WAWANCARA

Jero Wacik: Kami Disalah-salahin Terus, Wajar Hasil Survei Melorot

Sabtu, 23 Juni 2012, 09:12 WIB
Jero Wacik: Kami Disalah-salahin Terus, Wajar Hasil Survei Melorot
Jero Wacik

RMOL. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jero Wacik tidak menerima penilaian kinerja pemerintah buruk, sehingga elektabilitas partainya menurun.

“Saya bantah kalau kinerja pe­merintah buruk. Buktinya per­tum­buhan ekonomi capai 6,5 per­sen,” ujar Jero Wacik kepada Rak­yat Mer­deka, di Jakarta, Kamis (21/6).

Seperti diketahui, elektabilitas Partai Demokrat terus merosot. Sur­vei Soegeng Sarjadi Syndi­cate, Mei 2012, partai berlam­bang bintang mercy itu posisi ke­tiga (10,7 persen) di bawah Partai Golkar (23 persen) dan PDI Per­juangan (19,6 persen).

Begitu juga hasil survei Ling­karan Survei Indonesia, Partai Demokrat  urutan ketiga (11,3 persen). Di bawah Partai Golkar (20,9 persen) dan PDI Perjua­ngan (14 persen).

Jero Wacik selanjutnya menga­ta­kan, pemerintah telah bekerja secara benar, sehingga tidak ma­suk akal bila dikaitkan dengan pe­nurunan elektabilitas Partai Demokrat.

‘’Kalau ada yang menilai ki­nerja pemerintah buruk, lalu elek­ta­bilitas Partai Demokrat me­nu­run. Itu pendapat yang sangat ke­liru,’’ kata Menteri Energi dan Sum­ber Daya Mineral (ESDM) itu.  

Berikut kutipan selengkapnya:


Masa tidak ada kaitannya sih?

Sebab, faktanya kinerja peme­rintah sangat memuaskan. Dalam delapan tahun terakhir ini me­nunjukkan indikasi peningkatan ekonomi yang membanggakan.

Apa saja itu?

Semua bisa dilihat dari indikasi makro ekonomi. Perlu kita keta­hui, tidak banyak negara di dunia yang pertumbuhan ekonominya 6,5 persen. Walau  banyak demo, pe­merintah nyatanya masih mam­pu menciptakan pertum­buhan ekonomi sebesar itu.

Bahkan waktu bertemu dengan sejumlah kepala negara, saya tanyakan masalah pertumbuhan ekonomi, mereka enggan me­nyampaikannya.

 

Artinya apa?

Ya, pertumbuhan ekonomi negara itu tidak baik. Makanya kalau menilai kinerja pemerintah SBY buruk, itu keliru.

Buktinya ekonomi kita bisa tumbuh lebih besar dari mereka.


Apa indikasi pertumbuhan ekonomi itu, bukankah masih banyak pengangguran?

Lihat saja, income per kapita kita sekarang dari Rp 1.000 men­jadi Rp 3.500.

Kemudian jumlah mobil, mo­tor, kulkas, televisi yang dipro­duk­si semua mengalami pening­ka­tan. Ini berarti masyarakat mam­­pu membeli.

Di sektor riil beberapa perusa­haan telah dicek laporan rugi la­ba­nya, dalam delapan tahun te­rakhir ini naik semua. Peneri­ma­an lapangan kerja juga naik. Ke­mu­dian orang asing, saya me­ne­rima banyak sekali perusahaan asing yang mau investasi ke In­donesia.

Saya pernah tanya ke orang asing itu, ngapain you mau inves­ta­si ke negara kami. Mereka men­ja­wab, di Indonesia lebih men­jan­ji­kan, sangat baik. Daripada ke tem­pat lain, di Indonesia paling enak. Sebenarnya pemberitaan saja yang menjelek-jelekkan negara.

Selain itu pemerintah juga se­dang menggalakkan penghe­ma­tan energi ke seluruh daerah di Indonesia. Itu juga kan salah satu langkah bagus yang dilakukan pemerintah.


Apa Anda merasa khawatir dengan hasil survei itu?

Nggak tuh. Saya ini kan orang yang yakin dan lempeng bekerja. Saya yakin pemerintah niatnya baik, kita semua di Kabinet Indo­nesia Bersatu (KIB) II bekerja sebaik mungkin untuk kesejah­teraan rakyat.

Tapi kami disalah-salahin te­rus, itulah politik.  Saya harap nan­ti the end tahun 2014 kita akan jernih melihat semua ini. Siapa yang benar-benar bekerja un­tuk rakyat, dan siapa yang cu­ma ngomong doang.


Apa penyebab elektabilitas Partai Demokrat menurun?

Saya melihat ada beberapa penyebab yang membuat  Partai Demokrat mengalami penurunan. Saya juga menghitung dan meng­analisa, ada tiga penyebabnya. Pertama, karena adanya kader Partai Demokrat yang terlibat kasus korupsi. Itu sudah ada yang jadi tersangka dan sudah diadili.

Kedua, ada kader partai Demo­krat yang diduga ikut terlibat, cuma belum terbukti. Sekarang ma­sih antara ya dan tidak. Semua itu ya fakta yang harus diakui.

Ketiga, adanya pemberitaan yang terlalu deras dan keras. Sam­­pai-sampai istrinya semua di­ungkap sedetil mungkin.  Tiap hari, bahkan  tiap jam mereka di­be­ritakan.


Anda kok menyalahkan media?

Ya, kalau saya lihat pemberi­taan­nya terlalu massif. Sebetul­nya kalau lihat angka korupsi, ke­nyataannya Partai Demokrat cu­ma capai tiga persen. Ada par­tai lain yang lebih gede. Cuma par­tai lain tidak diberitakan secara massif. Kalau kita mau jernih, me­mang harus melihatnya begitu. Pemberitaan itu masuk ke pikiran rakyat, sehingga wajar bila hasil survei, Partai Demokrat melorot.


Bukankah sebagai partai pemenang pemilu dan berkua­sa wajar disorot agar pemerin­tah berjalan benar?

Mungkin saja karena kami juara satu dan biasanya juara satu diutak-atik.


Baragkali ada yang ingin Partai Demokrat melorot?

Saya tidak tahu itu. Yang saya ta­hu, pemberitaannya terlalu sering.


Apa saran Anda terhadap masalah ini?

Ya, kami harus menjawabnya dengan kinerja. Kader Partai Demokrat yang menjabat sebagai menteri, gubernur, walikota, dan bupati harus bekerja lebih keras. Urus rakyat sebenar-benarnya dan jangan korupsi.

Di legislatif juga sama, mereka harus kerja keras.  Suarakan aspi­rasi rakyat.Turunlah ke dapil un­tuk mendapatkan aspirasi rakyat itu. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA