Padahal situasi dalam negeri belum semuanya teratasi, tapi Presiden tetap berangkat ke Tiongkok, walau hanya satu hari pulang-pergi. Situasi dalam negeri tak sedikitpun mengalihkan perhatian Presiden terhadap situasi di luar negeri.
Setelah itu, tak lama kemudian reshuffle kabinet dilakukan secara mendadak. Tidak saja menteri yang direshuffle, menteri yang akan menggantikan pun, baru tahu akan dilantik beberapa jam sebelum ia dilantik.
Presiden Prabowo melakukan satu dua pekerjaan, bahkan tiga pekerjaan, dalam waktu yang bersamaan. Tidak satu persatu diselesaikan terlebih dahulu,
Saat bencana melanda Sumatera di Bagian Utara, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Presiden Prabowo juga menyempatkan diri terbang ke luar negeri memenuhi undangan.
Kali ini bukan dari Pemerintah Tiongkok, melainkan dari Pemerintah Pakistan. Undangan perayaan HUT Pakistan ke-75 tahun.
Bahkan, tak hanya cukup terbang ke Pakistan saja, Presiden Prabowo juga terbang lagi ke Rusia menemui Presiden Putin, menindaklanjuti kerja sama yang sudah dan akan dilakukan dengan Pemerintah Rusia. Dan baru dini hari tadi mendarat di Indonesia. Bukan di Jakarta pula, melainkan di Medan.
Artinya, benar bahwa Presiden Prabowo tak menyelesaikan pekerjaannya satu persatu terlebih dahulu, tapi satu dua pekerjaan, bahkan tiga pekerjaan sekaligus pada waktu yang bersamaan.
Pada saat Presiden Prabowo berangkat ke Pakistan, situasi bencana belum semuanya dapat teratasi. Bahkan, fase tanggap darurat justru diperpanjang hingga saat ini.
Situasi Sumatera Barat memang lebih mendingan dibandingkan Sumatera Utara dan Aceh. Gubernur Aceh sampai tak bisa menahan air mata melihat situasi yang masih porak-poranda.
Keliru kalau ada yang beranggapan bahwa Presiden Prabowo berangkat ke luar negeri meninggalkan pekerjaannya di dalam negeri.
Meninggalkan rakyatnya yang sedang menderita, sementara ia senang-senang berada di luar negeri. Saat ia di luar negerilah, Gubernur Aceh menangis di dalam negeri saat diwawancarai Najwa Shihab.
Sebelum Presiden Prabowo berangkat ke luar negeri kemarin, ia sudah membagi habis pekerjaannya kepada anak buahnya dan menggelontorkan dana buat operasional puluhan bupati yang daerahnya terdampak, termasuk kepada tiga provinsi terdampak, yakni Aceh, Sumut, dan Sumbar.
Artinya, Presiden Prabowo tak berangkat dengan membiarkan situasi bencana yang masih kocar-kacir tanpa penanggung jawab.
Ia sudah tahu situasi dan sudah turun langsung, dan membagi pekerjaan sesuai porsi masing-masing. Maka saat kembali ia langsung mendarat ke Medan, lalu ke Aceh dan kalau belum beres juga, itulah saat ia melakukan reshuffle kabinet seperti peristiwa demo yang berakhir rusuh Agustus lalu.
Mustahil Presiden Prabowo meninggalkan rakyatnya yang sedang ditimpa bencana. Progam MBG saja ia lancar untuk memperbaiki gizi anak-anak Indonesia di kemudian hari.
Apalagi rakyat Indonesia yang sedang ditimpa bencana. Ia tak memisahkan urusan dalam negeri dan luar negeri yang sama pentingnya.
Masih ingat cerita Mahfud MD tentang pemain tambang yang mengekspor hasil tambangnya 10 juta ton, ternyata Presiden Prabowo dapat data dari luar negeri impornya justru 100 juta ton. Sepuluh kali lipat selisihnya, bangsa kita dikibuli dan ini sudah berlangsung lama, kata Mahfud MD.
Jadi untuk mengetahui kebobrokan dalam negeri jangan hanya melihat dari dalam negeri, tapi lihatlah dari luar negeri.
Musuh dalam selimut, istilah Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, tak terhubung di dalam negeri saja, tapi juga terhubung ke luar negeri. Bahkan, banyak pergerakan di dalam negeri juga terhubung ke luar negeri.
Makanya keliru kalau secara sengaja memisahkan urusan dalam negeri dan luar negeri. Itulah yang sedang dilakukan Presiden Prabowo. Tapi peringatan dari Rocky Gerung juga tak bisa diabaikan.
Jangan Presiden asyik menjalin hubungan dengan luar negeri, sementara dalam negeri diserahkan kepada orang yang tak berkompeten. Saatnya reshuffle besar-besaran dilakukan pasca bencana Sumatera ini.
ErizalDirektur ABC Riset & Consulting
BERITA TERKAIT: