Dalam pertemuan puncak dua bulan lalu di Alaska, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan undangan tersebut kepada Trump secara langsung.
Awal bulan lalu, Putin mengundang Zelensky, untuk datang ke Moskwa. Kedua undangan ini, belum terlaksana, perundingan bagi perdamaian Rusia dan Ukraina, beberapa kali gagal total, terakhir batalnya perundingan di Budapest, Hongaria.
Perang lebih dari tiga tahun berlanjut. Saat ini Ukraina sudah kehilangan 20% dari wilayahnya. "Ukraine tidak dapat menyetop Russia lagi," dari man power, firepower, dan dukungan kapasitas industri, sekalipun Barat kini menekan secara ekonomi, demikian Prof Mearsheimer.
Dukungan Barat
Perdana Menteri Sir Keir Starmer mendesak sekutu untuk menyediakan lebih banyak rudal jarak jauh bagi Ukraina guna menyerang target-target Rusia pada pertemuan di London pada hari Jumat.
Ia menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama dengan apa yang disebut "koalisi yang bersedia", yang terdiri dari lebih dari 20 sekutu Ukraina yang telah setuju untuk memberikan jaminan keamanan bagi Kyiv setelah gencatan senjata dimediasi.
Zelensky tiba beberapa hari setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk akhirnya menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
Sir Keir berharap dapat mempertahankan momentum ini dengan meningkatkan tekanan pada Moskow untuk merundingkan akhir perang.
Di antara para pemimpin yang akan menghadiri KTT hari Jumat adalah Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, dan Dick Schoof dari Belanda.
Beberapa tokoh lainnya, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, akan bergabung secara virtual.
Sir Keir akan mendesak para pemimpin untuk meningkatkan penyediaan senjata jarak jauh setelah serangan yang berhasil terhadap pabrik kimia di Bryansk, Rusia, menggunakan rudal Storm Shadow yang dipasok Inggris.
"Satu-satunya orang yang terlibat dalam konflik ini yang tidak ingin menghentikan perang adalah Presiden Putin," kata Sir Keir.
Panglima Militer Prancis Jenderal Fabien Mandon mengatakan pasukan negaranya harus siap untuk berperang melawan Rusia setidaknya pada tahun 2028.
Ini menjadi komentar keras pertama setelah Mandon diangkat menjadi jenderal tertinggi negara Eropa tersebut.
Kontroversial, Moskow telah berulang kali membantah klaim bahwa mereka berencana menyerang negara-negara Uni Eropa, dengan mengatakan bahwa tuduhan semacam itu digunakan oleh politisi Eropa untuk menakut-nakuti rakyat dan membenarkan peningkatan anggaran militer.
Rusia juga mengatakan bahwa posisi mereka membela diri dalam perang melawan Ukraina, dengan menuduh NATO memprovokasi permusuhan.
Mandon, yang menjadi jenderal tertinggi di Eropah, mengatakan
"Rusia adalah negara yang mungkin tergoda untuk melanjutkan perang di benua kami."
"Tujuan pertama yang saya berikan kepada angkatan bersenjata adalah untuk siap dalam tiga atau empat tahun menghadapi kejutan yang akan menjadi semacam ujian (oleh Moskow)," klaimnya.
"Ujian tersebut sudah ada dalam bentuk hibrida, tetapi mungkin menjadi lebih keras," ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat pagi.
"Berkali-kali kami menawarkan Putin kesempatan untuk mengakhiri invasi yang tidak perlu, menghentikan pembunuhan, dan menarik kembali pasukannya, tetapi ia berulang kali menolak usulan tersebut dan menolak peluang perdamaian apa pun," kata Sir Keir.
Perang dengan Rusia
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk pada Rabu minggu lalu, mengumumkan bahwa ia telah meminta NATO membuka konsultasi berdasarkan Pasal 4 perjanjian aliansi, menyusul ditembak jatuhnya sejumlah drone Rusia yang memasuki wilayah udara Polandia.
Tusk menyebut insiden itu sebagai "provokasi skala besar" yang meningkatkan risiko eskalasi konflik.
"Ini adalah momen paling dekat dengan konflik terbuka sejak Perang Dunia II. Namun, saya tidak melihat alasan untuk percaya bahwa kita berada di ambang perang," kata Tusk, dilansir Reuters.
Baik Rusia (Triad Nuclear) dan NATO (Steadfast Noon) keduanya, masing-masing sudah berlatih di bulan ini dalam rangka persiapan perang nuklir.
Sementara, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev sebut Amerika Serikat berada di jalur perang dengan Rusia.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev kesal dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membatalkan pertemuan puncaknya dengan Presiden Vladimir Putin di Budapest, Hungaria.
Tak hanya itu, pemerintah Trump juga menjatuhkan sanksi kepada perusahaan minyak Rusia.
Menurut Medvedev, tindakan pemerintah Trump tersebut menunjukkan bahwa Washington berada di jalur perang dengan Moskow.
"AS adalah musuh kita, dan 'pembawa damai' yang banyak bicara kini telah sepenuhnya memulai jalur perang dengan Rusia," tulis Medvedev di Telegram, Kamis, 23 Oktober 2025 merujuk pada Trump yang membatalkan pertemuan dengan Putin Terkait Perang Ukraina.
Alasannya "Keputusan yang diambil adalah tindakan perang terhadap Rusia. Dan sekarang Trump telah sepenuhnya berpihak pada Eropa yang gila," lanjut mantan presiden Rusia tersebut, seperti dikutip Reuters.
Awal Mulai Konflik
Di awali, bahwa Barat tidak melihat perluasan Nato sebagai sesuatu yang berbahaya. Russia berpendapat sebaliknya.
George Kennan, telah mengingatkan bahwa perluasan NATO merupakan "kesalahan strategis", demikian juga seorang cendikiawan, menggambarkan sebagai "kesalahan kebijakan dalam sejarah".
"Putin tahu apa yang dia lakukan," tulis Katarina Mathernova, duta besar Uni Eropa untuk Ukraina, di Facebook.
Mathernova, mengatakan, "Putin sengaja menyasar jalur kehidupan negara ini pemerintahannya, energinya, rakyatnya."
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov buka-bukaan bahwa negaranya tak tertarik rebut wilayah Ukraina.
Ia menegaskan tujuan dari Rusia adalah melindungi etnis Rusia dan orang-orang yang berbicara Rusia dari persekusi Kyiv.
“Kami tak memiliki ketertarikan terhadap wilayah. Kami memiliki wilayah terbesar di dunia,” ujar Lavrov dikutip dari Russia Today.
“Yang kami khawatirkan adalah, orang-orang yang hidup di wilayah tersebut, yang nenek moyangnya tinggal di sana selama berabad-abad,” lanjutnya.
Lavrov menjelaskan apa yang menjadi tujuan Rusia sebenarnya dalam operasi militer mereka.
“Untuk menyingkirkan segala ancaman keamanan terhadap Rusia, yang datang dari wilayah Ukraina,” ucapnya.
“Serta untuk melindungi hak-hak etnis Rusia dan masyarakat berbahasa Rusia yang meyakini mereka merupakan bagian dari budaya dan sejarah Rusia,” tambah Lavrov.
Ia menegaskan satu-satunya cara untuk melindungi mereka dari apa yang disebutnya “rezim Nazi” adalah memberikan hak untuk mengungkapkan keinginannya.
Lavrov menggarisbawahi, Ukraina memiliki hak untuk eksis. Tetapi seharusnya siap membiarkan orang pergi.
Namun, ia mencatat, pejabat Ukraina secara konsisten berusaha merendahkan martabat manusia.
Ia juga menggambarkan bagaimana Ukraina melabeli orang-orang di lima bekas wilayah Ukraina yang memilih bergabung dengan Rusia pada 2014 dan 2022 sebagai teroris.
Rusia saat ini telah menganeksasi Donetsk, Kherson, Luhansk, Zaporizhzhia dan Krimea yang berada di timur Ukraina. Secara percentage, dua puluh persen.
Jeffrey Sachs memberikan peringatan keras tentang arah berbahaya kebijakan luar negeri AS.
Ia berpendapat bahwa penolakan Washington untuk menghormati bidang keamana, mempersenjatai Ukraina, mendorong NATO ke perbatasan Rusia, dan meningkatkan ketegangan dengan Tiongkok--mendorong dunia lebih dekat ke bencana.
Sachs membandingkan kebijakan saat ini dengan mengabaikan pelajaran dari Krisis Rudal Kuba, menyerukan diplomasi, zona netralitas, dan saling menahan diri untuk mencegah konfrontasi nuklir.
Ia menyoroti bagaimana setiap presiden AS sejak Perang Dingin telah membuat dunia kurang aman, menyabotase upaya perdamaian, dan menyeret Amerika ke dalam konflik yang tak berkesudahan.
Percakapan ini menjadi pengingat yang menyadarkan bahwa, jika kita tidak mengubah arah, kita mungkin sedang berjalan menuju bencana global.
A World Restored
Pemikiran Kissinger pada pokoknya bahwa
"Perdamaian Dunia ditentukan oleh negara-negara besar."
Perang terjadi kalau konflik terbuka melibatkan kekuatan industri dan militer.
Sebaliknya "Perdamaian Dunia. Digariskan dan ditentukan oleh kekuatan besar."
Berapa jumlah kekuatan besar yang menentukan perang-damai sebenarnya tidak jadi soal yang penting "perimbangan kekuatan" terpeliharanya oleh mereka yang kuat.
Rusia adalah sebuah kekuatan besar yang dapat berperan yang lebih besar, jika berminat untuk melakukan kajian dan memutuskan bagi terwujudnya perdamaian.
*Penulis adalah Eksponen Gema 77/78
BERITA TERKAIT: