“Masuknya muka lama itu tidak akan membawa perbaikan. DPR bakal semakin buruk,†kata Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Independen (Formappi), Sebastian Salang kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, mayoritas anggota DPR sekarang mendaftarkan diri sebagai caleg Pemilu 2014.
Sebastian menilai parpol tidak mau beresiko kehilangan suara akibat mengandalkan caleg muka baru.
Berikut kutipan selengkapnya:Berapa banyak sih muka lama yang masuk DCS?Sepengetahuan kami 90 persen dari anggota DPR yang ada sekarang ini mencalonkan atau dicalonkan kembali oleh parpolnya.
Meski jumlahnya tidak terlalu banyak jika dibandingkan caleg baru. Tapi itu sudah menggambaran bahwa parpol gagal melakukan kaderisasi.
Harusnya bagaimana agar muka lama tidak maju lagi?Partai politik harusnya menerapkan sistim reward dan punishment. Tidak main pukul rata saja. Anggota DPR yang bermasalah sekarang ini pun tetap dimasukkan dalam DCS.
Seandainya partai politik menerapkan sistim reward dan punishment itu, maka kader yang selama ini di DPR tergolong malas harusnya tidak dicalonkan lagi.
Sebaliknya orang yang rajin, aktif, yang benar-benar bekerja, harus mendapat apresiasi.
Sebenarnya DCS partai-partai saat ini masih dinilai buruk dong?Ya, mereka yang menciptakan citra DPR menjadi buruk. DPR itu dipersepsikan sebagai kumpulan orang malas. Seharusnya kita bisa memperbaikinya dengan tidak mencalonkan kembali orang yang malas itu.Tapi kan ini tidak diterapkan.
Pimpinan parpol tidak peduli dengan kualitas anggota DRP. Padahal citra DPR sekarang ini sedang rusak. Mereka mementingkan parpolnya agar menang.
Untuk itu, rakyat yang harus cerdas. Pemilu, merupakan kesempatan bagi rakyat untuk menghukum politisi yang pemalas.
Parpol mengkalim melakukan seleksi ketat kok?Ah, kata siapa. Saya melihatnya mencalonkan muka lama atas dasar pragmatisme kok.
Kenapa Anda bilang pragmatis?Orang yang sudah menjadi anggota DPR sekarang ini kan sudah memiliki modal financial yang cukup kuat. Terlebih mereka sudah tahu bagaimana cara untuk mendapatkan suara. Parpol tidak mau spekulasi dengan calon baru, makanya muka-muka lama masih bercokol.
Bagaimana nasib caleg muka baru?Calon baru Pileg 2014 sebenarnya punya peluang. Apalagi kalau dilihat banyak sekali wajah-wajah baru di DCS.
Masalahnya, tidak berarti yang baru juga baik. Kalau kita lihat caleg barunya seperti Angel Lelga, Ridho Rhoma atau caleg artis lainnya, kan kita hampir tidak pernah lihat apa lagi dengar kalau mereka itu bergelut di politik. Apalagi mereka itu kan minim pengalaman politik.
Jadi banyak caleg yang asal comot dong?Betul sekali.
Banyak caleg baru sekarang ini dicomot secara asal-asalan oleh parpol.
Tapi kan banyak di antara mereka adalah atris terkenal?Wajah baru harusnya bukan hanya sekedar baru. Partai harusnya tahu kalau mereka harus benar-benar ekstra selektif. Kalau mau DPRnya lebih baik.
Tapi kelihatannya mereka tidak terlalu perduli masalah itu. Malah yang diajukan adalah orang-orang baru, tak berpengalaman, kualitas dan kemampuannya juga diragukan.
Parpol sibuk dan mengutamakan orang yang populer dengan tujuan agar bisa mengahasilkan suara bagi parpolnya.
Bagaimana dengan caleg dari artis?Sekitar 30 artis masuk DCS. Kalau nanti mereka jadi, pertanyaannya apa yang mereka perbuat. Kualitas DPR kita tidak jauh lebih baik dari yang sekarang.
Banyak kalangan agar KPU menyeleksi bacaleg yang maju berkali-kali?Wakil rakyat tidak bisa dibatasi. Masalahnya bukan pada maju berkali-kalinya, tapi bekerja nggak kepada rakyat. Sebaliknya kalau dia terpilih karena dipercaya masyarakat dan integritasnya bagus, nggak masalah. Tapi kalau terpilih dengan kekuatan uang, tapi tidak berbuat apa-apa di DPR. Itu yang bermasalah.
Apakah caleg bermasalah akan dipantau Formappi?Tidak hanya Formappi yang memantau. Banyak LSM yang ikut memantau caleg bermasalah dan mengungkap itu ke masyarakat dan KPU. Itu sebagai tanggung jawab kami.
Apa yang masyarakat perlu lihat dalam memilih caleg?Pilih caleg yang rekam jejaknya bagus. Jangan sekadar karena cantik, ganteng atau karena popular, apalagi karena uang.
Masyarakat perlu mencari informasi mengenai caleg-caleg tersebut. Jangan sampai pilih kucing dalam karung. Masyarakat jangan cepat lupa terhadap perilaku politisi. Politisi yang pemalas jangan dipilih. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: