Padahal, koperasi itu bukan hanya urusan imanen, penuhi kebutuhan pragmatis sehari hari tapi juga yang spiritual, transendental...penuhi kewajiban alam untuk ciptakan keadilan dan kemanusiaan.
Koperasi desa yang dari sejak awal bertentangan dengan prinsip dan nilai koperasi seperti kemandirian, otonomi, demokrasi, partisipasi sadar warga sebagai kekuatan koperasi agar langgeng, justru sesungguhnya berfungsi meruntuhkan ideologi koperasi. Ciptakan koperasi palsu, quasi koperasi.
Negara yang ciptakan tekanan struktural untuk melegitimasi Koperasi Desa yang top down dan koersif, memaksa sebagai bentuk koperasi itu sudah cacat dari sejak dikonsep dan teori. Sehingga tak layak disebut sebagai koperasi.
Salah seorang insan yang pernah mengabdikan diri pada Credit Union (CU) dan posisi sekarang menjadi Kepala Desa mengaku sangat dilematis dengan Koperasi Merah Putih. Di satu sisi ia sangat paham tentang Perkoperasian, tapi di sisi lain sebagai Kepala Desa, pihaknya mendapat tekanan agar tetap membentuk Kopdes Merah Putih. Jika tidak membentuk Kopdes Merah Putih maka Dana Desa tidak dicairkan tahap berikutnya.
Saya pun menyarankan untuk buat perlawanan. Mereka tidak punya hak untuk menahan hak anda dan anda tidak melanggar apapun. Mereka yang berani mengancam anda yang melanggar Konsitusi dan UU. Kalau anda berani menyatakan secara terbuka maka akan banyak yang membela anda...Saat ini, bangsa ini butuh keberanian untuk melawan kebobrokan....jangan remehkan diri anda, anda sangat kuat. Lawan!
Ini hanya pernyataan salah satunya. Di berbagai forum lain saya mendengar ancaman ancaman serupa. Beginikah cara mengelola republik ini?

*Penulis adalah Ketua Asosiasi Kades Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES)
BERITA TERKAIT: