Sebagai direktur, dr. Sugiat ”mengembangkan” manajemen khasnya yaitu MBA:
management by anger. MBA berarti memimpin dengan marah. Walaupun demikian, dr. Sugiat adalah pribadi yang ramah, humoris dan akrab.
Marah bukanlah perilaku yang terlarang. Yang dilarang oleh Islam adalah menjadi pemarah. Seseorang boleh saja marah. Dalam hal tertentu, marah bahkan wajib. Tetapi, marah bukanlah perkara mudah. Banyak orang yang takut marah. Sebagian kecil tidak bisa marah karena kesabaran dan jiwa besarnya. Sebagian besar tidak bisa marah sebagaimana mestinya.
Terkait dengan marah, filosof Yunani, Aristoteles menyatakan, "
Anyone can become angry- that is easy. But to be angry with the right person, to the right degree, at the right time, for the right purpose, and in the right way -that is not easy." (Siapapun bisa marah– itu hal yang mudah. Tetapi marah kepada orang yang seharusnya dimarahi, dengan tingkat yang pas, pada waktu yang tepat, untuk tujuan yang benar, dan dengan cara yang bijak- itu semua tidaklah mudah).
Marah membutuhkan kearifan. Karena itu, seorang yang bertaqwa adalah mereka yang mampu menahan amarahnya (Qs. 3, ali Imran: 134). Menahan amarah dapat diartikan mengelola sikap marah. Puasa mendidik manusia mengolah jiwa dan nafsu sedemikian rupa sehingga tidak menjadi pemarah.
Sabda Nabi Muhammad, ”Jika di tengah puasa ada seseorang memprovokasi kamu untuk marah, katakanlah: saya sedang berpuasa.” Maksudnya tentu saja agar provokasi itu direspon dengan perkataan dan perilaku yang baik, bukan dengan kemarahan serupa."
Jika memang tepat dan bijak,
management by anger khas dr. Sugiat bisa dipertimbangkan.
Penulis adalah Sekretaris PP Muhammadiyah
BERITA TERKAIT: