RMOL. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengaku tidak selalu menghadiri undangan acara pemerintah. Itu semua tergantung kesibukannya.
“Saya berusaha hadir setiap undangan resmi Sekretariat Negara. Kebetulan di MK sedang tidak ada sidang pleno, sehingga saya harus menghargai undaÂngan,†ujar Mahfud MD kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Bekas Menhan itu tidak merasa tersindir saat Presiden SBY mengapresiasi dirinya yang rajin hadir dalam acara-acara pemerinÂtahan.
“Saya yakin, Pak SBY mengaÂtakan itu sebagai hal yang biasa saja. Tidak ada tendensi politik dan tidak ada kaitannya dengan Pilpres 2014,†katanya.
Lagipula, lanjut Mahfud, ketua lembaga yang lain seperti Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK dan lainnya juga seÂring hadir dalam acara pemeÂrinÂtahan tersebut.
Seperti diketahui, saat berÂpiÂdato dalam acara penyerahan penghargaan pada tokoh industri di Istana Negara, SBY memberiÂkan sapaan khusus kepada MahÂfud MD dan ketua DPD Irman Gusman.
“Sebelum saya lanjutkan, saya lupa menyebut kolega saya yang rajin menghadiri acara pemeÂrinÂtahan terutama Irman Gusman ketua DPD dan kedua Mahfud MD ketua MK,†kata SBY.
Mahfud selanjutnya mengataÂkan, jika ada sidang di MK atau ada acara lain, dirinya tidak mengÂÂÂÂÂhadiri undangan acara peÂmerintah.
“Misalnya, saya tidak hadir di Jonggol saat ada acara TNI yang diÂresmikan Presiden,†ungkapÂnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Saya juga tidak bisa hadir saat pemberian gelar pahlawan keÂpada beberapa tokoh nasional beberapa waktu lalu.
Anda menilai pujian SBY itu hal biasa?
Pernyataan Pak SBY itu sifatÂnya umum saja sebagai sopan santun ketimuran. Pak SBY kan memang hangat kalau berteman.
Apa Anda tidak merasa terÂsindir karena dijagokan sebaÂgai capres 2014?
Pernyataan itu tidak ada huÂbungannya dengan Pilpres 2014.
Barangkali Partai Demokrat berniat menjagokan Anda?
Partai DemoÂkrat itu parÂpol beÂsar, tak mungkin bicara penÂÂcaÂpreÂsan hanya dengan cara seperti itu.
Ada proses panjang seperti surÂvei, penggodokan oleh tim, rapat-rapat terbaÂtas sampai rapat lengÂÂÂkap. AkhirÂnya ditetapkan meÂÂlalui forum yang bersifat nasional.
Apa pernah ada pemÂbicaÂraan dengan petinggi Partai DeÂmoÂkrat?
Saya tak pernah bicara itu dengan petinggi Partai Demokrat. Sebab, saya masih hakim yang tak boleh berbicara politik prakÂtis. Saya juga tidak mau menyeÂret-nyeret MK untuk bersentuhan dengan politik praktis.
Makanya, saya pastikan bahwa saya tak pernah membicarakan soal itu dengan parpol.
Bukankah ada beberapa parÂpol mewacanakan Anda sebaÂgai capres?
Memang ada beberapa orang parpol yang melempar wacana penÂcalonan saya itu ke publik. Tapi saya tidak pernah membiÂcarakannya dengan mereka.
Namun saya juga tak boleh melarang mereka, biar demokraÂtis, biar banyak alternatif. Itu baÂgian dari penyehatan yang akan kita bangun, terlepas dari soal saya mau atau tidak, layak atau tidak.
Barangkali sudah ada pemÂÂbiÂcaraan dengan parpol secara tiÂdak resmi?
Secara tidak resmi memang sudah ada beberapa tokoh parpol yang mengajak saya membiÂcaraÂkan kemungkinan pencalonan itu. Hanya ngomong-nomong sambil minum kopi.
Kapan Anda tentukan sikap?
Saya hanya hakim, tentunya tidak bisa masuk ke politik prakÂtis. Tahun 2013 barulah saya akan menentukan sikap. Mungkin ikut mendukung seseorang.
Kenapa harus 2013?
Saya tahu betul bahwa politik itu bisa berubah-ubah secara ceÂpat, sehingga tidak mungkin saya mengikatkan diri dengan situasi politik sekarang. Di atas semua itu, saya yakin betul, jabatan seÂseorang itu sepenuhnya di tangan Tuhan. Saya mengalir sajalah.
O ya, Lily Wahid mengatakan Anda banyak bicara hanya cari poÂpularitas, komentar Anda?
Saya tidak peduli dengan perÂnyataan Lily Wahid. Saya akan tetap bicara seperti sekarang. Saya juga tidak peduli mau makin populer atau makin tak populer.
Saya tidak pernah mencari popularitas. Perlu diketahui, sejak dulu saya sudah blak-blakan begini. Masak saya mau berubah hanya ingin populer. Tidaklah.
Barangkali Anda kurang diÂsuÂkai bila menjadi populer?
Saya tidak tahu. Tapi apa pun maksudnya saya tidak peduli. KaÂlau dia memuji saya, tak akan untung. Kalau dia mencela, saya tak rugi. Apalagi dikaitkan deÂngan popularitas. Sebab saya tak peduli dengan naik turunnya popularitas.
Saya pun tidak tahu dan tidak ingin tahu. Bagi saya pernyaÂtaanÂnya itu tidaklah penting. MeÂmang aneh, sebab sudah lama dan baÂnyak parpol menyebut saya layak untuk jadi capres. Tapi begitu ada orang PKB ikut berbicara begitu, lalu dia berkomentar sinis. Bagi saya biar anjing menggonggong, kafilah berlalu. Ini kan negara demokrasi. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: