“Persoalan korupsi sudah sangat luar biasa. Maka saatnya saya turun langsung untuk mengÂhunus pedang dan melawan koÂruptor,†ujar calon pimpinan KPK, Abdullah Hehamahua kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Menurut Ketua Komite Etik KPK itu, saat di awal KPK berÂdiri, banyak pihak memintanya menjadi pimpinan, tapi ditolak.
“Periode pertama dan kedua pimpinan KPK, saya diminta berÂgabung. Tapi saya kurang tertarik. Makanya berperan di belakang layar saja. Kini saatnya saya menÂjadi pimpinan. Itu kalau saya lolos seleksi,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa Anda tidak khawatir menÂÂdapat teror?Tidak khawatir dong. Saya siap menanggung konsekuensi sebaÂgai pimpinan KPK.
Koruptor memiliki tiga kekuaÂtan, yakni kekuatan uang, kelomÂpok, dan senjata. Mungkin saja mereka melakukan teror.
Dalam melakukan perlawanan, mereka bisa memakai salah satu kekuatannya atau semua kekuaÂtan yang mereka miliki secara bersama-sama. Untuk menghaÂdapi hal itu, saya sudah bersumÂpah kepada Allah. Saya siap mati syahid untuk memberantas koÂrupsi. Apapun risiko akan saya hadapi.
Apa yang harus dilakukan KPK periode mendatang?Ada beberapa hal yang harus menjadi prioritas KPK. Pertama, konsolidasi internal. Hal itu harus dilakukan pada periode pertama, sehingga KPK bisa menjadi ‘Super Man’ yang punya kekuaÂtan SDM.
Kedua, KPK harus melakukan koordinasi dan supervisi dengan lembaga penegak hukum dan insÂÂtansi pengawasan. Selain menÂÂceÂgah intervensi dan kriÂminalisasi, koordinasi dan superÂvisi dengan lembaga penegak hukum dan instansi pengawasan juga dapat memperkecil penyaÂlahguanaan APBN dan APBD. Itu sangat berguna dalam memÂberantas korupsi.
Selain itu?Melakukan reformasi biroÂkrasi. Selama ini, reformasi biroÂkrasi yang dilakukan KPK hanya sebatas penelitan dan pengÂkajian terhadap instansi pemeÂrintah.
Ke depan, peran tersebut harus ditambah pengawasan iternal dan koordinasi, agar reÂformasi biroÂkrasi berÂjalan lebih optimal.
Bagaimana dengan penindaÂkan?Itu juga prioritas. KPK harus memprioritaskan penindakan. Dalam waktu satu tahun, pimpiÂnan KPK yang baru harus mampu menuntaskan seluruh sisa perkara periode sebeÂlumnya. Tahun seÂlanjutnya, pimÂpinan yang baru harus memprioÂritasÂkan perkara-perkara baru untuk kasus korupsi menengah ke atas.
Apa yang Anda maksud deÂngan korupsi menengah ke atas?Korupsi menegah ke atas itu, biasanya terjadai pada sejumlah instansi pemerintah, lembaga negara atau pemerintah daerah yang mendapat alokasi APBN dan APBD yang besar.
Praktek tersebut sering terjadi pada instansi pemerintah yang menyangkut kepentingan orang baÂnyak, seperti pendidikan, keseÂhaÂtan, dan transportasi.
Wacana pembubaran KPK kemÂbali disuarakan, tanggaÂpan Anda?Saya sangat menyesalkan hal tersebut. Menurut saya, lembaga ad hoc ini masih sangat diperluÂkan dan mampu menjadi garis terdepan pemberantasan korupsi.
Saya berharap, pemberantasan korupsi tidak sekadar dijadikan wacana, namun didukung langÂkah nyata dari berbagai pihak.
Ada juga keingingan KPK diperkuat, apa yang perlu diÂperÂkuat?KPK harus diberi penyidik independen. Ini akan lebih baik. Sebab, terlepas dari sejumlah inÂtervensi dan kepentingan. Tanpa penyidik independen, para penyiÂdik KPK akan terus terbebani keÂpentingan besar atau beban moral dalam melaksanakan tuÂgas. MeÂreka harus loyal kepada KPK dan institusi awal mereka.
Kalau Komite Etik tidak memÂbuat puas anggota DPR, apa mungkin pencalonan Anda dijegal?Salah satu anggota Komisi III DPR mengatakan, lihat nanti hasil kerja Komite Etik. Kalau macam-macam diganjal di sini (DPR).
Saya sudah perhitungkan itu. Saya tidak diterima atau tidak lolos di DPR, itu soal biasa.
Tapi hendaknya harus dipisahÂkan antara persoalan seleksi dan Komite Etik. Persoalan seleksi itu saya pribadi. Nah, kalau KoÂmite Etik itu tugas bersama deÂngan anggota Komite Etik yang lain.
[rm]
BERITA TERKAIT: