Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sepi Pembeli, Banyak Pedagang Tutup Kios

3 Bulan Pasca Relokasi PKL Ke Blok G Pasar Tanah Abang

Selasa, 12 November 2013, 10:10 WIB
Sepi Pembeli, Banyak Pedagang Tutup Kios
Blok G Pasar Tanah Abang
rmol news logo Sepi pembeli, satu persatu kios di Blok G, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, ditutup pemiliknya. Banyak pedagang cuma bengong menunggu pembeli.

Tiga bulan sejak relokasi para pedagang kaki lima (PKL) dari badan di jalan Pasar Tanah Abang ke Blok G, belum membuahkan hasil yang signifikan. Sebanyak 570 kios yang menjadi lapak pedagang di lantai 3 Blok G itu, sudah ditutup oleh penyewa atau pemiliknya dikarenakan tidak laku alias sepi pembeli.

Sejak Gubernur Provinsi DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memindahkan para pedagang dari badan jalan yang semrawut ke Blok G, gairah berdagang di lokasi baru itu merosot tajam. Alhasil, ratusan kios yang sudah ditempati para pedagang di Blok G itu pun sudah tidak difungsikan sebagai mana mestinya.

Ramlan, salah seorang pedagang kemeja di Lantai 3 Blok G, mengeluh kios yang dia dapat dari undian tiga bulan lalu selalu sepi pembeli. Lokasi yang tidak strategis dan jauh dari area tangga, membuat kiosnya tidak laku.

“Dari pagi sampai sekarang (pukul 2 siang) tidak ada barang yang laku. Sepotong pun belum terjual,” keluh Ramlan, kemarin.

Padahal, di Blok G itu, lelaki asal Padang ini mengaku menjagai dua kios. Satu lagi milik adiknya, yang berjarak satu meter dari kios kemeja Ramlan. Karena sepi pembeli, Ramlan pun memfungsikan kios jatah adiknya itu untuk berjualan kopi.

Penghasilannya tidak besar. Dalam sehari dia mengaku hanya bisa mengantongi uang di kisaran Rp 10 ribu- Rp 20 ribu.

Menjelang penghujung tahun ini, lanjut Ramlan,  sudah separuh kios dari sebanyak 570 kios yang terdapat di lantai 3 Blok G ini sudah tidak dibuka pemiliknya. Ka-rena tidak laku, para pedagang memilih berjualan di tempat lain. Sebagian besar para pedagang di Blok G itu malah berpindah berjualan ke Kaki Lima Night Market di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. “Ya bagaimana, jualan nggak laku, perut harus diisi,” curhat Ramlan.

Pantauan Rakyat Merdeka di lantai 3 Blok G Pasar Tanah Abang, belum menjelang pukul 2 siang, para pedagang terlihat mulai merapikan dagangannya.  Beberapa pedagang berlasan, mereka menutup lapak dikarenakan sepi pembeli.

Ada juga pedagang yang tetap membuka kiosnya, berharap masih ada pembeli yang datang. Namun, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan main catur, mengobrol, bahkan tidur di kios.

Gara-gara sudah banyak pedagang tidak mengoperasikan kiosnya, Ramlan mengaku tidak sedikit rekannya yang mendapatkan surat peringatan dari petugas Pasar Jaya Tanah Abang.

Dikatakan Ramlan, absensi atau pendataan pedagang yang tidak berjualan biasanya dilakukan petugas usai adzan Zuhur.

Tidak hanya mengabsen, petugas pasar juga menarik uang kebersihan, listrik, dan keamanan sebesar Rp 4.000 per-hari. Jika tidak bayar, nama pedagang dan lokasi toko akan ditandai pada secarik kertas.

“Kalau sudah bayar di checklist, kalau tidak bayar ya dikasih tanda silang. Saya jadi bayar untuk dua kios, takutnya kios ini diambil orang,” terang Ramlan.

Diceritakan Ramlan, tarikan uang sebesar Rp 4.000 itu merupakan pungutan resmi yang dilakukan pihak pasar sejak awal November. Dia mengaku berat membayar uang itu, lantaran dagangan pakaian miliknya tidak laku-laku. “Sudah hampir tiga minggu, kemeja yang dipajang tidak laku,” keluhnya.

Pria yang mengenakan kemeja merah kotak-kotak itu berharap agar Pemprov DKI Jakarta konsisten membantu membuat pasar Blok G menjadi ramai. Setidaknya, ada tiga janji Gubernur Jokowi yang dirasa pria dua anak itu belum ditepati.

“Pertama, escalator. Kedua, akses ke stasiun dan pedangan di Jalan Jati Baru, Tanah Abang, yang tetap ada,” rinci Ramlan sembari mengaduk kopi mix di gelas plastik untuk pembeli yang juga sesama pedagang.

Adzan Asar berkumandang,  Lantai 3 Blok G sudah sangat sepi karena para pedagang sudah menutup kios. Hanya sekitar 10 kios yang bertahan buka hingga sore hari, meski tanpa pembeli.

Zunaidi, pedagang handuk terlihat memasukkan dagangannya ke dalam kios seluas 2x2 meter miliknya. Rolling door seperempat lingkaran dia tutup, lalu digembok.

Mengaku dagangannya tidak laku-laku hampir satu bulan, dia memilih berjualan di kawasan Monas, pada malam hari. Untungnya lumayan, bisa mendapat Rp 50 ribu-1Rp 00 ribu.

Zunaidi sebenarnya enggan menjaga kios di Lantai 3 Blok G. Namun karena temannya menitip agar kios tersebut dijaga lantaran takut kena surat peringatan, dia pun rela menjagai dua kios yang saling bersebelahan.

“Ini nungguin kios Pak Boy, dia lagi jualan di tempat lain. Kami ini serba salah, dipindahin tapi ngga laku, cari duit di luar kios mau disegel. Sudah satu bulan dagang di sini (Blok G) nol besar. Semua pedagang pada rugi,” keluh pria berpeci itu.

Maling Berkeliaran Di Lantai 3 Blok G


Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kata yang tepat menggambarkan nasib Desi, pedagang pakaian di kios bernomor B LO3 ACT 031. Wanita berjilbab itu duduk lemas di dalam kiosnya lantaran baru kemalingan 4 kodi pakaian miliknya. “Rugi modal Rp 1,6 juta,” kisah Desi sambil menunduk.

Desi mengaku lalai karena meninggalkan kiosnya sekitar 15 menit, sekitar pukul 2 siang, kemarin. Dia mengaku jenuh menjaga kios sendirian. Selain tidak satu pun calon pembeli yang melintasi kiosnya, Desi sekedar melemaskan otot pergi mengobrol ke kios temannya yang berjarak hanya lima meter dari kiosnya.

Sekembalinya ke kios miliknya, ternyata empat tumpuk kaos yang ditaruh di sisi kanan kios berukuran 2x2 meter itu raib diambil maling. Desi pun mengaku enggan melapor ke-pada pihak keamanan karena kejadian itu dianggapnya sebagai kelalaiannya . “Saya pasrah sajalah,” curhatnya.

Pemantauan Rakyat Merdeka, kios yang dijaga Desi itu berada di tengah Lantai 3 Blok G. Di bagian kanan dan kiri hingga depan kios itu, tidak ada kios yang buka.

 Kios-kios tutup itu digembok dari luar. Suasana di sekitar kios Desi itu memang sepi. Tak ada calon pembeli yang wara-wiri di lokasi tersebut.

Desi mengaku belum lama menjaga salah satu kios di lantai 3 Blok G. Sebelumnya, kios itu dijaga suaminya. Karena tidak mendapat untung dari berdagang di sini, sementara mereka harus menghidupi dua orang anak, maka sang suami pun memilih mencari penghasilan tambahan dengan berjualan di tempat lain.

“Kios ini saya yang jaga jadinya. Kios atas nama uda (suami Desi), saya takut kalau kios ini disegel bila tujuh hari berturut-turut tidak dibuka,” ujarnya.

Informasi kemalingan yang dialami Desi menyebar kepada para  pedangang lainnya di lantai 3. Lima orang pria terlihat mencoba menghibur wanita  paruh baya itu. Adi, satu di antaranya juga mengaku pernah kecolongan. Adi kemalingan empat kodi pakaian.

Peristiwa yang dialami Adi itu terjadi pada Sabtu (9/11). Saat itu, Adi sedang meninggalkan kios sejenak karena penat menunggui kios yang tak didatangi pengunjung sepanjang hari. Ketika mengetahui bahwa kiosnya dijarah maling, Adi langsung melaporkannya kepada pihak kemanan di Blok G. Selanjutnya, Adi belum mendapat perkembangan penanganan atas laporannya itu dari pihak keamanan.

“Kalau boleh saran, pemulung jangan sampai naik ke lantai 3, saya curiga mereka yang datang bawa karung-karung itu yang ambil,” tuding Adi.

Pria asal Padang itu membeberkan, setidaknya sudah ada tiga kasus pencurian di lantai 3 Blok G Pasar Tanah Abang.  Peristiwa kemalingan itu terjadi Sabtu (9/11) yang menimpa Adi. Peristiwa kedua terjadi Senin (11/11), dan satu lagi beberapa hari sebelum kedua peristiwa itu terjadi.

“Ada tiga kios kemalingan. Saya minta agar keamanan diperketat. Kan kita sudah bayar uang harian juga, totalnya Rp 4.000,” geram Adi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA