nomor (021) 3904004 untuk memperoleh informasi air kiriman dari Bogor melalui pintu air ini. Telepon berada di kantor utama yang langsung diangkat petugas penjaga pintu.

Ibnu, satu dari lima petugas penjaga pintu air Manggarai yang bersiaga kemarin mengatakan, sejak memasuki musim penghujan awal November, telepon kerap berdering. Terutama pada malam hari. Biasanya, telepon datang langsung dari perwakilan warga.

“Apalagi kalau hujan besar dan ada air kiriman Bogor, mulai ramai,” cerita Ibnu.

Tujuh tahun bekerja menjaga pintu air Manggarai, Ibnu sudah terbiasa menerima protes dari warga yang rumahnya kebanjiran. Biasanya, warga menyalahkan petugas pintu air karena membuka pintu yang menyebabkan air menggenangi warga bantaran kali. “Aliran dari sini juga sampai Pluit, Jakarta Utara,” terangnya.

Tidak hanya kebanjiran telepon jika pintu dibuka, saat intensitas air tinggi, pihaknya juga mendapat komplain dari daerah-daerah yang kebanjiran lantaran pintu air tidak dibuka. Jika pintu air itu ditutup, maka air tertahan hingga Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Menanggapi berbagai protes warga, Ibnu mengatakan pihaknya selalu menjelaskan dengan ramah. Menurutnya, untuk urusan buka tutup pintu Manggarai menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pusat atas restu Gubernur DKI Jakarta. Dia selalu mengatakan, hanya menjalankan tugas.

Komplain datang tak hanya via telepon, tapi juga dari perwakilan warga yang datang ke sini saat musim banjir tiba. Meski begitu, tak ada warga yang memaksa petugas untuk membuka ataupun menutup pintu air.

Keberadaan pintu air Manggarai sangat penting untuk mengatur air yang akan mengaliri sejumlah sungai dan kali di ibukota. Kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk membuka atau menutup pintu air ini bisa menyebabkan banjir tak terkendali.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menceritakan jebolnya tanggul Latuharhari di pinggir Banjir Kanal Barat (BKB) lantaran pintu tidak dibuka meski berstatus Siaga I dengan ketinggian 900 cm.

“Justru gara-gara kemarin pintu airnya tidak dibuka, BKB juga jebol kan? Tenggelam juga,” kata Ahok di Balaikota Jakarta, kemarin. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA