WAWANCARA

Jusuf Kalla: Anwar Ibrahim Teman Dari Mahasiswa, Najib Razak Orang Bugis, Ha-ha-ha...

Jumat, 10 Mei 2013, 09:30 WIB
Jusuf Kalla: Anwar Ibrahim Teman Dari Mahasiswa, Najib Razak Orang Bugis, Ha-ha-ha...
Jusuf Kalla (JK)
rmol news logo Bekas Wapres Jusuf Kalla (JK) memberi saran agar dilakukan rekonsiliasi nasional di Malaysia.

“PM Malaysia Najib Razak dan tokoh oposisi Anwar Ibrahim teman saya. Makanya saya ke Malaysia bertemu keduanya,’’ kata Jusuf Kalla kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, Komisi Pemilu Malaysia (SPR) mengumumkan koalisi Barisan Nasional (BN) memenangkan 133 dari 222 kursi parlemen. Sedangkan koalisi oposisi, Pakatan Rakyat meraih  89 kursi parlemen.

Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menolak hasil pemilu yang menetapkan koalisinya mengalami kekalahan. Sebab, pemilu dinilainya banyak kecurangan. JK mengaku sudah menyampaikan kepada Nazib Rajak dan Anwar Ibrahim agar melakukan kompromi.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa kunjungan Anda ke Malaysia untuk mendamaikan?
Ini hanya harapan sebagai teman. Rekonsiliasi itu baik dan perlu untuk melanjutkan pembangunan Malaysia. Stabilitas itu penting dalam pembangunan. Maka sebaiknya perlu kompromi  kedua kubu itu.

Saya menghargai keinginan Najib Razak untuk melakukan rekonsiliasi nasional. Jangan sampai perbedaan politik yang terjadi di Malaysia ini memicu  konflik SARA atau apa.
 
Anwar Ibrahim tetap mau menggugat hasil pemilu Malaysia, ini bagaimana?
Jauh-jauh hari saya sudah berpesan, agar keduanya (Najib dan Anwar Ibrahim) berkampanye dengan santun. Tidak saling serang pribadi masing-masing karena keduanya adalah sahabat baik saya.

Seberapa dekat hubungan Anda dengan mereka berdua?
Saya bersahabat dekat dengan keduanya.  Hal itu tentu memudahkan kita untuk saling mengkoreksi kebijakan politik masing-masing. Kalau keduanya tidak akur, saya juga akan merasakan sakitnya.

Sejak kapan Anda berteman baik dengan keduanya?

Sudah sejak lama. Dengan Anwar Ibrahim kami berteman dari kami mahasiswa. Sedangkan  Najib  Razak kebetulan orang Bugis juga, ha-ha-ha....

Kabarnya Anda lebih mendukung Najib, apa benar?
Ah kata siapa. Saya di Malaysia kunjungi keduanya. Saya tidak dalam posisi mendukung. Masalah siapa yang dipilih, biarlah masyarakat Malaysia yang tentukan.

Kenapa Anda tidak jadi penengah?
Saya ini bukan penengah. Sebab, keduanya teman kok. Kalau oposisi dan pemerintah berseteru itu kan sudah biasa dan lazim. Perbedaan pendapat itu kan selalu saja terjadi, kapan saja.

Nah, sekarang bagaimana mencari solusi dan tetap membangun tanpa larut dalam perseteruan. Pada dasarnya saya tidak ikut campur. Kan kita tidak ada urusan mengenai negeri mereka, biar mereka mencari solusinya.

Saat bertemu dengan kedua politisi itu, apa masalah TKI juga dibicarakan?

Tidak spesifik. Tapi kan hubungan kita baik dengan Malaysia. Kalaupun ada masalah, toh bisa selesai dengan ikatan serumpun. Kami hanya bicarakan masalah pertemanan kita yang cukup lama ini.

Kalau masalah TKI, saya berpendapat kita harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak lagi, sehingga minat masyarakat Indonesia untuk menjadi TKI berkurang. Kan bagus kalau bekerja di dalam negeri serta ikut membangun bangsa dan negara.

Apa yang Anda lihat dari sepak terjang politik mereka?
Mereka orang baik dan bagus dalam politik. Mereka memiliki track record yang baik di mata publik.

Apa yang Anda simpulkan dari Pemilu Malaysia?

Saya melihat pemilu yang aman dan berjalan dengan baik. Begitu juga antusias pemilih yang cukup besar di sana.

Kenapa Anda menyamakan Pemilu Malaysia sama dengan Pilkada Banten?

Ya, karena jumlah pemilih yang sedikit itu, yakni 13,3 juta orang. Bila dibandingkan dengan Pemilu Indonesia, 10 kali lipat lebih besar.
 
Apa harapannya?
Harapannya ke depan agar hubungan Indonesia dengan Malaysia bisa lebih baik lagi. Kemudian membangun secara bersama-sama. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA