WAWANCARA

Gusti Muhammad Hatta: Jutaan Mobil Listrik Diproduksi, Pasti Subsidi BBM Berkurang

Kamis, 28 Juni 2012, 09:27 WIB
Gusti Muhammad Hatta: Jutaan Mobil Listrik Diproduksi, Pasti Subsidi BBM Berkurang
Gusti Muhammad Hatta

RMOL. Mobil listrik dirancang agar tidak tergantung Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin menipis. Apalagi subsidinya  membebani keuangan negara.

“Pak Presiden SBY meng­ingin­kan agar kita tidak tergan­tung  BBM. Sebab, subsidi BBM beba­ni negara. Makanya beliau me­minta agar diberikan road­map. Itu sudah kami paparkan bebera­pa waktu lalu,” kata Menteri Ri­set dan Teknologi (Menristek) Gus­ti Muhammad Hatta  kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, Senin (25/6) Menristek bersama Menteri Per­hu­bungan EE Mangindaan mengu­ji mobil listrik berbentuk bis yang dibuat oleh Pusat Pene­litian Tenaga Listrik dan Meka­tro­nika LIPI.

Gusti Muhammad Hatta selan­jutnya mengatakan, jika sudah ada kebijakan yang jelas dan di­produksi secara massal. Maka har­ganya bisa murah. “Supaya ma­syarakat bisa membelinya. Pa­jaknya pun harus murah,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa yang sudah dilakukan?

Pak Presiden sudah memerin­tah­kan kepada menteri-menteri terkait saat rapat di Istana Yogya­karta beberapa waktu lalu. Beliau meminta selama tiga bulan para menteri terkait sudah menyam­paikan laporannya kepada beliau.

Pak SBY minta cepat. Maka­nya Menteri Keuangan juga akan menjelaskan terkait kebijakan yang dibuatnya. Misalnya saja mengenai pajak dan lainnya. Be­gitu juga dengan Menteri Pe­rin­dustrian dan Menteri Perhu­bu­ngan. Tanpa itu, saya kira nggak bisa jalan.

    

Berarti harus ada Undang-undangnya?

Ya dong. Program mobil listrik ini harus berkesinambungan. Ka­lau sudah ada Undang-Undang, maka program ini bisa diteruskan pemerintahan berikutnya.


Kebijakan apa saja yang perlu dibuat?

Banyak. Contoh kecil saja, berkaitan dengn STNK. Kan di dalam STNK itu harus dicantum­kan bahan bakar yang digunakan. Sementara mobil listrik ini meng­gunakan listrik. Maka harus ada aturannya juga.

   

Kapan diproduksi secara massal?

Bapak Presiden mengharapkan pada 2013. Saat ini sudah ada beberapa yang dibuat.


Berapa unit?

Ratusan mobil listrik yang su­dah diproduksi.  Bapak Presiden berharap pada 2015 sudah ada ju­taan mobil listrik diproduksi. De­ngan cara ini, pasti subsidi BBM berkurang.


Apa bisa mewujudkan ju­taan mobil listrik tahun 2015?

Harus yakin dong. Makanya BUMN-BUMN harus ikut men­dukung. Kalau kami ini kan men­dukung dari sisi penelitiannya.

   

Apakah mobil listrik ini su­dah dinilai layak pakai?

Yang sudah jadi sekarang ini jangan dilihat bagus. Yang penting kan mobil ini sudah bisa di­pakai. Kami menginginkan mo­bil listrik ini bisa lebih efisien lagi.

Makanya kami terus melaku­kan penelitian. Perlu juga per­­bai­kan-perbaikan yang sig­nifikan.

Saya membayangkan, jika su­dah diproduksi 1 juta unit, maka dibutuhkan listrik ribuan mega­watt. Maka harus disiapkan in­frastrukturnya juga.

   

Apa saja yang diperlukan untuk mobil listrik ini?

Ada lima hal yang harus di­penuhi. Pertama, rancang bangun platform. Kedua, elektronik kon­trol system. Ketiga, teknologi pro­­mosi dan transmisi. Keempat, teknologi baterai dan infrstruktur. Kelima, charging baterai. Kalau lima itu sudah terpenuhi maka mobil ini sudah mantap.

   

Apa itu sudah dipenuhi?

Untuk rancang bangun plat­form sudah 100 persen bisa da­lam negeri. untuk elektronik kon­trol sistem sebagian masih impor. Ini menjadi tugas kami.

Teknologi promosi dan trans­misi 100 persen masih impor.

Begitu juga dengan teknologi ba­terai. Sedangkan infrstruktur charging 100 persen dari dalam negeri.

   

Mana yang paling vital?

Tentunya yang paling vital itu baterai. Kalau baterainya bisa kita kuasai maka akan mantap mobil listrik ini. Kami bersama LIPI, La­­pan dan lainnya sedang me­ne­liti itu. Dari sisi penelitian ka­lau mau memproduksi mobil lis­trik, maka lima kunci itu harus ter­penuhi.

   

Kenapa masih ada yang impor?

Sebagian besar komponen yang standar itu dalam negeri. Tapi baterai memang masih dari luar. Untuk baterai hampir semua ne­gara  tidak membuat sendiri, tapi impor. Sebab,  untuk baterai li­tium itu tidak banyak yang ber­main.

Setahu saya, di manapun in­dustri itu tidak pernah mempro­duk­si semuanya. Pasti ada yang impornya. Misalnya, saja pesa­wat. Sudah dipastikan ada juga barang impornya.

   

Apa sudah ada perusahaan yang ingin memproduksi mobil listrik ini?

Kami ini kan tugasnya sampai pada prototype. Hasil karya ini ha­rus disambut baik oleh indus­tria­­wan. Sebab, mereka yang mem­­produksi. Sementara kami terus menjalankan penelitian.

Setahu saya, untuk urusan mem­­produksi itu yang bergerak dari Kementerian Perindustrian. Ka­mi juga harus melihat bahwa yang mau memproduksi juga pasti melihat kualitas barang, dan untung ruginya apa.

   

Mobil ini dihargai Rp 1,2 mi­liar, apakah setelah dipro­duk­si masal harganya bisa ditekan?

Setelah diproduksi massal, sudah pasti bisa ditekan. Yang se­karang ini kan uji coba. Namanya uji coba itu membutuhkan biaya be­sar. Misalnya, ketika kita mem­beli besi, tidak mungkin membeli be­si hanya satu meter sesuai ke­bu­tuhan. Panjang besinya itu 6 meter.

Setelah diproduksi banyak, maka besi sepanjang 6 meteri itu bisa digunakan semuanya untuk be­be­rapa produk. Jadi harga seka­rang ini tidak bisa jadi patokan harus Rp 1,2 miliar.

   

Berapa kira-kira harganya setelah diproduksi massal?

Saya kurang mengetahui menge­nai ini. Tetapi kalau dipro­duksi banyak, pasti harganya bisa lebih murah. Yang jelas, secara ope­­rasional jauh lebih mudah dan ramah lingkungan. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA