Indonesia sedang berhadapan dengan realitas ketenagakerjaan yang paradoksal. Data BPS Februari 2025 menunjukkan meski tingkat pengangguran terbuka turun tipis ke 4,76 persen, jumlah absolut pengangguran justru naik menjadi 7,28 juta jiwa, bertambah 80.000 orang dalam setahun. Lebih mengkhawatirkan lagi, proporsi pekerja informal mengalami kenaikan tipis menjadi 59,40 persen dari total 145,77 juta pekerja tanpa jaminan sosial memadai.
Situasi ini diperparah dengan lonjakan PHK yang meningkat hampir 6 kali lipat dari 3.325 orang pada Januari menjadi 18.610 orang pada Februari 2025, menandakan ketidakstabilan fundamental pasar kerja. Ironisnya, ini terjadi di tengah bonus demografi emas dengan 68,31 persen penduduk usia produktif yang seharusnya menjadi kekuatan ekonomi hingga 2030-2035.
Kesenjangan dalam partisipasi angkatan kerja juga mencerminkan inefisiensi pemanfaatan SDM nasional. Yang mengkhawatirkan, disparitas pendidikan dan skills mismatch masih menjadi tantangan serius dalam penyerapan tenaga kerja berkualitas.
Lanskap Galangan Kapal BUMN: Potensi yang Terpencar
Industri perkapalan Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dengan galangan kapal nasional yang memiliki kapasitas produksi 1 juta DWT per tahun untuk kapal baru dan 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal. Namun di sektor BUMN, terdapat fragmentasi yang menghambat optimalisasi.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI pada 31 Agustus 2023 telah menyatakan rencana menggabungkan tiga BUMN galangan kapal dalam klaster industri manufaktur: PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), serta PT Industri Kapal Indonesia (Persero). "Ada BUMN galangan yang akan kita merger nanti," ungkap Erick dalam raker tersebut, dengan PT PAL Indonesia tetap fokus sebagai spesialis kapal militer.
PT DKB memiliki 9 galangan tersebar di Jakarta (3 unit) dan luar Jakarta (6 unit) di Cirebon, Semarang, Palembang, Sabang, Banjarmasin, dan Batam, dengan pendapatan yang tumbuh impresif dari Rp185 miliar (2020) menjadi Rp540 miliar (2024). Pertumbuhan 30 persen di tahun 2024 ini didorong strategi Home Doctor Services dengan klien seperti PT Pelni, PT Dharma Lautan Utama, dan PT Temas Line.
PT IKI dengan galangan di Makassar dan Bitung telah bangkit dari krisis 1998 menjadi galangan BUMN tersehat. PT DPS di Surabaya beroperasi dengan empat dok terapung dan berfokus pada segmen pasar kelas menengah. PT PAL Indonesia sebagai galangan terbesar telah memproduksi 232 unit kapal sejak 1985-2019, dengan 86 unit kapal perang dan menargetkan kontrak senilai signifikan di tahun 2024.
Kebutuhan Kapal BUMN: Market yang Terjamin
Keunggulan fundamental dari konsolidasi galangan BUMN terletak pada guaranteed market dari sesama BUMN yang memiliki kebutuhan armada massive dan berkelanjutan.
Data menunjukkan Pelni mengonsumsi BBM 33,4 juta liter per bulan untuk operasional kapal, ASDP 3,5 juta liter per bulan, dan kapal perintis Ditjen Hubla 14,4 juta liter per bulan. Intensitas operasional ini mengindikasikan kebutuhan pemeliharaan dan penggantian kapal yang konstan.
ASDP memerlukan 54 kapal dengan dana Rp1,8 triliun dalam 5 tahun, dengan rencana pembelian 11 armada baru. Direktur Utama Pelni Tri Andayani mengungkapkan rencana pembelian kapal berkapasitas 1.000 penumpang dan 75 kontainer dengan estimasi harga Rp1,5 triliun per unit.
PLN telah menjalin sinergi dengan Pelni untuk angkutan batubara, membuka segmen baru kebutuhan kapal kargo. PGN menandatangani MoU dengan Pelni dan ASDP untuk konversi BBM ke BBG, yang berimplikasi kebutuhan modifikasi dan pembangunan kapal baru dengan teknologi bahan bakar gas.
Potensi Purchasing Consolidation: Game Changer Manufaktur
Kekuatan sejati dari Indonesian Shipyard Super Holding (ISSH) bukan hanya pada konsolidasi galangan, tetapi pada revolusi purchasing consolidation yang dapat mentransformasi ekosistem manufaktur nasional. Dengan menggabungkan procurement empat galangan BUMN, volume pembelian material akan menciptakan bargaining power luar biasa.
Setiap kapal memerlukan lebih dari 200 komponen, mulai dari steel plate, engine, valve, sistem komunikasi dan navigasi, hingga deck machinery. Selama ini, sebagian besar komponen masih bergantung impor. Melalui purchasing consolidation, ISSH dapat menerapkan progressive localization policy dimana supplier internasional diwajibkan membuka manufaktur di Indonesia untuk mempertahankan kontrak jangka panjang.
Strategi ini berpotensi menciptakan employment multiplier effect yang massive. Setiap supplier yang membangun pabrik di Indonesia akan menciptakan direct jobs di manufaktur dan ribuan indirect jobs di supporting industries. Dari steel manufacturing, marine engine & propulsion, electronics & navigation systems, hingga precision machining components.
Krakatau Steel sebagai supplier domestik dapat mengoptimalkan kapasitas untuk marine grade steel, sementara peluang besar terbuka untuk komponen lain yang selama ini diimpor. Domestic content progression dapat ditingkatkan secara bertahap dalam jangka menengah.
Danantara: Backing Finansial yang Unlimited
Pada Maret 2025, pemerintah telah menyerahkan mayoritas saham DKB dan IKI ke Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai bagian upaya pembentukan holding operasional di internal Danantara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2025, BKI resmi menjadi holding operasional Danantara yang akan menaungi seluruh BUMN melalui skema inbreng saham seri B.
Danantara yang diresmikan Presiden Prabowo pada 24 Februari 2025 mengelola aset Rp 14,72 kuadriliun dari tujuh BUMN strategis: Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, MIND ID, dan Telkom. Dengan CEO Rosan Roeslani, CIO Pandu Sjahrir, dan COO Dony Oskaria, Danantara memiliki kapasitas finansial dan network untuk mendukung transformasi industri maritim nasional.
Akses ke capital markets global, kemampuan cross-subsidization dari BUMN profitable, dan immunity dari volatilitas politik memberikan ISSH foundation yang solid untuk investasi jangka panjang dan pengembangan teknologi.
Momentum yang Tidak Boleh Terlewat
Konvergensi beberapa faktor membuat momentum saat ini sangat strategis. Bonus demografi peak (2024-2030) memberikan window of opportunity terbatas. BUMN fleet modernization needs menciptakan guaranteed market substansial. Geopolitical shift mengharuskan strategic industries independence.
Dengan PHK yang melonjak hampir 6 kali lipat dalam sebulan dan pengangguran yang terus bertambah, Indonesia memerlukan solusi struktural yang dapat memberikan dampak signifikan dan sustainable. ISSH dengan dukungan Danantara berpotensi menjadi jawaban yang tepat.
Tanpa inisiatif konsolidasi yang decisive, Indonesia berisiko mengalami missed opportunity dalam memanfaatkan bonus demografi, continued dependence pada impor komponen maritim, dan opportunity cost dari aset Danantara yang tidak dioptimalkan untuk sektor strategis.
Indonesian Shipyard Super Holding bukan sekadar merger korporat, tetapi strategi transformasi ekonomi yang dapat memposisikan Indonesia sebagai maritime powerhouse regional. Dengan purchasing consolidation strategy dan backing unlimited dari Danantara, ISSH berpotensi menciptakan employment multiplier effect yang massive sambil membangun kemandirian industri maritim nasional yang mendukung ketahanan pangan, kedaulatan energi, resiliensi ekonomi, dan kekuatan pertahanan.
Masa depan maritim Indonesia dan optimalisasi bonus demografi bergantung pada keputusan strategis yang diambil hari ini. Momentum ini tidak boleh terlewat untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas melalui integrated shipbuilding dan supply chain manufacturing ecosystem yang sustainable dan strategically autonomous.
*Penulis adalah praktisi perkapalan bekerja di China
BERITA TERKAIT: