Makanya bekas Gubernur Sumatera Barat itu tidak merasa riÂsau atas suara-suara miring terÂkait dana perjalanan dinas pejabat ke luar negeri.
’’Dana perjalanan dinas ke luar negeri sebesar Rp 8 miliar. Itu pun digunakan sebagaimana mesÂtinya. Misalnya, meÂnyeÂleÂsaiÂkan persoalan perbatasan dengan Malaysia dan Papua Nugini. Tidak satu sen pun dipakai untuk saÂya,’’ ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya: Ah, masa sih nggak pernah ke luar negeri?Ya, betul. Saya tidak ada perÂjalanan dinas ke luar negeri yang mempergunakan dana KeÂmenÂdagri. Sebab, memang tidak diÂranÂcang untuk itu. Jadi, sesen pun tidak ada yang saya pakai angÂgaran tersebut.
Kalau nggak salah bukannya Anda pernah ke Australia?O, itu beda. Saya pergi ke Australia tidak mempergunakan anggaran Kemendagri. Sebab, saya diajak Bapak Presiden SBY. Itu terjadi setelah setahun saya menjadi MenÂdagri.
Ke depan juga nggak ada renÂcana ke luar negeri mengÂguÂnaÂkan dana Kemendagri?Tidak dirancang seperti itu. Jadi, saya tidak ada rencana ke luar negeri.
Apa Anda tidak merasa iri deÂngan menteri lain yang sering ngeÂÂlancong ke luar negeri? Ya, nggaklah, tidak masalah itu. Tugas menteri kan bukan ke luar negeri, itu bisa diwakilkan ke staf saja.
Bagaimana kalau pejabat eseÂlon I dan lainnya?Itu tentu ada. Tapi itu untuk meÂmenuhi agenda yang sudah diÂseÂpakati dengan negara lain. MaÂkaÂnya dialokasikan dana sekitar Rp 8 miliar per tahun untuk pergi ke luar negeri.
Maksudnya?Ya, memenuhi agenda dengan negara tetangga. Misalnya, pemÂbahasan kerja sama dengan MaÂlayÂsia, kerja sama dengan Papua Nugini.
Masa ya sih hanya urusan itu saja?Hanya itu yang diagendakan. Kalau tidak diagendakan, kita tidak berani menggunakan angÂgarÂan. Sebab, dana Kemendagri unÂtuk ke luar negeri kecil sekali.
Rp 8 miliar itu kecil ya?Ya, relatiflah. Cuma yang beÂrangÂkat itu tergantung kebutuhan. Jadi, paling tertingginya Rp 8 miliar. Biasanya dana itu juga ngÂgak habis dipakai.
Kenapa Anda bilang segitu keÂcil?Ini kalau dibandingkan dengan keÂmenterian yang lain. Tadi ada media yang bandingkan, katanya KeÂmenterian Budaya dan PariÂwisata anggarannya sebesar Rp 300 miliar. Sedangkan dana KeÂmenÂdagri cuma Rp 8 miliar, kan jauh bedanya.
Kalau agendanya cuma urusan perÂbatasan dengan Malaysia dan Papua Nugini, tentu wajar saja kan? Ya, begitulah. Saya hanya menÂdukung untuk yang sudah diÂsepakati. Misalnya rapat ke Kuala Lumpur. Tapi bukan saya yang beÂrangkat. Staf yang terkait. HaÂnya itu saja. Di luar itu kita tak puÂnya program-program lain.
Masa anggaran studi banding tiÂdak punya?Program-program studi banÂding itu nggak ada. Kita hanya program yang jelas karena ada keÂsepakatan kegiatan dengan neÂgara-negara tetangga. Itu pun anÂtaÂra pejabat eselon I saja. Dana itu hanya menunjang kesepÂaÂkatÂan-kesepakatan itu. Tak ada studi banding, apalagi jalan-jalan, nggak ada sama sekali itu. Yang ada cuma untuk perundingan-peÂrundingan perbatasan dan perÂjanjian kawasan.
Apa Anda puas dengan hasil kunjungan staf itu?Kan ada laporannya. Tindak lanÂÂjutnya bagaimana, jadi proÂgress tiap perundingan. Apa yang diÂsepakati, itu yang ditinÂdakÂlanjuti satu demi satu. Ada peÂnanÂdatanganan kesepakatan MoU.
O ya, biasanya berapa tim yang diberangkatkan untuk perÂjalanan dinas ke luar negeri?Kalau dari Kemendagri, kita hanya mengirim dua orang saja.
Untuk tahun 2011 berapa dana dialokasikan untuk pergi ke luar negeri?Itu belum. Sebab, masih dalam proses.
Apa mungkin lebih rendah dari tahun 2010? Itu bisa saja. Lagipula, walau sudah dianggarankan, kalau sisa, tentu dikembalikan ke kas neÂgaÂra. Kan kita memakainya terÂganÂtung dari penerapannya. Terus terang saja ya, staf saya selalu meÂmakai dana itu secara efisien.
Bagaimana caranya?Misalnya rencananya yang beÂrangkat ada empat orang. Saya langÂsung katakan, kenapa harus empat. Kenapa nggak dua orang saja. Begitu kembali, langsung siÂsa dananya disetorkan ke kas neÂgara. Kalau hanya sehari beÂrangÂkat, ya sehari, tidak ditambah-tambahin.
[RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.