RMOL. Mobil listrik dirancang agar tidak tergantung Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin menipis. Apalagi subsidinya membebani keuangan negara.
“Pak Presiden SBY mengÂinginÂkan agar kita tidak terganÂtung BBM. Sebab, subsidi BBM bebaÂni negara. Makanya beliau meÂminta agar diberikan roadÂmap. Itu sudah kami paparkan beberaÂpa waktu lalu,†kata Menteri RiÂset dan Teknologi (Menristek) GusÂti Muhammad Hatta kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, Senin (25/6) Menristek bersama Menteri PerÂhuÂbungan EE Mangindaan menguÂji mobil listrik berbentuk bis yang dibuat oleh Pusat PeneÂlitian Tenaga Listrik dan MekaÂtroÂnika LIPI.
Gusti Muhammad Hatta selanÂjutnya mengatakan, jika sudah ada kebijakan yang jelas dan diÂproduksi secara massal. Maka harÂganya bisa murah. “Supaya maÂsyarakat bisa membelinya. PaÂjaknya pun harus murah,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Pak Presiden sudah memerinÂtahÂkan kepada menteri-menteri terkait saat rapat di Istana YogyaÂkarta beberapa waktu lalu. Beliau meminta selama tiga bulan para menteri terkait sudah menyamÂpaikan laporannya kepada beliau.
Pak SBY minta cepat. MakaÂnya Menteri Keuangan juga akan menjelaskan terkait kebijakan yang dibuatnya. Misalnya saja mengenai pajak dan lainnya. BeÂgitu juga dengan Menteri PeÂrinÂdustrian dan Menteri PerhuÂbuÂngan. Tanpa itu, saya kira nggak bisa jalan.
Berarti harus ada Undang-undangnya?
Ya dong. Program mobil listrik ini harus berkesinambungan. KaÂlau sudah ada Undang-Undang, maka program ini bisa diteruskan pemerintahan berikutnya.
Kebijakan apa saja yang perlu dibuat?
Banyak. Contoh kecil saja, berkaitan dengn STNK. Kan di dalam STNK itu harus dicantumÂkan bahan bakar yang digunakan. Sementara mobil listrik ini mengÂgunakan listrik. Maka harus ada aturannya juga.
Kapan diproduksi secara massal?
Bapak Presiden mengharapkan pada 2013. Saat ini sudah ada beberapa yang dibuat.
Berapa unit?
Ratusan mobil listrik yang suÂdah diproduksi. Bapak Presiden berharap pada 2015 sudah ada juÂtaan mobil listrik diproduksi. DeÂngan cara ini, pasti subsidi BBM berkurang.
Apa bisa mewujudkan juÂtaan mobil listrik tahun 2015?
Harus yakin dong. Makanya BUMN-BUMN harus ikut menÂdukung. Kalau kami ini kan menÂdukung dari sisi penelitiannya.
Apakah mobil listrik ini suÂdah dinilai layak pakai?
Yang sudah jadi sekarang ini jangan dilihat bagus. Yang penting kan mobil ini sudah bisa diÂpakai. Kami menginginkan moÂbil listrik ini bisa lebih efisien lagi.
Makanya kami terus melakuÂkan penelitian. Perlu juga perÂÂbaiÂkan-perbaikan yang sigÂnifikan.
Saya membayangkan, jika suÂdah diproduksi 1 juta unit, maka dibutuhkan listrik ribuan megaÂwatt. Maka harus disiapkan inÂfrastrukturnya juga.
Apa saja yang diperlukan untuk mobil listrik ini?
Ada lima hal yang harus diÂpenuhi. Pertama, rancang bangun platform. Kedua, elektronik konÂtrol system. Ketiga, teknologi proÂÂmosi dan transmisi. Keempat, teknologi baterai dan infrstruktur. Kelima, charging baterai. Kalau lima itu sudah terpenuhi maka mobil ini sudah mantap.
Apa itu sudah dipenuhi?
Untuk rancang bangun platÂform sudah 100 persen bisa daÂlam negeri. untuk elektronik konÂtrol sistem sebagian masih impor. Ini menjadi tugas kami.
Teknologi promosi dan transÂmisi 100 persen masih impor.
Begitu juga dengan teknologi baÂterai. Sedangkan infrstruktur charging 100 persen dari dalam negeri.
Mana yang paling vital?
Tentunya yang paling vital itu baterai. Kalau baterainya bisa kita kuasai maka akan mantap mobil listrik ini. Kami bersama LIPI, LaÂÂpan dan lainnya sedang meÂneÂliti itu. Dari sisi penelitian kaÂlau mau memproduksi mobil lisÂtrik, maka lima kunci itu harus terÂpenuhi.
Kenapa masih ada yang impor?
Sebagian besar komponen yang standar itu dalam negeri. Tapi baterai memang masih dari luar. Untuk baterai hampir semua neÂgara tidak membuat sendiri, tapi impor. Sebab, untuk baterai liÂtium itu tidak banyak yang berÂmain.
Setahu saya, di manapun inÂdustri itu tidak pernah memproÂdukÂsi semuanya. Pasti ada yang impornya. Misalnya, saja pesaÂwat. Sudah dipastikan ada juga barang impornya.
Apa sudah ada perusahaan yang ingin memproduksi mobil listrik ini?
Kami ini kan tugasnya sampai pada prototype. Hasil karya ini haÂrus disambut baik oleh indusÂtriaÂÂwan. Sebab, mereka yang memÂÂproduksi. Sementara kami terus menjalankan penelitian.
Setahu saya, untuk urusan memÂÂproduksi itu yang bergerak dari Kementerian Perindustrian. KaÂmi juga harus melihat bahwa yang mau memproduksi juga pasti melihat kualitas barang, dan untung ruginya apa.
Mobil ini dihargai Rp 1,2 miÂliar, apakah setelah diproÂdukÂsi masal harganya bisa ditekan?
Setelah diproduksi massal, sudah pasti bisa ditekan. Yang seÂkarang ini kan uji coba. Namanya uji coba itu membutuhkan biaya beÂsar. Misalnya, ketika kita memÂbeli besi, tidak mungkin membeli beÂsi hanya satu meter sesuai keÂbuÂtuhan. Panjang besinya itu 6 meter.
Setelah diproduksi banyak, maka besi sepanjang 6 meteri itu bisa digunakan semuanya untuk beÂbeÂrapa produk. Jadi harga sekaÂrang ini tidak bisa jadi patokan harus Rp 1,2 miliar.
Berapa kira-kira harganya setelah diproduksi massal?
Saya kurang mengetahui mengeÂnai ini. Tetapi kalau diproÂduksi banyak, pasti harganya bisa lebih murah. Yang jelas, secara opeÂÂrasional jauh lebih mudah dan ramah lingkungan. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: